KALIMAT TAKBIR MAKNA MENDALAM
Takbir atau dalam bahasa Arab takbira (تكبير) merupakan kalimat yang memiliki kedudukan agung. Lafadz takbir berbunyi Allahu Akbar (الله أَكْبَر) yang artinya Allah Maha Besar.
Sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang jayyid:
Dari Addi bin Hatim, Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai Addi, apa yang membuatmu lari?
Apakah perkataan Laa Ilaaha Illallah (tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah) membuat engkau lari?
Apakah engkau tahu ada sesembahan selain Allah?
Wahai Addi, apa yang membuatmu lari?
Apakah perkataan Allahu Akbar membuat engkau lari?
Apakah engkau tahu ada sesuatu yang lebih besar daripada Allah? Maka hal ini membatalkan perkataan mereka yang menjadikan 'akbar' bermakna sangat besar" (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
Allahu Akbar (Allah Mahabesar) bukan dalam pengertian ruang. Melainkan bahwa tidak ada yang menyerupai Allah dalam segala kebaikan, tidak ada yang bisa menandingi-Nya dalam segala kekuatan, dan Allah berkuasa mengatasi segala masalah hamba-Nya.
"Takbir Allahu Akbar itu maknanya Dzat Allah tidak terjangkau oleh alam pikiran dan akal kita,”
Salah besar jika dibayangkan ada sesuatu di sisi Allah dan menyertai-Nya lalu Allah lebih besar dibanding sesuatu itu.
“Allah SWT tidak disertai oleh apa pun dan tidak sesuatu pun bisa menyertai-Nya,”
Ia juga menanggapi terkait penilaian bahwa Allah bersama hati manusia. Menurutnya hal itu tidak apa-apa. Tapi perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan hati. Bukan fisiknya jantung, namun kesadaran akan kebenaran atau kebatilan yang dilihat oleh mata hati.
“Tergantung hatinya, bila bersih suci akan berpihak pada Tuhan. Bila kotor akan berpihak pada nafsu dan setan,” terangnya.
Lebih jauh, Kiai Luqman memaparkan bahwa cukuplah rasanya bahwa Allah meridhai kita untuk beribadah kepada-Nya. Menurutnya, itu lebih agung dibanding bayangan-bayangan pahala yang bakal manusia dapatkan.
“Masa masih minta ganti rugi kepada Allah?” tandasnya.
RAHASIA TAKBIR DALA PERSPEKTIF TASAWWUF
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Dalam perspektif tasawuf, takbir ihram bukan hanya pertanda dimulainya shalat, melainkan juga sekaligus menyimpan sejumlah rahasia besar yang perlu dan penting untuk diperhatikan. Takbir ihram menjadi pertanda seorang hamba melakukan starting point untuk mi'raj, menembus batas "dunia atas."
Mi'raj itu sendiri berarti perjalanan spiritual seorang hamba menuju Tuhannya, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."(QS al-Isra\' [17]:1).
Mi'raj bukan hanya dimungkinkan oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan juga para hamba-Nya yang yang dekat dan setia, sebagaimana redaksi yang digunakan dalam ayat di atas. Allah SWT menggunakan istilah: Subhana al-lazi asra bi `abdihi (Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya), menunjukkan hamba yang lebih dekat (menggunakan huruf bi, bukan huruf li).
Nabi Muhammad SAW sendiri juga pernah mengatakan: Al-shalatu mi'raj al-mu'minin (Shalat adalah mi'rajnya orang-orang mukmin), yang menunjukkan mi'raj bukan hanya Nabi Muhammad SAW, melainkan juga hamba-Nya yang lain. Setiap kali seorang hamba shalat idealnya setiap kali itu pula hamba melakukan mi'raj. Semakin sering shalat semakin konsisten berada di "alam atas."
Lafaz takbir (Allahu Akbar) adalah lafaz tauhid yang amat kuat pengaruhnya di dalam diri manusia dan di alam makrokosmos (lihat artikel terdahulu tentang rahasia azan). Di antara rahasia, keutamaan, dan kekuatan takbir ihram menurut kalangan ulama tasawuf ialah:
Pertama, mengungkapkan Roh Takbir yang intinya ialah pernyataan kemahasucian Tuhan (al-tasbih). Makna al-tasbih sesungguhnya adalah penyucian diri dari fi rasat, khayalan, bayangan, dan pikiran tentang Allah SWT karena sehebat apa pun dan sebesar apa pun gambaran Tuhan di dalam benak dan pikiran kita, pasti Allah SWT jauh lebih Mahatinggi dan Mahahebat dari sekadar apa yang kita bayangkan.
