Selasa, 09 Desember 2025

HARAM NERAKA ATASNYA.... SIAPA SAJA MEREKA & YANG MEREKA LAKUKAN?

 


 HARAM NERAKA ATASNYA.... SIAPA SAJA MEREKA & YANG MEREKA LAKUKAN?

1. Hayyin  2. Layyin  3. Qarib  4. Sahl


4 SHIFAT MANUSIA YANG MENYEBABKAN DIHARAMKAN ATASNYA NERAKA

Neraka adalah tempat yang menakutkan bagi setiap umat Muslim. Neraka merupakan tempat yang disiapkan untuk menghukum orang-orang yang berbuat dosa semasa hidup di dunia. 

Neraka disebutkan sebagai seburuk-buruknya tempat kembali pada kehidupan di akhirat kelak. Para penghuninya adalah orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan mengingkari para nabi dan utusan-Nya. Selain ingkar, mereka juga kufur terhadap ajaran Allah. Lantas bagaimana agar kita terhindar dari siksa neraka?

Nabi Muhammad ﷺ telah memberikan beberapa penjelasan, yang akan menghindarkan kita dari siksa neraka. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab musnadnya Juz 7 halaman 53, yakni:  

حُرِّمَ عَلَى النَّارِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ قَرِيبٍ مِنَ النَّاسِ

Artinya: Diharamkan atas api neraka, setiap orang yang rendah hati, lemah lembut, mudah, serta dekat dengan manusia (HR Ahmad).  

PERTAMA, HAYYIN golongan orang yang rendah hati, tidak sombong, dan tidak meremehkan orang lain.  Hayyin adalah golongan orang yang memiliki ketenangan lahir dan batin. Kehadiran orang yang memiliki sifat hayyin sangat menenangkan dan meneduhkan. Mereka jauh dari kata temperamental karena bisa mengontrol pikiran, perasaan, hati, dan sikapnya.

Menurut Abu Hatim dalam kitab Raudlatul Uqala’ wa Nuzhatul Fudlala’, wajib bagi orang yang berakal untuk rendah hati (tawadhu’) dan menjauhi sikap sombong terhadap orang lain. Orang yang rendah hati akan selalu meningkat derajat dan posisinya.  Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad ﷺ:

  وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ  

Artinya: Tiada orang yang rendah hati karena Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya (HR Ahmad).  Sementara orang sombong, orang yang menganggap dirinya melebihi terhadap orang lain, merasa dirinya paling benar, tidak akan dapat merasakan surga Allah. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam

Muslim dalam Shahih Muslim juz 1:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Artinya: Tidak akan masuk surga seseorang yang di hatinya terdapat seberat biji kesombongan.   Sifat sombong menjauhkan seseorang dari akhlak seorang mukmin. Orang sombong tidak bisa mengasihi orang mukmin, dekat dengan sifat dendam, marah, iri, dengki, dan sebagainya. 


KEDUA, LAYYIN, yaitu orang yang lemah lembut dan santun, baik dalam ucapan maupun perbuatan.  Sifat lemah lembut dan kasih sayang merupakan rahmat dari Allah swt untuk umat manusia. Layyin adalah golongan orang yang lemah lembut, sopan, dan santun. Perkataan dan sikap dari orang yang memiliki sifat layyin adalah perkataan dan sikap yang tidak melukai, tidak memojokkan, dan tidak mempermalukan.

Contoh orang yang memiliki sifat layyin adalah Rasulullah SAW. Beliau mengasihi umatnya dengan penuh kesantunan.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159:

  فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

Artinya: Dengan rahmat dari Allah engkau (Nabi Muhammad ﷺ) lemah lembut terhadap umat, seandainya engkau kaku dan keras hati niscaya umat akan menyingkir darimu. Dengan rahmat dan kasih sayang Allah terhadap Nabi dan umatnya, Rasulullah Muhammad ﷺ menjadi pribadi yang penuh kasih sayang, mudah, dan penuh dengan kebaikan. Nabi selalu menahan diri dari kaum yang menyakitinya, mengampuni orang yang berdosa, dan bersikap lunak terhadap umatnya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim:

 مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ، يُحْرَمِ الْخَيْرَ

Artinya: Barangsiapa tiada memiliki kelembutan, baginya tiada kebaikan (HR Muslim). Maksudnya orang tidak memiliki sikap lemah lembut dan kasih sayang, ia akan terhalang dari segala kebaikan. Karena kebaikan tiada bisa dilakukan kecuali dengan kelembutan dan kasih sayang.   

