Senin, 17 November 2025

✓ MENGENAL QOLBU, RUH, AKAL & NAFSU

 


MENGENAL QOLBU, RUH, AKAL & NAFSU

Dalam Hadits Qudsi Allah menjelaskan, “Aku jadikan dalam rongga anak Adam itu mahligai, dan dalam mahligai itu ada dada, dan dalam dada itu ada hati (qalbu) namanya, dan dalam hati (qalbu) ada mata hati (fuad), dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf), dan dibalik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr), dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah.”

MENGENAL QOLBU, RUH, AKAL & NAFSU

APA ITU QOLBU?

Qolbu pada dasarnya memiliki makna ganda. Ada makna secara syariah dan hakikiyah. Secara syariah Qolbu diartikan sebagai segumpal daging yg mana baik buruknya akan memberi dampak besar terhadap jasad seseorang. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw.:

……وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ (رواه البخاري و مسلم)

Artinya : “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah qolbu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Secara lughawiyah, Qolbu memiliki arti asli yaitu Jantung. Dan ini sejalan dengan Hadits diatas bahwa ketika jantung kita sehat, maka seluruh tubuh kita pun akan sehat dan bebas dari berbagai penyakit. Namun sebaliknya, jika jantung kita biarkan kotor, maka darah yg mengalir ke seluruh tubuh pun akan menjadi darah yg kotor dan menjadi biang penyakit.

Sementara makna secara hakikiyah, qolbu adalah sebuah organ yg bersifat sirr (tidak berwujud), namun ketika seseorang tersebut melakukan sebuah kemaksiatan, maka akan muncul bercak² hitam yg lama kelamaan akan mengeraskan qalbu. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi:

بنيت في جوف بان ادم قصرا و في القصر صدرا و في الصدر قلبا و في القلب فأدا و في الفأد شغفا و في الشغاف لبّا و في اللب سرّا و في السرّ انا

Artinya: “Telah kami (Allah) bina/bangun dalam diri bani Adam sebuah bangunan. Di dalam bangunan itu terdapat dada, di dalam dada terdapat qolbu, di dalam qolbu terdapat fuad (mata hati), di dalam fuad terdapat syagaf (hati nurani), di dalam syagaf terdapat lubb (lubuk hati), dalam lubuk hati terdapat sirr (rasa), di dalam sirr ada Aku (Allah).”

*

Al-Qur’an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan yang ditunjukkan kepada masyarakat Arab sejak 15 abad lalu. Setiap pemilihan kosa kata mempunyai nilai falsafah bahasa tersendiri. Kehalusan bahasa terlihat dari balaghah dan fashahahnya, baik yang konkrit maupun abstrak dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi makna yang dituju, termasuk kata hati di dalam Al-Qur’an.

EMPAT RAGAM PENYEBUTAH HATI DALAM AL-QUR’AN

Dalam pemilihan kata, al-Qur’an kadang menggunakan beberapa kata yang memiliki arti sama dalam bahasa Indonesia, sehingga tampak ada inkonsisten dalam kata-kata yang digunakannya. Pada lafadz qalb, shadr, fu’ad, dan lubb, keempat kata tersebut pada umumnya sering disebut hati.

Padahal jika kita mengutip pendapat tirmidzi bahwasanya kata hati sendiri mempunyai empat tingkatan didalamnya. Tingkatan tersebut tersusun menjadi beberapa bagian. Hal ini dapat kita di analogikan dengan kata mata. Dimana mata sendiri mencangkup beberapa bagian yang ada di dalamnya seperti putih, hitam, dan biji mata itu sendiri.

Seluruh komponen tersebut memiliki fungsinya masing-masing dan saling terkoneksi. Sehingga, apabila terjadi kerusakan salah satu diantara komponen tersebut, maka kinerja bagian yang lainnya akan ikut terganggu, begitu juga sebaliknya.

4 Komponen dan Lapisan Hati
Pada dasarnya hati memiliki empat komponen diantaranya:

LAPISAN SHADR

Komponen pada lapisan pertama hati ialah shadr. Shadr sendiri jika diartikan kedalam bahasa indonesia adalah dada. Lapisan pertama ini merupakan tempat interaksi antara kepribadian kita dan alam spiritual kita. Kita memerlukan kepribadian untuk berinteraksi, namun kita membutuhkan bimbingan kearifan yang dalam dari hati.