Dengan kata lain, tasbih menyucikan Allah dari berbagai perkiraan dan asumsi serta keraguan terhadap keberadaan Allah SWT, yang mungkin pernah atau sering terlintas di dalam pikiran kita.
Kedua, takbir ihram menembus lapis-lapis hijab diri manusia dengan Tuhan. Seperti diketahui, hijab ialah dinding atau tembok yang menghalangi kita untuk mencapai jarak lebih dekat dengan Allah SWT. Selama masih ada hijab sulit dibayangkan seorang hamba bisa menemui Tuhannya. Sebelum takbir ihram dianjurkan kita untuk betul-betul fokus dan berkonsentrasi kepada Allah SWT.
Saat melakukan takbir ihram diusahakan tidak ada sesuatu apa pun selain Allah SWT di dalam benak dan pikiran. Kita mengangkat kedua tangan seraya menghadap ke kiblat.
Sebelum takbir ihram, biasanya kita dianjurkan oleh sang mursyid membaca dan menghayati ucapan: Ilahi Anta maqshudi wa riwdhaka mathlubi, a'thini ma- hab bataka wa ma'rifataka. (Wahai Tuhanku hanya Engkau yang men- jadi tujuanku dan hanya ridha- Mu yang menjadi harapanku, anu gerahkanlah mahabah dan ma'rifah-Mu).
Amalan ini sering menjadi bagian dari kebiasaan para anggota tarekat. Kadang ada yang membacanya secara keras dan ada juga yang mencukupkan dalam hati, yang penting penghayatannya. Ketika kita takbir, pengucapan lafaz "Allahu Akbar" minimum diperdengarkan kepada diri kita sendiri, kalau menjadi imam di perdengarkan kepada seluruh ma'mum. Pengucapan takbir ihram diusahakan tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang.
Ketika melafazkan Allahu Akbar, diusahakan di situ ada niat untuk melaksanakan shalat karena Allah, inilah yang biasa disebut dengan hakikat niat shalat oleh sejumlah tarekat.
Ketiga, kekuatan takbir ihram dapat merobek dan menembus hijab-hijab kegelapan (al-hujub al-zhulmi) dan hijab-hijab cahaya (al-hujub al-nurani). Contoh hijab zhulmi ialah dosa-dosa besar dan kecil yang dilakukan oleh anggota badan kita, seperti zina, durhaka kepada kedua orang tua, dan dosa- dosa fisik lainnya. Sedangkan, contoh hijab nurani ialah dosa-dosa yang dilakukan oleh sikap, hati, dan pikiran kita.
Mungkin tidak tampak di permukaan atau ke dalam perilaku, tetapi terletak di dalam pikiran atau perasaan.
Lafaz takbir, termasuk lafaz-lafaz takbir yang diucapkan di dalam adzan, dapat merobek dan menembus hijab-hijab zhulmi dan hijab-hijab nurani. Semakin sering kita bertakbir maka semakin terbebas kita dari berbagai macam hijab yang membatasi diri kita untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Dalam satu qaul dikatakan bahwa orang yang pernah mengabdikan diri sebagai muazin selama 40 tahun maka pintu surga terbuka lebar baginya. (Bersambung).
TAKBIR: KALIMAT AGUNG PENGGUNCANG HATI DAN LANGIT
1. Makna Lahir dan Batin dari Kalimat “Allahu Akbar”
Kalimat “Allahu Akbar” bukanlah sekadar lafaz yang diucapkan di lisan, melainkan getaran kalbu yang menembus ke langit ruhani. Ia mengandung:
Tauhid: Pernyataan bahwa tiada yang lebih besar, lebih kuat, dan lebih layak dipuja selain Allah.
Tunduk dan Taat: Dalam takbir, seorang hamba menyerahkan kehendak pribadinya kepada kehendak Allah.
Kehancuran Ego: Ucapan ini menghancurkan “keakuan”, mematikan kesombongan, serta meleburkan diri dalam kebesaran Tuhan.
"Apakah engkau tahu ada sesuatu yang lebih besar dari Allah?" – (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban).