KETIGA, SAHLUN, yaitu orang yang mudah, tidak sulit, ringan baginya memberikan bantuan terhadap orang lain, baik dengan tenaga, pikiran, maupun harta. Ia ringan memberikan sebagian hartanya untuk membantu saudaranya yang membutuhkan. Mengapa orang yang ringan membantu saudaranya diharamkan masuk neraka? Karena orang mau memudahkan dan membantu kesulitan orang lain, akan diberikan kemudahan oleh Allah swt, baik di dunia maupun di akhirat kelak, termasuk kemudahan masuk surga dan terhindar dari neraka. 

Sahl adalah golongan orang yang sederhana dan tidak suka berbelit-belit. Orang dengan sifat sahl melakukan segala sesuatu secara proporsional, menghadapi setiap permasalahan sesuai dengan situasi, kondisi, dan porsinya masing-masing.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:  

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

Artinya: Barangsiapa menghilangkan kesusahan dari orang mukmin, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa membantu orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib orang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu melindungi hambanya selama hambanya menolong saudaranya (HR Muslim). 

KEEMPAT, QARIB, yaitu akrab, dekat, pandai berkomunikasi, menyenangkan, dan murah senyum.  Selalu menebar salam jika bertemu dengan orang lain. Banyak ajaran Islam yang mengajarkan agar manusia saling akrab, dekat, dan penuh kekeluargaan. Qarib adalah golongan orang dengan pribadi hangat, akrab, gemar bergaul, dan menyenangkan. Mereka tidak memiliki sikap yang membuat orang lain tidak nyaman, terluka, ataupun tersakiti.

Sifat qarib ini datang dari perilaku tawadhu atau rendah hati. Perilaku tawadhu akan membuat seseorang nyaman dengan dirinya sendiri, sehingga orang lain juga menjadi nyaman terhadapnya. Sebaliknya, orang yang merasa dirinya tinggi dan memandang rendah orang lain akan merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri, karena selalu menuntut orang lain untuk menghargai, menghormati, dan memperlakukannya secara istimewa.

 Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Artinya: Tidak sempurna iman dari kalian hingga kalian mencintai apa-apa bagi saudaranya sebagaimana ia mencintai apa-apa bagi diri sendiri (HR al-Bukhari).    

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anjuran Rasulullah agar kita tidak masuk neraka adalah jadilah manusia yang rendah hati, lemah lembut, memberikan kemudahan, dan akrab dengan orang lain. Semoga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan terhindar dari api neraka.  

Editor: Dian Ramadhan 

Penulis: Ila


*

Syariah Shalat Sunnah Qabliyah dan Ba'diyah Zhuhur | Pembebas Api Neraka

NU Online  ·  Ahad, 16 Juni 2019 | 09:30 WIB 

Bahwasannya shalat sunnah merupakan penunjang bagi shalat fardhu. Sebagai penunjang, pahala shalat sunnah bisa saja berfungsi sebagai tambahan pahala shalat fardhu, jika ternyata kualitas shalat fardhu terlalu rendah. Oleh karena itu shalat sunnah juga disebut dengan istilah shalat nawafil yang berarti tambahan.  

Rendahnya kualitas shalat fardhu bisa saja terjadi karena sulitnya konsentrasi ketika melaksanakan shalat. Meskipun badan terkesan khusyu’ tetapi jiwa dan hati bisa saja di tengah mall, di pasar atau juga di ruang kantor. Bahkan shalat fardhu terkesan hanya menggugurkan kewajiban saja. Sehingga makna ubudiyah (penghambaan) kita kepada Allah swt ketika shalat sangat minim sekali.  

Di saat demikian, lantas apakah yang akan kita banggakan dari shalat fardhu kita? di sinilah posisi strategis shalat sunnah sebagai unsur penyempurna bagi shalat fardhu. Begitulah pentingnya posisi shalat sunnah dalam syariat Islam sehingga sangat dianjurkan sebagaimana predikatnya sebagai shalat mandub, marghub fih, mutahab, tathowwu’, ihsan dan hasan.  


Ada Empat Kategori Shalat Sunnah. Satu di antaranya Pengharam Neraka Bagi Yang Melaksanakannya 

Pertama:

Shalat sunnah muaqqat (shalat sunnah yang ditentukan waktunya) seperti shalat dhuha, witir, syuruq, zawal, shalat ied dan rawatib (sesudah dan sebelum shalat fardhu). 