LAPISAN QALB

Lapisan kedua ialah al qalb yang terletak dalam shadr, begitu juga sifat buta dan bagian hati terdapat dalam al qalb bukan pada al shadr. Allah swt berfirman:

Dalam Al-Qur’an
لا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ.

Artinya: “Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada” (Q.s. Al Hajj: 46)

Al qalb adalah sumber pokok-pokok ilmu. Ia merupakan sumber air dan al shadr adalah kolamnya. Al qalb merupakan tempat bagi cahaya iman, yang mana cahaya ini memberikan keyakinan, ilmu, dan niat. Lalu semua itu munculah di shadr,  sehingga hubungan al qalb dengan al shadr itu terletak antara yang pokok dan yang cabang. Selain sebagai tempat cahaya iman, al qalb juga sebagai tempat bagi takwa, sakinah, kekhusukan, dan kesucian. Kesucian dan kebersihan ini tergantung sejauh mana ia dijaga, dilatih, dan juga ditambah dengan kebaikan-kebaikan.

Cahaya qalb itu seperti cahaya matahari yang mana cahayanya bersifat sempurna dan tidak pernah meredup. Namun ada faktor lain yang menjadikan cahayanya meredup seperti mendung yang menghalangi cahayanya. Sehingga intensitas cahaya yang masuk menjadi berkurang. Namun apabila semua faktor yang menghalangi tersebut hilang maka cahayanya akan semakin terang. Hal ini sama juga seperi al qalb yang mana apabila penghalang tersebut ada maka cahaya tersebut akan berkurang dan begitu juga sebaliknya.

LAPISAN FUAD

Lapisan ketiga adalah fuad. Ia merupakan sumber makrifat dan penglihatan. Pengetahuan yang ada dalam al qalb itu bersumber dari penglihatan al fuad. Artinya, al fuad sebagai tempat dimana ketika ilmu al qalb dan makrifat menyatu maka yang terjadi ialah segala sesuatu yang awalnya abstrak menjadi jelas dan terang. Baik al fuad dan al qalb keduanya dapat dikatakan sebagai al bashr.

LAPISAN LUBB

Lapisan yang keempat ini kita kenal dengan lubb. Al lubb sendiri merupakan tingkatan teraman dalam hati. Ia bagaikan kutub, dimana segala pondasi agama dan segala cahaya bersarang didalamnya. Sehingga, cahaya tidak menjadi sempurna tanpa adanya lubb tersebut.

Kata Al lubb itu terdiri dari huruf lam – ba’ – ba’. Lam adalah al luth yang merupakan simbol dari kelembutan. Ba’ yang pertama ialah al-birr fi al-bidayah sebagai simbol saleh dalam permulaan. Ba’ yang kedua ialah al baqa bi al barokah alaih sebagai simbol kekal dalam keberkahan. Cahaya tidak bersumber dari manapun melainkan hanya dari keagungan allah swt

Sehingga pada lapisan keempat ini merupakan lapisan yang mana sudah berada di luar jangkauan kata-kata, teori-teori, dan pemikiran-pemikiran. Pada lapisan ini orang sudah berada di dunia puisi bukan lagi prosa. Jika Allah memberikan hidayah kepada hambanya, maka Allah Swt akan memberikan cahayanya lewat lubb sehingga cahaya itu bersinar menjadi cahaya tauhid sehingga hambanya benar-benar lepas dari kesyirikan. Kemudian cahaya tersebut menembus  ke al-fuad menjadi nur makrifat sehingga seseorang hamba menjadi seorang yang arif, yaitu mengenal Allah dengan segala sifatnya.

Setelah cahaya menembus ke Al-fuad, cahaya tersebut akan mencapai di al qalb menjadi cahaya iman. Sehingga seorang hamba berimana terhadap Allah Swt. Dan pada akhirnya, cahaya tersebut menembus Al shadr menjadi nur islam yang menggerakan seluruh anggota badanya untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.

*

Menurut ahli tasawuf, Qolbu diartikan pula sebagai sebuah lathifah/titik sensor/dimensi ketuhanan yg tidak mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita.  Adapun qolbu menurut Imam Al-Ghozali ra. dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin adalah ruh, akal atau nafsu.

