Senin, 17 November 2025

✓ JIWA DAN ROH


 JIWA DAN ROH

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (Al Fajr :27-30)
Saya sangat terasa dengan ayat ini. Ada kerinduan yang dipanggil oleh Allah dengan mesra. Tapi mungkinkah? Kerana jiwa masih pekat dengan noda dosa, sangatlah sulit untuk membuatnya menjadi cemerlang. Masih sering terngiang di telinga akan pesan Allah dengan firman-Nya :

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy Syams:9-10)

Defenisi Jiwa

Didalam sebuah artikel dijelaskan bahawa jiwa mampu menyimpan semua memori dari semenjak lahir sampai jasad meninggal. Ibarat sebuah server yang besar, mampu menyimpan data yang besar pula. Tidak ada yang luput dari server ini, semua tersimpan dengan baik. Baik itu data kejahatan mahupun data kebaikan.

Berbeza dengan memori otak yang sangatlah terbatas. Misalnya kita disuruh untuk menghafal jenis kereta dan warnanya yang kita jumpai sepanjang perjalanan dari rumah sampai ke pejabat. Sudah tentu terbatas sekali yang dapat kita hafalkan. Namun kalau jiwa yang bersih, sangatlah tepat. Jangankan jenis kereta dan warnanya. No. insuran pun terhafal dengan baik bahkan dijalan apa dan pada jam berapa kita menjumpainya.

Data kejahatan membuat jiwa menjadi redup cahayanya atau bahkan padam sama sekali. Sedangkan data kebaikan membuat jiwa menjadi bersinar terang. Dan sinar ini mampu menghalau cahaya gelap.

Dan di akhirat kelak data di server ini akan di tampilkan semua. Didalam DOS kita biasa memetik perintah DIR, maka semua fail akan muncul. Begitu pula dengan jiwa, semua akan ditampilkan sebutir-butirnya dari yang sekecil-kecilnya.

Namun sebenarnya fail kejahatan tidak semuanya akan ditampilkan. Kerana ada fungsi Delete File atau Hidden File. Siapa yang boleh melakukan ini. Ya…pasti pemilik server tentunya. Allah Rabbal Alamin. Dia mengampuni siapa yang di kehendakinya.

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar:53)

Semakin terang cahaya jiwa, semakin dekatlah ia kepada Allah. Dan semakin berat pula godaan iblis. Kerana iblis akan selalu mengirimkan pasukannya silih berganti untuk melalailkan sang jiwa ini. Dan jangan ditanya berapa banyaknya. Semakin bersih jiwa semakin kuat iblis yang dikirimkan.

Iblis menjawab: “Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (Al A’raaf:16-17)

Banyak yang salah faham antara JIWA (nafs) dan ROH. Banyak yang menganggapnya sama, padahal sesungguhnya keduanya sangat berbeza.

Yang seperti apakah Jiwa itu?

Jiwa adalah badan halus manusia, yang boleh pergi – keluar dari Jasad fizikal, ketika manusia sedang bermimpi, atau ketika hilang kawal (Out of Body Experience) atau PLB – Perjalanan Luar Badan. Jiwa, merupakan tubuh halus manusia. Jiwa memiliki perangkat-perangkat yang menyebabkan manusia dicap sebagai makhluk sosial, makhluk cerdas (Aqal), makhluk spiritual (Qolbu). Jiwa yang menanggung semua akibat perbuatan tubuh fizikal dan tubuh dalam.

Jiwa diciptakan sempurna tanpa cacat. Tidak ada yang terlahir sakit jiwa. Tidak ada bayi cacat. Jiwa adalah putih bersih ketika dilahirkan, lingkungan dan pengalamanlah yang membuatnya tetap putih atau kotor.

Komponen-Komponen Jiwa

Komponen yang dimiliki jiwa: Nafsu (syahwat, emosi), Hasrat (keinginan, ego), Aqal, Qolbu, dll.

Indera Jiwa

Indera Jiwa sering disebut pula sebagai Indera batin. Jiwa juga memiliki indra penglihatan dan pendengaran. Dari situlah syaitan (dan jin) memberikan pengaruhnya ke jiwa, berupa suara-suara dihati kita yang mengajak ke perbuatan negatif.