Kedua:

Shalat sunnah karena telah terjadi sesuatu (dzu sababin mutaqaddimin) misalnya shalat tahiyyatul masjid, shalat sunnah wudhu, shalat sunnah hifzhil qur’an, istisqa’ dan lain sebagainya.

Ketiga:

Shalat sunnah karena menginginkan sesuatu (dzu sababin mutaakhhirin) seperti shalat istikharah, shalat taubah, sebelum ihram.

Keempat:

Shalat sunnah mutlaq yaitu shalat yang tidak tergantung oleh sebab maupun waktu.   

Sebagai permulaan akan diterangkan terlebih dahulu shalat sunnah muaqqat yaitu shalat sunnah yang ditentukan waktunya. Diantaranya adalah shalat sunnah rawatib yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu. Termasuk di dalamnya shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Dinamakan qabliyah karena shalat sunnah ini dilakukan sebelum shalat fardhu. Dan dikatakan ba’diyah arena shalat ini dilakukan setelah shalat fardhu. Baik qabliyah dan ba’diyah sebaiknya dilakukan sendiri-sendiri dan tidak dianjurkan berjamaah.  

Adapun shalat sunnah yang mengiringi shalat zuhur. Ada qabliyah dan ba’diyah. Shalat sunnah qabliyah zhuhur empat rakaat dilakukan sebelum shalat zuhur dengan cara dua kali salam, yaitu sekali shalat dua rakaat. Hal ini berdasar pada tindakan Rasulullah saw yang selalu melaksanakan dan jarang sekali meninggalkannya itupun sebagai petunjuk bagi umatnya bahwa empat rakaat sebelum dan sesudah zhuhur hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang dianjurkan sekali).  

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ  

Sebuah hadits "Barangsiapa melaksanakan empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah mengharamkan baginya api neraka." (H.R. Tirmidzi)  

Adapun bacaan niatnya adalah:

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى  

Ushalli sunnatazh zhuhri rok’ataini qabliyatan mustaqbilal qiblati ada’an lillahi ta’ala.

Artinya: Aku niat shalat qabliyah zuhur dua rakaat menghadap kiblat karena Allah.  

Hadits di atas juga menunjukkan bahwa ba’diyah zuhur juga empat rakaat, yang dilakukan selepas shalat zuhur dengan dua kali salam.

Adapun bacaan niatnya sebagai berikut:  

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

  Ushalli sunnatazh zhuhri rok’ataini ba’diyyatan mustaqbilal qiblati ada’an lillahi ta’ala

Artinya: Aku niat shalat qabliyah zuhur dua raka’at menghadap kiblat karena All.   Demikian pula ketika shalat Jum’at, empat rakaat sebelum dan sesudahnya tetap menjadi sunnah muakkadah, sebagaimana shalat zhuhur

Redaktur: Ulil Hadrawy   ========== Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Selasa, 22 Januari 2013 pukul 13:03.


*

HARAM TUBUH ATAS API NERAKA JIKA MATA INI BEGINI!

Jumat, 12 April 2019 - 11:26:00 WIB

PEKANBARU - Tak ada seorangpun yang menginginkan dirinya terjerumus dan merasakan pedihnya api neraka. Bahkan Rasulullah amat mencintai umatnya sehingga tidak rela jika salah satu umatnya harus merasakan panasnya siksaan api neraka dalam neraka.

Tak heran jika Rasulullah memberi peringatan kepada sahabat dan umatnya untuk tidak melakukan amalan yang menjerumuskan mereka dalam neraka. Selain itu, Rasulullah juga telah memberitahu mereka lewat hadisnya, bahwa ada dua amalan yang menyebabkan api neraka tidak bisa menjamahnya. Nabi Muhammad ﷺ bersabda yang artinya:

“Dua mata yang tidak akan terjamah oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang semalam-malaman selalu berjaga di jalan Allah” (HR: Tirmidzi)

Hadis tersebut mengingatkan bahwa seseorang yang menangis karena rasa takutnya kepada Allah bisa menyelamatkan dirinya dari jamahan api neraka kelak. Takutnya kepada Allah membuatnya bisa teguh menjauhi larangan-Nya meski berat untuk dirinya. Namun itulah sebuah indikasi yang nyata bagi keimanan seseorang.

Begitu juga dengan seseorang yang begadang atau menjaga malamnya bumi di jalan-Nya. Mereka menghidupkan malam dengan banyak mengingat-Nya, bisa dengan qiyamul lail, membaca al-Qur’an atau sekedar bertadabbur tetang ayat-Nya.

