MERASAKAN DIPANDANGI ALLAH
Ada yang harus berbeda antara hewan dengan manusia!
Aku nggak mau kalau mataku hanya sama dengan matanya Kera yang cuma bisa melihat dengan mata kepala tanpa tanpa bisa memahami arti dan makna apa yang dilihatnya.
Dan aku tak mau jika aku punya telinga tapi sama saja dengan telinganya Gajah yang tak memahami apapun dari pendengarannya.
Dan aku pun juga tidak akan mau mempunyai nafas yang tidak ada perbedaannya dengan nafas monyet, yang hanya bisa hidup tanpa tujuan hidup dan memahami arti kehidupan
Dan aku pun juga tidak akan mau mempunyai lidah atau lisan dan mulut yang tidak ada perbedaannya dengan lidah lisan dan mulut Babi, yang hanya bisa makan dan minum saja.
Dan aku pun juga tidak akan mau mempunyai otak yang tidak ada perbedaannya dengan otak Sapi yang tidak mampu memahami apapun.
Manusia Mulia Dengan Akal Ilmunya
Dengan akalnya manusia dapat meraih berbagai macam pengertian dari ilmu pengetahuan, pertama pengetahuan dalam agama. Sebanyak apa yang dia tuntut di dalam agamanya untuk bisa dilaksanakan untuk amal ibadah sebagai hamba yang beriman kepada Allah.
Baik mata telinga nafas lisan atau lidah dan mulut dan otak difungsikan sebagaimana seharusnya sebagai manusia yang berbeda dengan hewan-hewan. Seluruhnya digunakan untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat. Seluruhnya dimanfaatkan untuk meraih kebenaran sejati.
Bermanfaat matanya untuk melihat tanda-tanda atau ayat-ayat keagungan Allah, kemuliaan Allah, kesucian Allah, keindahan Allah dan kesempurnaan Allah.
Bermanfaat telinganya untuk mendengarkan ayat-ayat keagungan Allah, kemuliaan Allah, kesucian Allah, keindahan Allah dan kesempurnaan Allah.
Bermanfaat lisannya untuk membaca, berdzikir akan ayat-ayat keagungan Allah, kemuliaan Allah, kesucian Allah, keindahan Allah dan kesempurnaan Allah.
Bermanfaat akalnya untuk meraih pengetahuan dan pemahaman tentang ayat-ayat keagungan Allah, kemuliaan Allah, kesucian Allah, keindahan Allah dan kesempurnaan Allah.
Bermanfaat nafasnya untuk "berdzikir nafas" meresapi arti kehidupan dalam ayat-ayat keagungan Allah, kemuliaan Allah, kesucian Allah, keindahan Allah dan kesempurnaan Allah.
Meraih Insan Kamil dengan Hati Mencapai Wujud Nyata Ilahi
Namun tak terhenti pada nilai-nilai akal semata, yang hanya diselimuti oleh definisi-definisi yang tak pernah bertemu dengan kenyataannya.
Orang berilmu itu hanyalah seperti orang yang di dalam goa diceritakan dengan segala definisikan soal matahari di luar sana. Atau seperti orang yang mendengar cerita tentang rasa-rasa dari beraneka ragam buah-buahan makanan dan minuman. Mereka semua tidak akan pernah mampu memahami dengan sebenar-benarnya apa yang dapat dijangkau oleh orang-orang yang telah benar-benar menemukan segala kenyataan dari segala definisi-definisi itu.
Faham kenyataan rasa takkan bisa didapatkan oleh seseorang yang hanya memahami definisi-definisi ilmu tentang makanan, buah-buahan dan minuman. Kenyataan yang hanya dapat diraih oleh penciuman dan lidah atas apa yang dirasakannya saat mereka mengaroma dan mengunyah makana, buah-buahan dan minuman.
Faham kenyataan rasa takkan bisa didapatkan oleh seseorang yang hanya memahami definisi-definisi ilmu tentang Matahari. Seseorang yang kulitnya merasakan hangatnya sentuhan cahaya matahari dan matanya dapat merasakan silaunya sinar matahari.
Ilmu-ilmu itu hanyalah batasan-batasan dalam bentuk definisi-definisi yaitu pengertian-pengertian aqliyah semata. Namun dia tidak mampu menemukan kenyataan dari apa yang telah didefinisikan itu.
Orang yang menuntut ilmu harus keluar dari definisi itu untuk menemui segala kenyataan dari seluruh apa yang didefinisi-definisikan itu dengan hatinya.