APA ITU RUH?

Firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Isra ayat 85:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.

Dalam kitab sirrul asror karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dikemukakan sebagai berikut:

Makhluk yg pertama kali diciptakan oleh Allah Ta’ala adalah RUH, ruh siapa? Ruh Muhammad ﷺ. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam hadits qudsi: “Aku Ciptakan Ruh Muhammad Dari Cahaya-Ku”.

Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut NUR. Kenapa disebut nur? karena bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: “aku dari Allah dan makhluk lain dari aku”.

Dari ruh Muhammad inilah Allah menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh² tersebut diturunkan ke tempat yg terendah, dimasukkan kepada makhluk yg terendah, yaitu jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Allah dari bumi yg tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).

Setelah diwujudkan jasad itu maka Allah menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai barang titipan pastinya Allah akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Allah bertanya kepada semua ruh:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak² Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yg demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang² yg lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (QS. Al-A’raf: 172)

Tapi sayang banyak ruh yg lupa dengan perjanjian awalnya terhadap Allah Ta’ala, sehingga mereka terlena dan terlalu nyaman tinggal di dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka.

Ruh² yg setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya mereka tetap berada pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi. Namun sangat sedikit orang yg sadar dan berkeinginan pulang atau kembali ke negeri asalnya. Oleh karena itu Allah melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad sebagai penunjuk jalan dari kesesatan mereka. Nabi Saw. mengajak mereka agar kembali dan sampai serta bertemu dengan Allah Ta’ala. Sebagaimana salah satu sifat Rasulullah Saw. adalah Tabligh, yaitu untuk memberikan basyirah dan huda kepada manusia menuju jalan Rabb-nya.

Tapi sebagai manusia biasa, Rasulullah Saw. memiliki keterbatasan waktu di dunia ini untuk menjalankan tugasnya tersebut, maka kemudian Allah mewariskan tugas ini kepada para ulama yg sholih yg sudah mencapai kesucian ruh dan telah Allah berikan bashiroh (pandangan yg jelas) kepadanya. Siapa mereka? Mereka adalah para wali Allah. Para wali Allah sebagai ahli bashiroh telah dibukakan mata hatinya untuk mengetahui jalan menuju Allah, mereka itulah yg disebut ahli ruhani.

RUH TERBAGI KE DALAM 4 BAGIAN:

(1). Ruh Al-Qudsi (ruh termurni), yaitu ruh yg berada di alam lahut atau alam ma’rifat atau alam tertinggi. Ruh ini adalah hakikat manusia yg disimpan di dalam lubuk hati. Keberadaannya akan diketahui dengan taubat dan menanamkan kalimatul iman dengan sungguh². Bukan hanya bersyahadat Laa ilaaha illallaah di mulut saja, namun ditanamkan dengan kokoh ke dalam qolbu. Ruh ini dinamakan oleh ahli Tasawuf sebagai bayi ma’nawi (thiflul ma’ani).

Ruh inilah yg senantiasa akan mampu berhubungan dengan Allah Ta’ala, sedangkan badan atau jasmani ini bukan mahromnya bagi Allah. Ruh Al-Qudsi telah Allah tempatkan di dalam RASA (SIRRI). Alatnya adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tauhid. Amalannya adalah mudawammah nama² Tauhid dengan lisan sirr tanpa suara dan huruf. Siapapun tidak ada yg mampu melihat/menelitinya kecuali Allah. Adapun keuntungannya yaitu keluarnya tiflul ma’ani, musyahadah serta terarah dan melihat kepada Dzat Allah dalam keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.

(2). Ruh Sulthoni, adalah ruh yg memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam jabarut. Tempat ruh ini adalah fu’ad (mata hati). Alatnya adalah ma’rifat dan amalannya adalah mudawamah asma Allah dengan lisan dan hati (qolbu). Adapun keuntungan pengolahan dari ruh sulthoni adalah melihat pantulan “Jamalillah” (keindahan Allah).