Tidak diragukan lagi bahwa lolos dan selamat dari neraka merupakan tuntutan bagi setiap orang yang beriman kepada Allah SWT dan Hari Akhir, dan kekhawatiran yang menghantui hamba-hamba Allah SWT yang saleh.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran 185).

Pertama: “Mata yang menangis karena takut kepada Allah”. Mata yang menangis karena takut kepada Allah tidak akan tersentuh api neraka, karena mata itu mengikuti hati, jika hati melunak, maka mata akan menangis, dan jika hati mengeras, maka mata akan menjadi gersang, sebagaimana perkataan Syaikh Ibnul Qayyim dalam kitab “Bada”l al-Fawaid”:

“Setiap kali mata menjadi mandul dari menangis karena takut kepada Allah, ketahuilah bahwa kemandulannya disebabkan oleh kekerasan hati, dan hati yang paling jauh dari Allah SWT adalah hati yang keras.” Nabi SAW berlindung dari hati yang tidak takut, beliau bersabda:

اللهم إني أعوذ بك من علم لا ينفع، ومن قلب لا يخشع، ومن نفس لا تشبع، ومن دعوة لا يستجاب لها

“Ya Allah, aku berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak takut, dari jiwa yang tidak merasa cukup, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR Muslim).

Allah telah memuji orang-orang yang menangis karena takut kepada-Nya, dalam Alquran:

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا ۩

“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS Maryam 58).

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab RA bahwa dia membaca ayat ini, lalu dia bersujud dan berkata, “Ini adalah sujud, tetapi di manakah tangisannya?”

Sebagaimana juga, menangis takut kepada Allah SWT sebab turunnya rahmat ketika di Padang Mahsyar kelak.

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: سبعة يظلهم الله في ظله، يوم لا ظل إلا ظله… ورجلٌ ذكر الله خالياً ففاضت عيناه

Dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tujuh orang yang dinaungi Allah dengan naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya…Pria yang berdzikir kepada Allah saat sepi lalu matanya meleleh.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kedua, “Dan mata yang tetap terjaga untuk berjaga-jaga di jalan Allah”.

Berjaga jalan Allah adalah salah satu barisan jihad yang paling agung, karena para penjaga berada di barisan terdepan untuk memerangi musuh, atau mereka berjaga di malam hari untuk melindungi pasukan dari musuh, Imam Ibnu an-Nuhhas berkata,

“Ketahuilah bahwa menjaga di jalan Allah adalah salah satu ibadah teragung. ketaatan tertinggi, dan jenis ribath (aktivitas berperang) terbaik, dan siapa pun yang menjaga kaum Muslimin di tempat yang dikhawatirkan didatangi musuh adalah seorang murabith.”

Namun, beberapa ulama telah memperluas konsep penjagaan, tidak membatasinya pada jihad melawan orang-orang kafir saja.

Mulla Ali al-Qari mengatakan dalam Mirqaat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih, menjelaskan hal ini:

“Ini adalah tingkatan para mujahidin dalam beribadah, yang meliputi ibadah haji, mencari ilmu, jihad, atau ibadah, dan tampaknya ini berarti penjaga para mujahidin untuk melindungi mereka dari orang-orang kafir,” kata al-Taybi:“Ini adalah perumpamaan bagi orang yang berilmu yang beribadah kepada para mujahid dengan dirinya sendiri, karena Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS Fatir 28), di mana rasa takut itu hanya terbatas pada diri dan tidak melebihi mereka. Maka korelasinya antara kedua mata seorang mujahid dengan jiwa dan setan, dan mata seorang mujahid dengan orang-orang kafir.”

Mengenai makna jihad, sahabat besar Abdullah bin Amr RA berkata, “Aku lebih suka tetap terjaga sebagai penjaga yang takut di jalan Allah daripada menyumbangkan seratus ekor unta.”

Imam Al-Munawi dalam Faidh al-Qadir berkata, “Beliau menyamakan mata yang menangis dengan mata yang berjaga karena keduanya sama-sama berjaga karena Allah, orang yang menangis menangis di tengah malam karena takut kepada Allah, sedangkan orang yang berjaga karena takut kepada agama Allah.” Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang menangis karena takut kepada-Nya, dan menjadikan kita sebagai salah satu dari para penjaga di jalan Allah.

sumber : www.republika.go.id

*

TIGA PASANG MATA YANG TIDAK PERNAH MELIHAT API NERAKA

عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله (ص) ثَلاَثَةٌ لَا تَرَى أَعْيُنُهُمْ النَّارَ عَيْنٌ حَرَسَتْ فِي سَبِيلِ اللهِ ، وَ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ ، وَ عَيْنٌ كَفَّتْ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ (رواه الطبراني)