Qolbu

Qolbu adalah Jantungnya Jiwa. Qolbulah yang menentukan baik-buruknya Jiwa. Gelap-terangnya Jiwa.
Sesungguhnya Ruh itu selalu mengajak Jiwa ke jalan yang lurus, tetapi setan sangat gigih menyeru peralatan Jiwa agar sesat.
[Firman Allah dalam Al-Qur’an: Setan adalah musuh yang nyata]

Suara-suara di Qolbu (hati)
• Suara si jiwa sendiri
• Suara Roh kita
• Suara makhluk lain

Tingkatan Kesedaran Jiwa

Secara garis besar, ada 7 (tujuh) lapisan yang membatasi antara Jiwa dan Roh, yang berhubungan dengan tingkatan kesedaran Jiwa.
Lapisan tersebut hanya boleh ‘terbuka’ dengan melalui sedikit cara. Salah satu caranya adalah dengan ‘serius’ berupaya membersihkan diri, membersihkan Jiwa, membersihkan Qolbu (hati) dengan NIAT mendekatkan diri kepada ALLAH SWT – Sang Khalik. Atau merupakan sebuah anugerah karunia-NYA (given).

Lapisan ini berubah menjadi hijab kalau kotor. Bila pada lapisan 1 yang kotor (hijab) berakibat komunikasi antara Jiwa dengan Ruh terganggu. Muncullah penyakit non-fizik / kejiwaan (nafs) seperti pemarah, kejam, nafsuan, dll).

Nafs Lawwamah, Ammarah-bissu, dan nafs muthmainah.

Terbukanya (bersihnya) masing-2 lapisan tersebut, akan menumbuhkan kesedaran dan kemampuan Jiwa yang lebih tinggi [orang bilang ilmu laduni – ’ngkali].

Kesadaran Ruhiah – Ilahiah

Kesedaran tertinggi dari Jiwa adalah Kesedaran Rohiah. Inilah yang didambakan oleh para pejalan spiritual. Tujuan akhir

Roh

Al-Israa'(17): 85

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’ “.

Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk. Jadi roh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri.

“Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (Al Hijr:29)

Pengertian “roh KU”? Roh milik Allah. Roh ciptaan dan milik Allah, yang ditiup masuk oleh Allah ke dalam Jasad manusia. Bila manusia meninggal maka roh ini akan kembali ke Sang Pencipta.

“akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)”(QS 75:14).

Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahsia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah “Aku”.

Tidak ada yang namanya Roh (Roh) jahat, ataupun lainnya. Sesungguhnya Roh itu selalu mengajak jiwa ke jalan yang lurus, tetapi syaitan sangat gigih menyeru segala yang dimiliki jiwa agar sesat.

[Firman ALLAH dalam Al-Qur’an: Syaitan adalah musuh yang nyata]

Kemana Tubuh Fizikal, Eterik, Jiwa dan ROH Pergi Ketika Meninggal Dunia?

Kembalinya Roh

ROH, yang saya tidak tahu sedikitpun tentangnya, akan terus kembali kepada Sang Pencipta.

Kembalinya Tubuh Fisik

Tubuh Fizikal yang tersusun dari metarial duniawi akan kembali menjadi bahan-bahan tanah. Tidak ada lagi kesedaran yang tersisa. Tak ada lagi cerita.

Tubuh Jiwa, kemana perginya?

Kemana perginya sangat tergantung dengan Keyakinan dan Laku Amal-Ibadah yang dilakoninya selama hidup didunia. Ketika kita memuja (membuka hati kepada) mahluk lain bukan kepada Allah SWT, kita mempersembahkan tenaga kita kepada sesama mahluk, baik manusia ataupun mahluk lain walau mereka berada di dimensi yang lebih tinggi, maka secara langsung kita membatasi diri kita sendiri dan potensi spiritual kita. Setiap saat kita membuka hati kita untuk hal/mahluk lain selain untuk berhubungan langsung dengan Allah SWT, maka kita tersesat dari tujuan hidup yang sebenarnya.

Orang yang menghambakan diri, menggadaikan diri kepada selain Allah Yang Maha Esa, akan ditarik janji gadainya. Orang yang mencari petapaan di gunung abc, akan ditagih jiwanya sebagai balasan kekayaan metarial yang didapatnya selama hidup oleh penunggu gunung abc. Orang atheis, kafir yang tidak percaya adanya Allah SWT, apalagi suka berbuat zalim, Jiwanya gelap matanya buta dan telinganya tuli. Tidak boleh melihat dan mendengar apa-apa. Jiwanya akan menunggu dalam dimensi kegelapan, hingga sangkakala berbunyi.