(3). Ruh Sairani Rawani (ruh ruhani), adalah ruh yg memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam malakut. Tempatnya adalah hati (qolbu). Alatnya adalah mudawamah asma’ul bathin tanpa suara dan huruf, hasilnya adalah ma’rifat kepada Allah Ta’ala, ilmu bathin, memperoleh ketenangan di dalam bergaul, hidupnya hati dan musyahadah di alam malakut (seperti menyaksikan surga dan ahlinya dan malaikat²nya). Tempatnya di akhirat adalah surga tingkat ke dua yaitu jannatun na’im.

(4). Ruh Jismani, adalah ruh yg memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam mulki (alam terendah bagi ruh). Ruh jismani telah Allah tempatkan di dalam jasad antara daging dan darah tepatnya di wilayah dada dan anggota badan yg dzahir. Alat untuk mengolah ruh ini adalah syari’at, hasilnya adalah wilayah (pertolongan Allah), mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Allah), dan musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Allah). Keuntungan di akhirat akan ditempatkan di jannatul ma’wa.

Setiap ruh itu mempunyai hanut (tempat) di daerah keberadaannya, dan bekal/alat pengolahannya dan keuntungan/hasil pengolahannya dan cara pengolahannya yg tidak pernah sia² yg diketahui secara tertutup (rahasia) maupun secara terbuka.

Oleh karena itu wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui cara mengolah dirinya, sebab apa yg dilakukan di muka bumi ini akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat.

Tujuan utama didatangkannya manusia ke alam terendah adalah agar manusia berupaya kembali mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai derajat (kembalinya manusia ke tempat asalnya) dengan menggunakan hati (qolbu) dan jasad. Maka perlu ditanamkan bibit tauhid di ladang hati agar tumbuh menjadi pohon tauhid yg akarnya tertanam di dalam rasa dan menghasilkan buah tauhid untuk mencapai ridha Allah Ta’ala. Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menyebut ruh atau hakikat Muhammad itu adalah AKAL.

APA ITU AKAL?

Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Ketahuilah wahai saudaraku, akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepala ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan.

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan, semoga kita diberikan pemahaman yg mendalam akan akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa. Sulit saudaraku untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak kita ini, otak ini selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yg benar menurutnya. Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala sesuatunya harus rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara betul², akan tetapi malah bermain-main dalam keimanan. Seperti dalam melaksanakan sholat, perhatikanlah firman Allah berikut:

وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ

Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sholat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yg demikian itu adalah karena mereka benar² kaum yg tidak mau mempergunakan akal. (QS. Al-Maidah: 58)

Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat² Allah baik yg kauniyah maupun kauliyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan akal itu akan berujung dengan satu kesimpulan:

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا

Tidak ada sesuatu apapun yg Allah telah ciptakan itu sia².

Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat.

Sekarang kita buktikan bahwa akal bukanlah otak, pernahkah anda makan pepes ikan mas? ketika kita makan dibagian kepalanya akan terdapat yg disebut otak ikan. Tapi sekarang adakah di kepala ikan itu akal, maka pasti tidak ada karena akal bukan di kepala dan akal bukan otak. Kalau akal diartikan otak seperti yg ada di kepala ikan maka berarti ikan juga punya akal. Jadi jelas bahwa akal bukanlah otak dan otak bukanlah akal. Akal itu adalah qolbu, sebagaimana Allah firmankan dalam surah Qaf ayat 37:

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

Sesungguhnya pada yg demikian itu benar² terdapat peringatan bagi orang² yg mempunyai akal atau yg menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya. (Qs. Qaf: 37)

Dalam ayat di atas Allah menggunakan kata qolbun untuk menyatakan akal.

APA ITU NAFSU?

Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yg berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah/biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Allah surah At-Takwir ayat 7:

وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ

Dan apabila ruh² dipertemukan (dengan tubuh).

Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh. Adapun nafsu memiliki tingkatan². Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yg dikenal dengan istilah “marotibun nafsi” yaitu terdiri dari:

(1). Nafsu Amarah

Nafsu Ammarah bissuu_i (jiwa yang cenderung pada keburukan),
Jiwa yang paling rendah, sering diperintah oleh hawa nafsu dan keinginan duniawi. Tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan²nya sebagai berikut:
1. Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit
2. Al-Hirsh artinya tamak atau rakus
3. Al-Hasad artinya hasud
4. Al-Jahl artinya bodoh
5. Al-Kibr artinya sombong
6. Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi

(2). Nafsu Lawwamah

Nafsu Lawwamah (jiwa yang penuh penyesalan), Jiwa yang suka mencela diri sendiri dan orang lain, sering menyesal setelah melakukan kesalahan. Tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati. Adapun pasukan²nya sebagai berikut:
1. Al-Laum artinya mencela
2. Al-Hawa artinya bersenang-senang
3. Al-Makr artinya menipu
4. Al-Ujb artinya bangga diri
5. Al-Ghibah artinya mengumpat
6. Ar-Riya’ artinya pamer amal
7. Az-Zulm artinya zalim
8. Al-Kidzb artinya dusta
9. Al-ghoflah artinya lalai

(3). Nafsu Mulhimah

Nafsu Mulhimah (jiwa yang mendapat ilham), Jiwa yang mendapatkan ilham dari Allah, baik dalam kebaikan maupun keburukan, tempatnya di sekitar ruh. Tempatnya adalah “Ar-ruh”. Adapun pasukan²nya sebagai berikut :
1. As-Sakhowah artinya murah hati
2. Al-Qona’ah artinya merasa cukup
3. Al-Hilm artinya murah hati
4. At-Tawadhu’ artinya rendah hati
5. At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Allah
6. As-Shobr artinya sabar
7. At-Tahammul artinya bertanggung jawab

(4). Nafsu Muthma’innah

Nafsu Muthma’innah (jiwa yang tenang), Nafs al-Muthmainnah: Jiwa yang tenang dan damai, telah menemukan ketenteraman. Tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia. Adapun pasukan²nya sebagai berikut:
1. Al-Juud artinya dermawan
2. At-tawakkul artinya berserah diri
3. Al-Ibadah artinya ibadah
4. Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih
5. Ar-Ridho artinya ridho
6. Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan

(5). Nafsu Rodhiyah

Nafsu Radhiyah (jiwa yang ridha), Jiwa yang menerima dan rela terhadap apa yang telah Allah tetapkan. Tempatnya adalah “Sirr AsSirr” artinya sangat rahasia. Adapun pasukan²nya sebagai berikut:
1. Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
2. Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih
3. Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat
4. Ar-Riyadhoh artinya latihan diri
5. Al-Wafa’ artinya tepat janji

(6). Nafsu Mardhiyah

Nafsu Mardhiyah (jiwa yang diridhai), Jiwa yang diridhai oleh Allah SWT.
Tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar. Adapun pasukan²nya sebagai berikut:
1. Husnul Khuluq artinya baik akhlak
2. Tarku maa siwallah artinya meninggalkan selain Allah
3. Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk
4. Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan
5. Shofhu ‘an dzunubihim artinya memaafkan kesalahan makhluk
6. Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa²nya ke arah bercahayanya ruh² mereka.

(7). Nafsu Kamilah

Nafsu Kamilah (jiwa yang sempurna), Jiwa yang sempurna, telah mencapai tingkat kesucian tertinggi. Tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar. Adapun pasukan²nya sebagai berikut :
1. Ilmul Yaqiin
2. Ainul Yaqiin
3. Haqqul Yaqiin

Kesimpulan:

Dari semua pendapat diatas dan penjelasan diatas, kita dapat menarik sebuah kesimpulan atau garis besarnya. Yaitu pada hakikatnya Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu adalah satu kesatuan yg utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Bahkan Imam Al-Ghazali ra. mengatakan dalam kitabnya bahwa qolbu, ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un wahidun). Tidak memiliki perbedaan, semuanya merupakan hal yg sama. Sehingga jelas bahwa keempat nama tersebut pada dasarnya adalah satu hal yg sama, memiliki fungsi dan tugas yg sama. Tinggal bagaimana kita membina, menuntun keempat hal ini agar betul² mampu mengantarkan kita lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan mampu mengantarkan kita mencapai tujuan kita yaitu bertemu dengan-Nya.

Wallahu a’lam bish shawab

Dalam sufisme, perkembangan spritual sejati berarti perkembangan seluruh individu secara seimbang, termasuk tubuh, akal, dan ruh.