Diriwayatkan dari Bahz bin Hakim dari ayahnya, dan kakeknya, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tiga mata tidak akan pernah melihat api neraka: 1). Mata yang terjaga di jalan Allah; 2). Mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan; 3). Mata yang menahan diri dari hal-hal yang diharamkan Allah.” (HR. ath-Thabrani)

Keterangan:

Menjaga pandangan adalah sebuah ibadah yang memiliki banyak keutamaan. Selain membuat hati dan jiwa menjadi bersih, nafsu menjadi mudah dijinakkan, juga ada janji pahala dari Allah bagi siapa saja yang mampu menjaga pandangannya. Tentu saja, pahala ini dapat diterima ketika orang yang bersangkutan menjaga pandangannya semata-mata karena Allah ta’ala. Bukan karena kepada orang lain disekitarnya, bukan pula mengharap pujian dari mereka.

Tak tanggung-tanggung, kepada orang-orang yang menjaga pandangan ini, Rasulullah menjanjikan ganjaran berupa tidak akan pernah melihat neraka. Ini artinya, ia akan masuk surga secara langsung. Orang yang menjaga pandangannya ini disetarakan dengan orang-orang yang jarang tidur malam karena ibadah; disejajarkan dengan khusyuk, yang dalam kekhusyukannya ia menangis karena takut adzab-Nya.

Subahanallah, alangkah tingginya derajat orang-orang yang mampu menjaga pandangannya.

Tanbīh: Memaknai Ghadhdhul Bashar

Menjaga pandangan sebenarnya memiliki makna yang cukup luas. Tidak hanya seorang lelaki yang menjaga pandangan dari menatap perempuan atau sebaliknya, tetapi juga menjaga pandangan dari hal-hal lain yang sifatnya lebih umum. Misalnya, menjaga pandangan dari benda-benda duniawi, seperti mobil baru milik tetangga, rumah saudara yang seperti istana, dan lain-lain. Sebab, memandang hal-hal yang demikian, apalagi jika dimasukkan ke dalam hati, akan membuat orang yang melihatnya terjangkiti sifat kadonyan (cinta dunia). Demikian pula, menjaga pandangan juga tidak terbatas kepada menjaga mata dari menatap secara langsung, tetapi juga menatap secara tidak langsung. Misalnya, menjaga mata dari video porno, sinetron-sinetron yang menonjolkan keglamoran hidup, film yang “mendakwahkan” pacaran dan kemolekan tubuh, dan lain-lain.

Dari semua itu, seyogianya seorang muslim juga menjaga pandangannya agar ia tidak terperangkap oleh jebakan-jebakan kehidupan dunia.

Wallahu a’lam.

*


API NERAKA MENJAUHI MANUSIA YANG MATANYA BEGINI

Neraka menjadi tempat bagi mereka para pendosa dan yang mengikari Allah SWT.  Hal itu telah dijelaskan dalam Al-Qur'an surah At-Taubah ayat 63, "Tidakkah mereka (orang-orang munafik) mengetahui bahwa siapa yang menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka jahanamlah baginya. Dia kekal di dalamnya. Itulah kehinaan yang besar."

Panas api neraka beribu-ribu kali lipat dari panasnya neraka. Tubuh-tubuh para penghuni neraka akan perlahan hancur menjadi abu dengan panasnya api neraka. Namun ada 2 bagian tubuh yang tak akan hancur dan bahkan tak tersentuh sedikitpun oleh api neraka.

Dari sebuah kitab At-Takhwif min an-Nar wa at-Ta'rif bihal dar al-Bawar karya Ibnu Rajab al-Hanbali yang diterjemahkan oleh Abdul Rosyad Shiddiq, Ibnu Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang hal tersebut. 

Dalam hadits, Rasulullah bersabda bahwa memang dua mata tidak akan disentuh oleh api neraka. Namun, dua mata tersebut adalah dua mata yang menangis karena takut kepada Allah SWT dan dua mata yang selalu terjaga di jalan Allah SWT.

"Ada dua pasang mata yang tidak disentuh oleh api neraka, yakni mata yang menangis di keheningan malam karena takut kepada Allah, dan mata yang terjaga di jalan Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung." (HR Tirmidzi).

Dalam Syarah Riyadhush Shalihin, Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilali diterjemahkan M Abdul Ghoffar menjelaskan, 
bahwa menangis kepada Allah SWT akan membangkitkan sikap istiqamah dalam diri. 
Sikap ini dapat menjadi tameng atau pelindung dari azab perih.