Allahu Akbar bukanlah perbandingan (“lebih besar dari…”), melainkan penegasan bahwa tak ada yang menyamai Allah, bahkan dalam konsep “kebesaran” itu sendiri. Ini bukan ukuran materi, ruang, atau waktu — Allah melampaui semua itu.
2. Takbir sebagai Mi’raj Ruhani
Menurut para sufi, takbir dalam shalat bukan sekadar pembuka ibadah, tetapi juga awal pendakian ruhani (mi’raj). Sebagaimana Nabi ﷺ dimi’rajkan secara fisik dan ruhani, begitu pula seorang mukmin bisa “dimakrifatkan” melalui shalatnya.
“As-shalātu mi‘rāj al-mu’minīn” – Shalat adalah mi’rajnya orang-orang beriman.
Takbir adalah: Titik awal pemutusan dari dunia
Tanda bahwa seorang hamba telah memasuki hadirat Rabbnya
Penyerahan total kepada keagungan dan kebesaran Allah
3. Takbir dan Penembusan Hijab
Dalam pemahaman para arif billah, manusia terhalang dari Tuhan oleh dua jenis hijab:
Hijab Dzulmani (kegelapan): dosa-dosa lahir, syahwat, kesombongan, dan kedurhakaan
Hijab Nurani (cahaya): keinginan untuk surga, cinta pada kebaikan diri, riya’ terselubung, kesalehan egoistik
Takbir menembus kedua hijab itu. Setiap lafaz takbir adalah pukulan terhadap tembok hijab yang membatasi manusia dari Tuhan.
4. Takbir sebagai Tasbih dan Tathhir
Dalam lafaz Allahu Akbar terdapat makna tasbih (penyucian) dan tathhir (penyucian jiwa), yaitu:
✓ Menyucikan Allah dari semua gambaran yang tercipta oleh pikiran
✓ Menyucikan diri dari perasaan memiliki, mengontrol, dan menentukan
✓ Menyucikan shalat dari niat selain Allah
Ilāhī anta maqshūdī wa ridhāka mathlūbī…
(Wahai Tuhanku, Engkau yang aku tuju, dan ridha-Mu yang aku harapkan…)
5. Takbir dan Kesadaran Hati
Takbir juga menjadi penyaring hati. Bukan fisik jantung yang bersama Allah, tapi kesadaran batin yang suci:
✓ Jika hati bersih, ia condong pada Allah.
✓ Jika hati kotor, ia mengikuti nafsu dan setan
Takbir adalah pemurnian orientasi batin, dan dengan itu pula, Allah ridha menjadikan kita hamba-Nya, bukan sekadar karena pahala yang kita harapkan.
"Masa masih minta ganti rugi kepada Allah?”
Kalimat ini menggambarkan hakikat cinta dan pengabdian sejati kepada Allah.
6. Muadzdzin dan Takbir sebagai Penyeru Langit
Disebutkan dalam riwayat tasawuf:
“Barang siapa mengumandangkan adzan selama 40 tahun, maka akan terbuka baginya pintu-pintu surga.”
Mengapa? Karena ia menyeru takbir siang dan malam, mengguncang jiwa manusia dan membuka tabir langit. Setiap takbir dalam adzan atau shalat adalah getaran tauhid yang mengalir ke semesta.
7. Takbir, Kesadaran Mutlak atas Allah
Salah satu rahasia takbir menurut Imam Al-Qusyairi:
“Ketika engkau mengucap Allahu Akbar, maka tenggelamkan segala makhluk di lautan kebesaran-Nya.”
Takbir adalah:
✓ Pemusatan kesadaran pada yang Tunggal
✓ Pemusnahan segala selain Allah (fana’)
✓ hhhPembukaan pintu ma’rifah (pengenalan hakiki terhadap Allah)
Penutup: Bangkit dengan Takbir
Kalimat takbir bukan hanya bagian dari ibadah ritual, tapi juga senjata spiritual:
Ketika takut: Allahu Akbar meneguhkan hati
Ketika lemah: Allahu Akbar menguatkan jiwa
Ketika diuji: Allahu Akbar menjadi zikir penyembuh
Takbir bukan untuk dibanggakan, tapi untuk diresapi.
Takbir bukan sekadar suara lantang, tapi suara jiwa yang mengagungkan Tuhannya.
Mari bertakbir dengan makna, bukan hanya dengan suara.






0 komentar:
Posting Komentar