Orang yang beriman, yang berserah diri, yang suci, Yang mati sahid, Jiwanya akan langsung terbang, entah menuju dan menunggu dilangit yang mana. Tingginya langit yang boleh disambangi, tingginya syurga yang akan didiami, berbanding lurus dengan Kemurnian Tauhid yang diyakini dan dijalani.

Dengan demikian terserah kepada diri kita masing-masing. Apakah kita tega mengotori jiwa kita atau justru membersihkannya?

*

Perbedaan mendasar antara ruh dan nyawa adalah bahwa ruh lebih merujuk pada esensi atau hakikat kehidupan yang ilahi, sedangkan nyawa seringkali merujuk pada kehidupan yang dimiliki makhluk hidup secara umum (baik manusia maupun hewan) dan menjadi bagian dari diri manusia yang diembuskan ke dalam jasad. Dalam beberapa pandangan, kedua istilah ini bisa juga digunakan secara bergantian untuk merujuk pada unsur non-materi dalam diri manusia.

RUH

Esensi spiritual:

Merujuk pada bagian terdalam dan spiritual dari diri manusia yang diciptakan Tuhan untuk terhubung dengan-Nya.

Unsur ilahi:

Diambil dari perintah Allah dan merupakan entitas yang lebih tinggi, berbeda dengan jasmani.

Terkadang merujuk pada "jiwa" (Nafs):

Dalam beberapa terminologi, ruh dan jiwa sangat berkaitan, di mana ruh bisa disebut sebagai esensi dari jiwa itu sendiri.
Nyawa

Kehidupan makhluk:

Lebih sering merujuk pada kehidupan yang membuat makhluk hidup bernapas dan bergerak, yang dimiliki oleh manusia maupun hewan.

Perpaduan ruh dan jasad:

Nyawa adalah hasil dari perpaduan ruh dan jasad, yang dimulai ketika ruh ditiupkan ke dalam janin di kandungan. Dapat disebut sebagai "jiwa": Dalam bahasa Arab, kata "nafs" (jiwa) dapat merujuk pada nyawa saat ruh masih berada dalam tubuh, sedangkan "ruh" bisa merujuk pada nyawa setelah terpisah dari tubuh.

*

SEMBILAN RUH

Menurut ilmu batin yang disampaikan turun temurun kepada diri keturunan manusia, terdapat 9 jenis Roh. Nampaknya ada Roh di dalam Roh di dalam Roh. Bagaimana maksudnya ?

Masing-masing Roh mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Ke_Sembilan macam roh yang ada pada manusia itu adalah sebagai berikut:

1. Roh Idofi (Sumber Kehidupan = Nyawa)

Ia adalah roh yang sangat utama bagi manusia. Roh Idofi juga disebut ”JOHAR AWAL SUCI”, kerana roh inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh tersebut keluar dari raga, maka manusia yang bersangkutan akan mati. Roh ini sering disebut ”NYAWA”.

Roh Idofi merupakan Roh Sumber dan dari roh-roh lainnya pun akan turut serta jika roh ini ada. Kalau salah satu roh lain keluar dari raga, maka roh Idofi tetap akan tinggal di dalam jasad dan tidak terkesan. Dan manusia itu tetap hidup.

Bagi mereka yang sudah sampai pada irodat allah atau kebatinan tinggi, tentu akan mampu menjumpai dan melihat roh ini dengan penglihatannya. Dan wujudnya pula mirip diri sendiri, baik rupa maupun suara serta segala sesuatunya. Bagai berdiri di depan cermin.

Meskipun roh-roh yang lain juga demikian, tetapi kita dapat membezakannya dengan roh yang satu ini kerana tampaknya lebih dominan. Secara lumrahnya roh idofi berupa nur terang benderang dan rasanya sejuk tenteram (bukan dingin). Tentu saja kita dapat menjumpainya bila sudah mencapai tingkat “INSAN KAMIL”.

2. Roh Rabbani (tenang tentram tak berkeinginan)

Roh yang dikuasai dan diperintah oleh roh idofi. Umumnya roh ini ada dalam cahaya kuning diam tak bergerak. Bila kita berhasil menjumpainya maka kita tak mempunyai kehendak apa-apa. Hatipun terasa tenteram. Tubuh tak merasakan apa-apa.