Hadist riwayat Imam Ahmad, An Nasa'i al-Hakim), "Api neraka tidak mau menjilat mata yang selalu berlinang air mata di tengah malam karena takut kepada Allah. Api neraka juga tidak mau menjilat mata yang terjaga di jalan Allah".

Api neraka juga tidak akan mengenai mata para umat manusia yang berjaga untuk membaca Al-Qur'an dan enggan melihat hal-hal yang diharam. Hal ini seperti diriwayatkan Al Jauzajani.

Dalam hadits itu Rasulullah SAW bersabda, "Api neraka enggan menjilat mata yang terjaga untuk membaca Kitab Allah. Api neraka juga enggan menjilat mata yang menangis karena takut kepada Allah. Selain itu, api neraka enggan menjilat mata yang tidak mau melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah atau sepasang mata yang menjadi buta di jalan Allah."

*


BENARKAH WANITA BANYAK MENGHUNI NERAKA?

By: 
Suara Muhammadiyah, 6 Februari, 2020

 

Islam sangat memuliakan perempuan bahkan sejak ia lahir. Salah satu bentuk karunia memiliki anak perempuan dijelaskan di dalam hadis Nabi saw.;

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ. وَضَمَّ أَصَابِعَهُ [رواه مسلم].

Dari Anas bin Malik (diriwayatkan), Rasulullah saw bersabda, barangsiapa yang merawat dua anak perempuan hingga mereka memasuki usia balig, maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku. Rasulullah berkata demikian seraya merapatkan jemarinya (sebagai gambaran kedekatan beliau dengan orang yang merawat anak perempuan tersebut) [HR. Muslim].

Kemuliaan wanita sebagai ibu telah disebutkan di dalam al-Qur’an dan hadis-hadis yang sahih.

Adapun pernyataan bahwa wanita lebih banyak menjadi penghuni neraka adalah kesimpulan yang biasanya didasarkan pada hadis-hadis berikut,

اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاء [رواه البخاري ومسلم].

… Aku diperlihatkan di surga. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir. Lalu aku diperlihatkan neraka. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita [HR. al-Bukhari dan Muslim].

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا بِمَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ بِكُفْرِهِنَّ. قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ قَالَ بِكُفْرِ الْعَشِيرِ وَبِكُفْرِ الإِحْسَانِ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ [رواه البخاري ومسلم].

… Dan aku diperlihatkan neraka. Saya tidak pernah melihat pemandangan seperti yang kusaksikan hari ini. Dan saya melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita. Mereka bertanya, mengapa wahai Rasulallah? Beliau bersabda, dikarenakan kekufuran mereka. Lalu ada yang berkata, apakah mereka kufur kepada Allah? Beliau menjawab, kufur terhadap pasangannya dan kebaikan-kebaikan pasangannya itu. Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang wanita sepanjang tahun, kemudian dia melihatmu melakukan (sedikit) kejelekan, maka dia akan mengatakan, saya tidak melihat sedikit pun kebaikan darimu [HR. al-Bukhari dan Muslim].

Kedua hadis di atas adalah potongan dari hadis yang cukup panjang, ketika Allah menampakkan keadaan surga dan neraka kepada Rasulullah saw. Beliau mengalami hal itu di dua kesempatan, pertama ketika Isra’ Mi’raj dan saat memimpin shalat sunnah khusuf, atau shalat gerhana.

Amal perbuatan manusialah yang menentukannya. Di dalam al-Qur’an dengan jelas disebutkan;

وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا [النساء، 4: ١٢٤].

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun [QS. an-Nisa (4): 124].

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [النحل، 16: ٩٧].

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan [QS. an-Nahl (16): 97].

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ [الزلزلة، 99: ٨].

Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula [QS. al-Zalzalah (99): 8].

Hadis-hadis tentang siapa saja yang masuk surga maupun neraka haruslah dipahami dalam konteks ayat-ayat di atas. Dengan demikian, jelaslah bahwa penyebab banyaknya perempuan masuk ke dalam neraka adalah akibat perbuatan buruknya. Hadis kedua dengan gamblang menjelaskan keburukan tersebut. 

Di dalam hadis itu dikatakan bahwa penyebab banyak perempuan masuk neraka adalah karena mereka kufur terhadap kebaikan suami. Maksud kufur pun sudah dijelaskan, yakni perempuan-perempuan yang dimaksud pada ayat itu cenderung selalu mengingat dan melaknat suami atas sedikit keburukan yang pernah dilakukannya dan tidak menghargai kebaikannya.