Iya harus meningkatkan diri dengan mensyukuri karunia hati yang diberikan oleh Allah. Karena hanya dengan hati itulah manusia dapat terhubung dengan Allah, dan dengan hati itulah manusia dapat memahami Allah baik dan lebih nyata serta sempurna. Terlebih untuk mengenali Allah. Yang selama ini hanya berkutat dalam ilmu-ilmu yang mendefinisikan tentang shifat-shifat Allah.
Seseorang yang menempati rumah ialah yang memilikinya. Walaupun Bagaimana seseorang menyatakan bahwa dia memiliki rumah, Tapi rumah-rumah itu tidak pernah dikunjunginya atau ditempatinya. Boleh jadi memang itu miliknya tapi sejatinya dia tidak memilikinya, karena memiliki dalam makna pengakuan kepemilikan semata tidaklah berarti.
Sesungguhnya manusia memiliki hati, namun dia tidak menggunakannya, dan tidak mengambil manfaatnya. Padahal hati manusia adalah karunia terbesar Allah baginya. Seketika dia telah tersadar, maka seperti orang yang hendak menempati rumah, pastinya dia bersihkan rumahnya terlebih dahulu agar nyaman untuk ditempati. Tidak sempurna, ya tidak harus wajib langsung sempurna. Dia boleh menempatinya sambil membersihkannya. Dan juga bisa mengecatnya dan menghiasi rumahnya dengan hiasan yang baik.
Seperti itu juga perumpamaan bagi orang yang menempati rumah yaitu hatinya. Dia harus membersihkan hatinya, yaitu membersihkan segala kotoran yang ada dalam hatinya. Membuang segala sifat-sifat yang buruk dari hatinya. Dan kemudian dia menghiasi hatinya dengan sifat-sifat yang baik dan mulia. Kemudian dia harus benar-benar menjaga hatinya, sebab hatinya adalah harta termulia yang dia miliki. Ada saatnya memperjalankan hatinya, menuju kepada suatu kesadaran yang meninggi tentang Tuhannya.
Ketahuilah bahwa saat kau bersama hatimu, lalu saat kau sadar akan kenyataan yang dapat dirasakan hatimu, maka *ketahuilah pada saat itu pulalah engkau akan mengenal Tuhanmu.* Mengenal sebenar-benarnya yang selama ini dalam definisi-definisi yang tiada nyata. Karena akal tidaklah mampu meraih Tuhan. Karena akal hanya dibolehkan pada sisi-sisi batasan-batasan tertentu. Yaitu batasan-batasan pengertian yang menjaga agar akal manusia tidak menyelisihi kebenaran yang dapat mengakibatkan akal jatuh ke dalam kesesatan.
Meraih Ma'rifat Dalam Ichsan Hakiki
Bukan seperti ingatan sebuah sebutan yaitu "aku dilihat oleh Allah atau aku merasa dilihat oleh Allah". Bukan... bukan hanya seperti itu. Ihsan yang sesungguhnya bukanlah ingatan tentang definisi Ihsan.
Seperti orang yang sedang diajak berbicara, terkadang dia merasakan kemarahan seseorang, terkadang ia merasakan penilaian seseorang. Dan seperti orang yang mendapatkan sesuatu sikap dalam pergaulannya, terkadang dia merasakan kegembiraan dan kesedihan. Bisa merasakan nyaman saat mendapatkan dukungan atau juga merasakan kekecewaan.Begitu pula akan dapat merasakan pahit dan manisnya saat pandangan mata seseorang mengarah kepada dirinya.
Seseorang yang merasa dipandang oleh Allah, dia pun seharusnya juga merasakan bagaimana rasanya saat dipandangi oleh Allah.
Pada kali pertama, Ihsan seorang mu'min akan menggiringnya kepada suatu anggapan atau keyakinan sedang di lihat oleh Allah. Dan pada kelanjutannya, dengan idzin Allah ia akan dimampukan merasakan *"Suasana Dipandang"* itu dan seakan sedang disentuh -NYA. Sentuhan Maha Indah Sempurna, Sang Maha Kuasa Perkasa dan Mulia.