Tujuh tingkatan ruh dalam konsep sufi itu adalah:

Ruh Mineral

Ruh mineral, ruh maddani terletak di dalam sistem kerangka. Di dalam diagram tujuh aspek ruh, ruh mineral berbatasan dengan ruh maharasia, wadah percikan ilahi yang suci di dalam diri masing-masing kita. Dunia mineral sangatlah dekat dengan Tuhan. Ia tidak pernah memberontak kepada kehendak-Nya.

Ruh Nabati

Ruh Tumbuhan, ruh nabati terletak di dalam jantung (dalam artian fisik) dan terkait dengan sistem pencernaan. Ia mengatur pertumbuhan dan asimilasi dari bahan-bahan makanan, fungsi yang kita bagi dengan tanaman.

Ini adalah fungsi yang baru, dalam konteks evolusioner, sebab dunia mineral tidak memiliki kebutuhan akan makanan. Dengan kata lain, terdapat ruh di dalam tubuh kita yang serupa dengan ruh yang diberikan oleh Tuhan kepada tumbuhan.

Ketika kita berada di dalam rahim, kita sepenuhnya berfungsi sebagai ruh tumbuhan (nabati). Kita dihubungkan pada rahim ibu kita dengan tali pusat, yang berfungsi sebagai penyalur makanan. Pada posisi ini, fungsi kita pada hakikatnya serupa dengan fungsi tumbuhan.

Ruh Hewani

Ruh hewani, ruh hayawani terletak di dalam jantung dan berhubungan dengan sistem peredaran darah. Ruh hewani kita mencakup rasa takut, amarah, dan hasrat. Seluruh makhluk cenderung untuk mendekati apa pun yang mendatangkan hasil (hasrat) dan bergerak menjauh dari (rasa takut) atau menolak (amarah) apa pun yang menyakitkan.

Ruh hewani adalah sumber luar biasa bagi motivasi, kekuatan untuk bertindak, dan juga mencakup potensi untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.

Ruh Pribadi

Ruh pribadi, ruh nafsani terletak pada otak dan terkait dengan sistem saraf. Jika perkembangan jantung dan sistem peredaran darah membedakan hewan dari tumbuhan, maka perkembangan saraf yang kompleks membedakan manusia dari hewan.

Kecerdasan ruh pribadi membuat kita mampu memahami lingkungan kita yang jauh lebih dalam daripada kemampuan yang dimiliki oleh ruh mineral, tumbuhan, dan hewani.

Ruh pribadi juga adalah tempat ego. Kita memiliki ego positif dan ego negatif. Ego positif mengatur kecerdasan kita dan memberikan kepekaan terhadap diri kita sendiri. Ia dapat berupa tekanan untuk menghargai diri kita sendiri, bertanggung jawab, dan integritas. Sedang ego negatif adalah tekanan untuk bersikap egois, angkuh, dan merasa terpisah dari manusia lainnya dan Tuhan.

Ego positif adalah teman yang baik di jalan spritual. Ia dapat memberikan ketentraman batin pada saat guncangan-guncangan tak terhindarkan muncul selama kita berada di jalan spritual. Ego negatif adalah musuh. Ia merusak pandangan kita dan mencemari hubungan kita dengan dunia.

Ruh Insani

Ruh insani, terletak di dalam qalb, yakni hati spritual. Ruh insani lebih baik dari pada ruh pribadi. Ia adalah wadah dari belas kasih, keimanan, dan kreativitas. Di satu sisi, ruh insani mencakup ruh rahasia dan ruh maharahasia. Ia wadah dari nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman spirtual kita.

Ruh Rahasia

Ruh rahasia adalah bagian dari diri kita yang mengingat Tuhan. Ruh rahasia, atau kesadaran batiniah, terletak di dalam hati (jantung batiniah). Ruh inilah yang mengetahui dari mana ia datang dan kemana ia pergi.

Seorang guru sufi menulis, “tubuh sepenuhnya dalam kegelapan, lampunya adalah kesadaran batiniah. Jika seseorang tidak memiliki kesadaran batiniah, maka orang tersebut berada di dalam kegelapan selamanya.”

Sebelum ruh-ruh kita berubah wujud, Tuhan berkata kepada mereka; “Apakah Aku Tuhanmu?” dan mereka menjawab, “Sungguh benar.”