Istri yang tidak menghargai kebaikan suaminya adalah manusia yang tidak mensyukuri nikmat Allah swt. 

Dalam penjelasannya terhadap hadis ini, Ibnu Battal menegaskan bahwa nikmat dari suami sejatinya adalah nikmat Allah, maka istri yang tidak menghargainya dianggap kufur pada nikmat Allah. 

Perbuatan tersebut merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah untuk selalu bersyukur. Jadi, kufur nikmat inilah yang membuat ia terperosok ke dalam neraka (Syarh Sahih al-Bukhari Li Ibni Battal, 1/89). Penjelasan senada disampaikan oleh Badruddin al-‘Aini, bahwa salah satu pelajaran penting dari hadis tersebut adalah haramnya mengingkari hak-hak orang lain serta nikmat kebaikan darinya (‘Umdah al-Qari’, 2/45).

Dari pemahaman di atas, kita bisa pula menarik kesimpulan bahwa ancaman dosa karena tidak menghargai pasangan bukan hanya berlaku bagi istri, tapi pada suami pun demikian. Hal ini dikuatkan oleh keumuman hadis Rasulullah saw berikut,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ [رواه احمد, تعليق شعيب الأرنؤوط: إسناده صحيح على شرط مسلم].

Dari Abu Hurairah ra. (diriwayatkan), ia berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, seseorang dianggap tidak bersyukur kepada Allah bila ia tidak mensyukuri (kebaikan) manusia [HR. Ahmad. Syaikh al-Arnauth menyatakan sanadnya sahih sesuai syarat Muslim].

Hanya saja di dalam hadis-hadis tersebut, Rasulullah saw sengaja menyebutkannya kepada para perempuan sebab ada kebiasaan wanita Jahiliyyah yang hendak dihilangkan oleh Nabi saw. Kebiasaan tersebut adalah kebiasaan mencela dan melaknat suami-suami mereka. Mereka bahkan sangat terbiasa melaknat siapa saja sampai-sampai dalam menyampaikan pujian pun mereka kerap berkata “semoga Allah melaknatnya!” (Al-Mafhum Li maa Asykala Min Talkhis Kitabi Muslim, 2/33). 

Oleh karenanya lewat hadis-hadis ini, Rasulullah saw sejatinya tengah membebaskan wanita secara total dari budaya Jahiliyyah. Islam tidak hanya membebaskan bayi perempuan dari budaya penguburan hidup-hidup, tapi juga menyelamatkan perempuan dewasa dari kebiasaan yang akan menceburkan ke neraka.

Perihal apakah memang sudah pasti mayoritas penghuni neraka adalah perempuan (sehingga mereka minoritas di surga), ada dua hal yang perlu diperhatikan,

Pertamakufur pada kebaikan suami termasuk kufrun duuna kufrinPelaku kufur jenis ini tidak kekal di neraka (Faidh al-Bari, 1/189). Perempuan-perempuan yang diinformasikan oleh Nabi Muhammad saw. sebagai penghuni neraka itu juga nanti akan keluar darinya. Al-Munawi dan Ibnu Hajar menjelaskan bahwa perempuan minoritas di surga hanya pada awalnya saja, ketika perempuan yang banyak berdosa belum dikeluarkan dari neraka dengan syafaat dari Allah swt (Faidh al-Qadir, 2/428 dan Fath al-Bari, 6/325). Lebih lanjut, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa perempuan akan mayoritas baik di surga maupun di neraka berdasarkan hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim (Fath al-Bari, 6/325).

Keduadalam menjelaskan hadis pertama, Anwar Syah al-Kasymiri berkesimpulan bahwa keadaan banyaknya perempuan itu adalah apa yang dilihat oleh Nabi Muhammad saw. ketika itu. Di dalam hadis tersebut, menurut al-Kasymiri, tidak ada keterangan bahwa keadaan ini akan berlaku selamanya. Sifat sementara dan partikular itu dikuatkan oleh fakta bahwa Rasulullah saw membandingkan orang fakir sebagai mayoritas penghuni surga dan perempuan sebagai mayoritas penghuni neraka. Menurut al-Kasymiri, jika saja apa yang disaksikan Rasulullah saw. ketika itu bersifat tetap dan abadi serta didasarkan pada pengamatan yang jeli, tentu beliau akan membandingkan perempuan dan lelaki (Faidh al-Bari, 5/247 – 7/32). Lagi pula, kata “fakir” juga mencakup perempuan.