3. Roh Rohani (keinginan)

Roh inipun juga dikuasai oleh roh idofi. Kerana adanya roh Rohani ini, maka manusia memiliki kehendak dua rupa. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain waktu ia tak menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan buruk. Roh inilah yang menepati pada 4 jenis nafsu, iaitu :

• Nafsu Lawwamah
• Nafsu Amarah
• Nafsu Shofiyah
• Nafsu Mutma’inah

Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya.

Maka, kalau manusia sudah mampu mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang melihat. Di mana pandangan kita ditempatkan atau ditujukan, di situlah roh rohani tertumpu. Sebelum kita dapat menjumpainya, terlebih dulu kita akan melihat bermacam-macam cahaya bagai kunang-kunang. Setelah cahaya-cahaya ini menghilang, barulah muncul roh rohani itu.

4. Roh Nurani (terang petunjuk)

Roh ini di bawah pengaruh roh-roh lain termasuk roh Idofi. Roh Nurani ini mempunyai pembawa sifat terang. Kerana adanya roh ini, ia menjadikan manusia yang bersangkutan jadi terang hatinya. Kalau Roh Nurani meninggalkan tubuh maka orang tersebut hatinya menjadi gelap dan fikirannya berkecamuk.

Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutma’inah saja. Maka bila manusia ditunggui Roh Nurani, maka nafsu Mutma’inahnya akan menonjol dan kadang kala mengalahkan nafsu-nafsu lainnya.

Hati orang itu jadi tenteram, perilakunya pun baik dan terpuji. Air mukanya bercahaya, tidak banyak bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala sesuatu, tidak nerungut bila ditimpa kesusahan. Suka, sedih, bahagia dan menderita dipandang sama sahaja sebagai kehendak dan kurniaan Allah SWT.

5. Roh Kudus (Roh Suci)

Roh yang ini di bawah kekuasaan Roh Idofi sepenuhnya. Roh ini mempengaruhi orang yang bersangkutan mau memberi pertolongan kepada sesama manusia, mempengaruhi rasa ingin berbuat kebajikan dan mempengaruhi rasa enak bila berbuat ibadah sesuai dengan kepercayaan ajaran atau agama yang dianutinya.

6. Roh Rahmani (Kedermawanan)

Roh ini dalam kebanyakan waktu di bawah kekuasaan roh idofi dan kadang kala boleh dipengaruhi roh yang lain. Roh ini juga disebut Roh Pemurah. Ini kerana ia diambil dari kata ”Rahman” sifat Allah SWT yang ertinya Maha Pemurah. Roh ini mempengaruhi manusia bersifat sosial serta suka memberi dan berkongsi.

7. Roh Jasmani (darah dan urat saraf)

Roh yang di bawah kekuasaan Roh Idofi sepenuhnya. Roh ini menguasai dan mengawal seluruh darah dan urat saraf manusia. Dengan adanya roh jasmani ini, maka manusia dapat merasakan adanya rasa sakit, lesu, lelah, segar dan lain-lainnya.

Bila Roh ini keluar dari tubuh, maka walau tubuh ditusuk dengan jarum pun tubuh masih tidak terasa sakit. Kalau kita berhasil menjumpainya, maka wujudnya akan sama dengan kita. Cahayanya berwarna merah.

Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani. Nafsu hewani ini memiliki sifat dan kegemaran seperti binatang (animal instinct), misalnya: gemar bermalas-malasan, suka bersetubuh, mahu menang sendiri, sukakan harta, kuasa pangkat, harta dan lain-lain seumpamanya.

8. Roh Nabati (pertumbuhan badan)

Ia ialah roh yang mengendalikan semua perkembangan dan tumbesaran badan. Roh ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi.

9. Roh Rewani (bangun & jaga)

Ia adalah roh yang menjaga sifat hidup raga atau jasad kita. Bila Roh Rewani keluar dari tubuh maka orang yang bersangkutan akan tidur. Bila masuk ke tubuh orang akan terjaga. Bila orang tidur bermimpi dengan arwah seseorang, maka roh rewani dari orang bermimpi itulah yang menjumpainya. Jadi mimpi itu hasil kerja roh rewani yang juga mengendalikan otak manusia. Roh Rewani ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Jadi kepergian Roh Rewani dan kehadirannya kembali adalah diatur oleh Roh Idofi. Demikian juga roh-roh lainnya dalam tubuh, sangat dekat hubungannya dengan Roh Idofi.

Allahu’alam… semoga bermanfaat diketahui dan direnungkan hikmah kejadiannya.

*

0 komentar:

Posting Komentar