Yang memberi respons tersebut adalah ruh rahasia. Ruh rahasia mengetahui siapa dirinya sebelumnya, dan ia kini masih mengetahuinya. Selama berabad-abad ruh rahasia hidup sangat dekat dengan Tuhan, bermandikan cahaya dari hadirat-Nya. Hanya pada inkarnasi ke alam material inilah kita kehilangan rasa keterikatan.

Ruh Maharahasia

Ruh Maharahasia, Sirr al-Asrar (rahasianya rahasia) mencakup sesuatu yang benar-benar transendental, melampaui ruang dan waktu. Ini adalah jiwa azali (ruh) yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri Adam-dalam diri manusia. Ia adalah inti kita, ruh dari sang ruh. Ia adalah percikan ilahi yang suci dalam diri kita.

Itulah tujuh tingkatan ruh dalam konsep sufisme. Jalaluddin Arruumi seorang penyair sufi menyederhanakan konsep itu kedalam syairnya:

Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan
Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang
Aku mati sebagai binatang dan kini menjadi manusia.
Suatu hari nanti, aku akan mati sebagai manusia,
dan melambung bersama malaikat
Bahkan setelah menjelma malaikat, aku harus mati lagi
Apabila telah kukorbankan jiwa malaikat ini,
Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami.

*

PEMBAHASAN SOAL RUH

Adapun ruh, menurut mayoritas ulama Ahlusunnah waljama'ah, adalah sudah sepakat bahwa ruh termasuk pengetahuan yang tak mungkin diketahui hakikatnya karena pengetahuan itu miliki Allah semata. Hal ini juga diungkapkan oleh Imam al-Junaid al-Bagdadi sebagai mazhab dalam tasawuf kalangan Ahlusunnah wal Jamaah.

كما قال الجنيد: الروح شئ استأثر الله بعلمه ولم يطلع عليه أحدا من خلقه

“Ruh adalah sesuatu yang Allah monopoli pengetahuannya dan tidak ada seorangpun makhluknya yang mampu memahaminya”. (Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyathi, I’anah al-Thalibin 2: 123).

Sedangkan kalangan Mutakallimin berpendapat bahwa ruh adalah jism (benda) yang halus yang menyatu dengan badan sebagaimana bercampurnya air dengan kayu hijau yang tetap dan tidak akan fana. Kalangan Mutakallimin yang lain berpendapat sebagai sifat kehidupan yang mana dengan adanya ruh, badan bisa hidup.

Beda dengan Ahlussunnah dan mutakallimin, beda lagi dari kalangan Sufi dan Filosof yang memahami ruh bukan jisim dan sifat. Sebagaimana dikutip Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyati dalam kitab I’anah al-Thalibin juz 2 halaman 123.

وأما الصوفية والفلاسفة فليست عندهم جسما ولا عرضا، بل هو جوهر مجرد غير متحيز، يتعلق بالبدن تعلق التدبير، وليس داخلا فيه ولا خارجا عنه

“Adapun kalangan Sufi dan Filosof mengatakan bahwa ruh bukanlah jism dan sifat melainkan suatu eksistensi yang sepi dan samar. Ruh itu berkaitan dengan badan untuk mengatur. Tetapi ruh tidak di dalam dan luar badan”.

Sejatinya, pembahasan soal ruh perspektif Islam termasuk tema yang sedikit kontroversi. Sebab, membahas hakikat ruh sendiri, Nabi tak berani menjelaskannya secara gamblang ketika beliau ditanya mengenai ruh.

Peristiwa inilah yang menjadi latar belakang turunnya Al-Qur’an surah al-Isra ayat 85 sebagai berikut.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا : الإسراء: 85

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. [Al Isra: 85]

Tetapi demikian, meski tidak sampai pembahasan hakikat ruh, ada 5 klasifikasi yang diidentifikasi oleh Ulama berikut klasemennya sebagaimana Syekh Abu Bakar Syatha al-Dimyathi menjelaskan dalam kitabnya I’anah al-Thalibin juz 2 halaman 123.

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأَرْوَاحَ عَلَى خَمْسَةِ أَقْسَامٍ: أَرْوَاحُ الْأَنْبِيَاءِ: وَأَرْوَاحُ الشُّهَدَاءِ وَأَرْوَاحُ الْمُطِيعِينَ، وَأَرْوَاحُ الْعُصَاةِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، وَأَرْوَاحُ الْكُفَّارِ

“Ketahuilah bahwa ruh ada lima macam. Pertama, ruhnya para Nabi. Kedua, ruhnya para syahid. Ketiga, ruhnya para hamba yang taat. Keempat, ruhnya hamba yang membangkang. Kelima, ruhnya orang-orang kafir”.