Pada dasarnya, siapa yang mayoritas di surga atau neraka tidak perlu terlalu dirisaukan. Seorang perempuan (dan juga lelaki) hendaknya memperhatikan penyebab banyak orang masuk neraka dan berusaha menghindarinya. Penyebab banyak perempuan masuk ke dalam neraka yang disebutkan di dalam beberapa hadis di antaranya; kufur pada suami, gemar mengadu domba, suka melaknat, tidak amanah, ingkar janji, serta kikir. Kesemua keburukan ini tentu juga ada pada lelaki, tapi Rasulullah saw. melihat perempuan lebih cenderung banyak melakukannya. Untuk menutupi keburukan-keburukan inilah, maka Rasulullah saw. mendorong para perempuan untuk gemar bersedekah.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى ثُمَّ انْصَرَفَ فَوَعَظَ النَّاسَ وَأَمَرَهُمْ بِالصَّدَقَةِ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ تَصَدَّقُوا فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ [رواه البخاري].

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, (diriwayatkan ia berkata), Rasulullah saw. berangkat ke masjid pada hari Idul Adha atau Idul Fitri, beliau lalu menasihati orang-orang agar giat bersedekah seraya berkata, wahai manusia bersedekahkah! Ketika beliau melewati para wanita, Rasulullah saw. bersabda, wahai para perempuan, bersedekahlah, karena sesungguhnya aku diperlihatkan bahwa mayoritas penghuni neraka adalah kalian (kaum perempuan)! Kemudian para perempuan itu bertanya, Mengapa ya Rasulullah? Rasul pun menjawab, kalian sering melaknat dan berbuat kufur kepada suami [HR. al-Bukhari].

Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, dari hadis ini bisa disimpulkan bahwa sedekah bisa menyelamatkan dari azab (Fath al-Bari, 1/406). Oleh karena itu, setelah mendengarkan penjelasan di atas, para sahabiyah langsung dengan antusias bersedekah, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah,

فَجَعَلْنَ يَتَصَدَّقْنَ مِنْ حُلِيِّهِنَّ يُلْقِينَ فِي ثَوْبِ بِلالٍ مِنْ أَقْرِطَتِهِنَّ وَخَوَاتِمِهِنَّ [رواه مسلم].

Maka para wanita mulai bersedekah dan melemparkan gelang, giwang dan cincin mereka ke dalam pakaian Bilal [HR. Muslim].

Imam al-Bukhari meriwayatkan bahwa setelah mendengarkan hadis di atas, Zainab istri Ibnu Mas’ud mendatangi Rasulullah saw. untuk bertanya perihal tata cara sedekah bagi para istri. Ia bertanya demikian sebab menurut Ibnu Mas’ud, dia serta anak merekalah yang berhak mendapatkan sedekah Zainab. Rasulullah saw. membenarkan pendapat Ibnu Mas’ud itu. Selain tentang tata cara sedekah, hadis ini juga menunjukkan bahwa ketaatan kepada suami yang dituntut di dalam hadis-hadis di atas haruslah berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Bisa juga dipahami bahwa kritis pada suami bukanlah bentuk ketidaktaatan.

Setiap Muslimah hendaknya meneladani para sahabiyah tersebut. Begitu mengetahui sebab celakanya banyak perempuan, mereka bersegera beramal agar tidak menjadi seperti penghuni neraka itu. Ibnu Hajar menegaskan bahwa inilah tujuan Rasulullah saw. memberi tahu tentang banyaknya perempuan menghuni neraka, yakni sebagai pelajaran dan peringatan bagi umatnya (Fath al-Bari, 2/543). 

Hal ini semakin jelas bila memperhatikan konteks hadis riwayat Abu Sa’id di atas, Rasulullah saw. memang tengah menyuruh semua orang, lelaki dan perempuan, untuk bersedekah. Ketika sampai di jamaah perempuan, Rasulullah saw menyebut-nyebut jumlah perempuan di neraka sebagai tarhib (peringatan) sekaligus targhib (motivasi) bagi mereka.

Terakhir, kami kutipkan sebuah kabar gembira dari Rasulullah saw. untuk para wanita,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ [رواه احمد].

Dari Abdurrahman bin ‘Auf (diriwayatkan), ia berkata, Rasulullah saw bersabda, jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa pada bulan Ramadan, serta betul-betul menjaga kemaluannya, dan taat pada suaminya, maka kelak akan dikatakan padanya, masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka [HR. Ahmad].

Wallahu alam bish-shawab




0 komentar:

Posting Komentar