*Jika seseorang dipandangi Allah, maka kenyataan syurgawi terjadi di dirinya. Pasti akan serasa dipeluk oleh Keni'matan Syurga Firdaus dalam keadaan di Ridhoi Allah*
Apa yang hendak dihitung dan dikirakan oleh manusia tentang apa-apa yang terjadi saat seseorang dipandangi Allah. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menandingi *keni'matan berdekatan dengan Allah, dipandangi Allah dan melihat Allah dari alam dunia sampai syurga.*
Yang pasti bahwa segala yang dari Allah adalah segala bentuk Ni'mat dan sebagai Rahmat Ridho-Nya akan dirasakannya. Jiwa yang dipandangi Allah adalah jiwa yang di Rahmati-NYA - di Ridhoi-NYA. Rahmat Ridho itu pula yang membuat orang-orang didalamnya (syurga) mampu merasakan Keni'matan Syurgawi. Tanpa Ridho Allah, syurgawi tak mampu memberikan apapun‼️
Ada banyak suatu urusan yang tak mungkin bisa diraih oleh sekadar akal, sain teknologi canggih atau bahkan filsafat sekalipun. Bukan *lewat logika tapi lewat Cahaya (Nur).* Dan itulah Insan yang padanya _Cahaya Islam,_ dan ada _Cahaya Iman._ di kedalamannya, dan ada _Cahaya Ihsan_ di relungnya, dan ada _'Irfan_ dibatas akhirnya (Nihayah) itu, kita sebagai insan, sudah semestinya _Mensyukuri Karunia Ni'mat Allah_ yaitu *Dimensi Bathin* kita. Sebab selain memiliki dimensi fisik (Zhohir), kita juga memiliki *Dimensi HATI & RUH.* Dimensi yang nyata terutama saat seseorang tidur atau istirahat dari fisik dan akalnya. Didalam ibadah, seseorang yang khusyu' akan memasuki *Dimensi Hati dan Ruh.* Pada dimensi inilah Allah akan memberikan pemahaman suci, yang tidak bisa diraih oleh _Pemahaman Akal._ Agar dengan itu pula, insan akan meraih *hidup yang sejati,* yaitu _Hidup Zhohirnya dan Hidup pula Bathinnya._ Sehingga menjadi *sempurnalah kehidupannya.* dalam selamat sejahtera Lahiriyyahnya dan Damai Bahagia pula Bathiniyyahnya.
Ilham dari Allah akan diraih jika Dia menghendaki. Andaikan kita benar-benar mau dan bersungguh-sungguh menghayati (menghidupkan) keagamaannya (Islam Iman Ihsan) maka ia akan dimungkinkan memperoleh 'Irfan (Ilham kema'rifatan). Ilham adalah suatu penglihatan, pendengaran dan akal suci atau *pemahaman mendalam* tentang suatu rahasia kehidupannya. Ruh yang berjalan tanpa bebanan, lalu menemukan suatu yang istimewa dalam *Alam Keruhanian Yang Suci.*
Dengan idzin Allah, ruh itu akan dipertemukan dengan yang suatu urusan yang sangat berbeda dengan kenyataan fisik yang hampir sama dengan mimpi. *Penglihatan dan pendengaran yang jernih dan *Pemahaman Kebenaran* (yang tak dapat diragukan). Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai Pencipta Manusia, mengetahui keadaan ciptaan-NYA. Manusia dari fithrohnya adalah ciptaan yang paling sempurna di antara seluruh ciptaan Allah. Dilengkapi-NYA dengan Hati Suci *"Qolbu Nurani"* nan suci di kedalamannya *FUAD* untuk menerima dengan tanpa ragu setiap kebenaran Muthlaq dan untuk dipersiapkan untuk *Mengenal Allah* yang telah dikenali saat dahulu ia masih *di Alam Ruh* dengan *LUB-nya* menjelajahi _Dimensi Rahasia Dirinya_ yaitu *"SIRR".*
*ilaahii Anta Maqshuudii wa Ridhoooka mathluubii A'tinii machabbatika wa ma'rifataka.*
_Tuhanku, Engkau adalah tujuanku dan keridhoan-Mu adalah yang ku cari. Berilah aku Cinta-MU dan Ma'rifat-MU"._
(Ini Syair Du'aa' *Rabii'ah Al-'Adawiyyah,* seorang Sufi wanita terkenal beraliran Sunni yang lahir pada tahun 95-99 Hijriyyah)
*Allahu Waliyulladziina Aamanuu yukhrijuhum Minzh_zhulumaati ilanNuur.* Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)._
.... *Ayat (QS. Al-Baqarah: 257)*
*"Althuf binaa yaa lathiifu"* (اُلطُف بنا يا لطيفُ) memiliki arti: *"Lembutkanlah (kasihanilah) kami, wahai Yang Maha Lembut"* atau "Bersikap baiklah kepada kami, wahai Yang Maha Lembut".
****
.jpeg)






0 komentar:
Posting Komentar