DEFINISI MATI DAN RUH DALAM BERBAGAI SUDUT PANDANG

Hanya saja, pembahasan ruh tak bisa terhindarkan lantaran bertitik tolak dari pembahasan kematian yang merupakan peristiwa niscaya pada diri makhluk. Syekh Khatib al-Syarbini kemudian menjelaskan tiga definisi tentang mati.

Pertama :
Kematian adalah terpisahnya ruh dari badannya seorang insan.
Kedua mengatakan, kematian adalah sifat yang menjadi kebalikan dari kehidupan.
Ketiga menjelaskan bahwa kematian adalah tiadanya kehidupan dari situasi kehidupan itu sendiri. Menurut Syekh Khatib, pengertian ketiga inilah yang lebih bagus. (Hasyiah al-Bujairami ‘Ala al-Khatib juz 2 halaman 26).

KLASEMEN 5 MACAM RUH DALAM ISLAM

Adapun klasemen yang diperoleh dari masing-masing ruh maka tentu berbeda satu sama lain sebagaimana dikatakan oleh Syekh Khatib al-Syarbini dalam kitabnya, Hasyiah al-Bujairami ‘Ala al-Khatib juz 2 halaman 265.

Pertama, Ruh Para Nabi: Ruhnya mereka meninggalkan tubuhnya, menjadi seperti misk dan kapur barus, dan berada di surga, makan, bersenang-senang, dan berlindung di malam hari di lampu yang tergantung di bawah singgasana.

Kedua, ruh orang-orang yang mati syahid. Ketika ruh mereka keluar dari jasadnya, Allah tempatkan mereka di dalam rongga burung-burung hijau yang beredar di sungai-sungai surga, memakan buah-buahnya, meminum airnya, dan berlindung pada pelita-pelita emas yang tergantung di langit. Inilah yang dikatakan Rasulullah.

Ketiga, ruhnya orang beriman yang taat: ruhnya mereka berada di taman surga, mereka tidak makan dan tidak bersenang-senang, melainkan hanya memandang surga. Bagaikan matahari yang berada di langit keempat, dan cahayanya ada di bumi, sebagaimana ruh orang-orang mukmin berada di langit, diberkati dan cahayanya menyatu dengan jenazah.

Keempat, ruh orang-orang mukmin yang durhaka: ruhnya mereka berada di antara langit dan bumi di udara.

Kelima, ruhnya orang-orang kafir: ruhnya mereka berada di dalam lubang burung hitam di penjara, dan menjadi tawanan di bawah bumi ketujuh, dan mereka terhubung dengan tubuh mereka, sehingga jiwa mereka tersiksa, dan tubuh itu menderita.

*

H.A.M.B.A.

Tak perlu angkuh, semua orang punya jatah untuk jatuh. Hidup ini penuh dengan liku, dan tidak ada yang luput dari ujian. Keangkuhan hanya akan membuat kita lupa bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan. Kesombongan bukanlah tanda kekuatan, melainkan kelemahan hati yang lupa bahwa manusia hanyalah hamba. Tak perlu merasa lebih tinggi, karena kita semua hanyalah hamba yang perlu menjalani garis takdir-Nya dengan rendah hati. Setiap langkah yang kita ambil, setiap pencapaian yang kita raih, semuanya adalah karunia Allah. Tidak ada yang patut kita banggakan selain bagaimana kita menjaga hati tetap bersyukur dan rendah hati. Rendah hati bukan berarti lemah, justru di sanalah kekuatan sejati berada. Ketika kita mampu melihat bahwa semua orang memiliki perjalanan masing-masing, kita akan lebih mudah untuk menghargai dan tidak menghakimi. Karena pada akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hati tetap bersih, jauh dari kesombongan, dan penuh dengan rasa syukur. Jalani hidup ini dengan hati tenang penuh keikhlasan. Ingat, keangkuhan hanya akan menjauhkan kita dari rahmat-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar