Senin, 29 Maret 2021

SEJARAH ISLAM

PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL 1453

Konstantinopel dipandang sebagai salah satu kota paling penting di dunia, didirikan pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium, Constantine I. Kota itu menjadi tempat unik dan menawan di dunia. Sampai ada yang mengatakan, “seandainya dunia ini satu kerajaan, tentulah Konstantinopel adalah kota yang paling layak sebagai ibukotanya”.

Ketika kaum muslimin mulai berjihad melawan Kekaisaran Byzantium, Kota Konstantinopel mempunyai aspek khusus dalam pertsarungan itu. oleh karena itu, Rasulullah saw menyampaikan berita gembira kepada para sahabatnya mengenai akan ditaklukannya Konstantinopel. Diantaranya ketika berlangsung perang Khandaq, beliau bersabda : Sesungguhnya kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh seseorang. Pemimpin yang menaklukannya adalaha sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan.

Oleh sebab itu, pasukan kaum Muslimin selalu berusaha memperluas wilayah kekuasannya ke Konstantinopel semenjak masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Serangan pertama dilakukan pada tahun 44 H namun belum berhasil. Serangan lain dilakukan berulang-ulang kali pada masanya, tetapi memperoleh hasil yang sama.

Pemerintahan Dinasti Ummayyah sekali lagi berusaha menaklukan Konstantinopel. Serangan kali ini dianggap sebagai serangan paling besar dan paling gigih. Serangan ini terjadi pada tahun 98 H, yaitu pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, pasukan Islam melakukan serangan berkali-kali, akan tetapi semua serangan tersebut tidak mampu mencapai atau mengancam Konstantinopel. Meskipun demikian serangan itu sempat mengguncang dan menimbulkan efek terhadap keadaan dalam negeri Byzantium. Terutama yang dilakukan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid tahun 190 H.

Setelah itu, beberapa negara kecil di Asia kecil, di antaranya yang paling sering adalah negara Saljuk, berusaha untuk menaklukannya. Negara Saljuk mampu megalahkan Kaisar Romawi dan menawan kaisarnya dan mengharuskan membayar jisyah kepada Sulthan Saljuk. Hal ini pertanda tunduknya sebagian besar Kekaisaran Romawi terhadap Daulah Islam Saljuk. Setelah Saljuk melemah, maka muncullah Saljuk kecil lainnya, yaitu Saljuk Romawi.

Setelah melemahnya Saljuk Romawi, maka muncullah Bangsa Utsmani pada abad 8 H atau 14 M. Berbagai upaya dilakukan oleh Daulah Utsmaniyah khususnya pada masa Sulthan Bayazid pada tahun 796 M (1393 M) dimana Konstantinopel terkepung oleh pasukan Islam dengan sangat rapi. Sultan Bayazid sempat berunding dengan Kaisar Byzantium untuk menyerahkan kota ini dengan damai tanpa adanya peperangan. Akan tetapi Kaisar Byzantium menunda-nunda, dan berusaha meminta bantua negara-negara Eropa untuk menghadpi serangan pasukan Islam terhadap Konstantinopel.

Pada waktu yang sama, tentara Mongol Islam yang dipimpin Timur Lenk telah sampai kedalam wilayah-wilayah Daulah Utsmaniyah. Sultan Bayazid terpaksa menarik pasukannya dari pengepungan Konstantinopel untuk menghadapi pasukan Mongol Timur Lenk. Maka berkobarlah perang Ankarayang sangat masyhur antara kedua pasukan itu. peperangan ini dimenangkan oleh Timur Lenk, dan Sultan Bayazid tewas dalam perang ini pada tahun 1402 M yang mengakibatkan Daulah Utsmaniyah tercerai berai sampai terjadi perang saudara.

Setelah keadaan Daulah Utsmaniyah kembali stabil dibawah kepemimpinan Sultan Murad II, Konstantinopel kembali coba ditaklukan. Tetapi Kaisar Byzantium berusaha menimbulkan fitnah di kalangan orang-orang Utsmani, yang mengakibatkan Sultan Murad II sibuk dengan urusan dalam negeri.

Generasi emas Daulah Utsmaniyah akhirnya muncul pada masa pemerintahan Muhammad Al-Fatih, yang diangkat menjadi penguasa ketika umurnya baru 22 tahu. Ketertarikannya akan ilmu sejarah yang mengakibatkan dia banyak mengetahui tentang usaha-usaha penaklukan Konstantinopel. Hal inilah yang membuat Muhammad Al-Fatih untuk segera menaklukan Konstantinopel.


PERSIAPAN PENAKLUKAN

Sulthan Muhammad Al Fatih mencurahkan berbagai upaya untuk merencakana dan mengatur penaklukan, yaitu dengan cara menambah jumlah personil militernya hingga 250.000. mujahid, jumlah ini sangat besar jika dibandingkan negara lain pada saat itu. selaian itu Al-Fatih juga memberikan pelatihan pasukannya dengan berbagai seni perang, dilengkapi pula dengan berbagai persenjataan sehingga menjadikan mereka ahli dalam melakukan operasi jihad ke Konstantinopel. Al-Fatih tidak hanya memperhatikan aspek keahlian dalam berperang, tetap beliau juga memperhatikan persiapan maknawi (moral) dan menanamkan semangat jihad di dalam pasukannya. Dia senantiasa mengingatkan mereka mengenai pujian Rasulullah saw.

Strategi di medan perang Al-Fatih dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan ini dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel.

Selaian persiapan muhajid dan pendirian benteng, Al-Fatih juga memberi perhatia kepada armada laut Utsmani dengan menyediakan 400 kapal. Hal ini atas dasar pertimbangan, Konstantinopel merupakan kota laut yang tidak bisa dikepung dengan sempurna tanpa adanya kekuatan laut.

Sebelum menyerang ke Konstantinopel, Al-Fatih mengadakan perjanjian dengan beberapa musuhnya agar bisa berkonsentrasi dengan satu musuh. Al-Fatih mengadakan perjanjian dengan Galagata, Hongaria dan Venezia. Ketiganya ini berdekatan dengan Konstantinopel, akan tetapi perjanjian ini tidak pernah disepakati karena ketiganya datang membantu ketika Konstantinopel diserang. Hal ini tidak aneh karena merupaka persekutuan diantara orang-orang Kristen.

Melihat keseriusan Al-Fatih untuk mewujudkan keingannya menyerang Konstantinopel, Kaisar Byzantium segera meminta bantuan kepada beberapa negara di Eropa, khususnya kepada Paus (pemimpin tertinggi aliran Kristen Katolik). Pada saat itu Konstantinopel mengikuti gereja Kristen Ortodoks (sebenarnya pada saat itu ada permusuhan antara Kristen Ortodoks dan Kristen Katolik). Kaisar Byzantium terpaksa bersikap ramah terhadap Paus dengan menyatakan akan siap menyatukan gereja Ortodoks Timur agar tunduk pada Paus.


SERANGAN

Konstantinopel dikelilingi laut di tiga sisi, yaitu Selat Bosporus, Laut Marmara, dan Tanduk Emas yang dilindungi oleh rantai besar untuk mengontrol lalu lintas kapal kedalamnya. Seaian itu, dua garis pagar yang kokoh dan panjang mengelilinginya di daratan dan pantyai Marmarah hingga Tanduk Emas.

Kota Konstantinopel dari segi militer dianggap sebagai kota di dunia yang paling baik perlindungannya. Sebab kota ini mempunyai pagar-pagar dan benteng-benteng , ditambah lagi perlindungan alam. Oleh karena itu, kota ini sulit untuk diterobos.

6 April 1453 M (26 Rabiul Awal 857 H) tentara Utsmani yang dipimpin langsung oleh Sulthan Muhammad Al-Fatih telah tiba di timur Konstantinopel, pasukan dibagi menjadi tiga bagian utama yang memungkinkan untuk melakukan pengepungan darat dari berbagai arah ditambah dengan ketersediaan pasukan cadangan dan juga Al-Fatih memasang meriam-meriam di depan pagar-pagar. Pada waktu yang sama kapal-kapal Utsmani menyebar di perairan yang mengelilingi Konstantinopel, namun demikian kapal itu tidak bisa sampai ke Tanduk Emas karena adanya rantai-rantai besar yang menghalangi masuknya kapal yang berusaha mendekat.

Pasukan Byazantium yang dipimpin oleh Constantine terus bertahan menahan gempuran dari pasukan Utsmani, merek menyebar di sektar pagar dan memperketat garis pertahanan. Bantuan-bantuan Kristen dari Eropa tidak pernah berhenti, utamanya bantuan dari Genoa yang terdiri dari 5 kapal.

Kaisar Byzantium berusaha menyelamatkan kotadan rakyatnya dengan berbagai cara macam strategi dan tipu daya. Dia mengajukan berbagai macam tawaran kepada Sulthan agar mau menarik mundur pasukannya. Sebagai gantinya, Kaisar akan mmyar sejumlah uang atau menyatakan tunduk kepada Sulthan. Tetapi semuanya itu ditolak oleh Sulthan, sebaliknya dia meminta agar kota Konstantinopel diserahkan secara damai. Apabila dituruti maka tidak akan ada seorang pun penduduknya atau gereja yang akan mendapatkan gangguan.

Tanggal 18 April, meriam-meriam Utsmani berhasil mebuka celah pagar-pagar Byzantium di Lembah Likus di sebelah barat pagar. Dengan segenap keberanian pasukan Utsmani bergerak maju untuk menerobos, akan tetapi pasukan yang mempertahankan kota berusaha mati-matian melindungi celah pagar tersebut.

Selang dua hari setelah pertempuran terjadilah pertempuran lain antara angkatan laut Utsmani dengan beberapa kapal Eropa yang berusaha mencapai Teluk Tanduk Emas. Kapal-kapal Islam berusaha keras untuk mencegah kapal-kapal eropa tersebut. Al-Fatih yang mengawasi dari pantai mengirimkan surat kepada komandan armada lautnya, dengan perintah untuk mengharuskan dengan segera merebut atau menghancurkan kapal-kapal eropa. Akan tetapi kapal-kapal eropa akhiranya sampai ke tujuan. Hal ini membuat Al-Fatih marah besar sehingga memecat Palta Oghlu, pemimpin armada laut Utsmani.


KEJENIUSAN PERANG YANG LUAR BIASA

Al-Fatih tampaknya mempunyai ide yang luar biasa cemerlang untuk mencapai Tanduk Emas dari Besiktas tanpa melewati jebakan rantai kapal, idenya yaitu memindahkan kapal-kapal dari tempat berlabuhnya, caranya adalah dengan menariknya dari jalur darat yang berada diantara dua pelabuhan. Hal ini untuk menjahui wilayah Galata karena khawatir wilayah tersebut diserang dari arah selatan. Padahal jarak antara kedua pelabuhan itu kurang lebih tiga mil. Tanahnya pun bukan tanah datar dan mudah, tetapi tanah perbukitan yang terjal.

Al-Fatih mulai melaksanakan rencananya, dia menyuruh pasukannya untuk meratakan tanah perbukitan tersebut. Lalu didatangkan kayu-kayu yang dilumasi minyak dan lemak. Kemudian papan-papan itu diletakkan dijalan yang telah diratakan untuk mempermudah peluncuran dan penarikan kapal-kapal. Hal yang paling sulit dari proyek ini adalah memindahkan kapal-kapal ke perbukitan yang tinggi, namun demikian kapal-kapal Utsmani berukuran kecil dan ringan.

Kapal-kapal itu ditarik dari Bosporus ke daratan di atas papan-papan kayu yang telah dilumasi minyak sejauh tiga mil. Akhirnya, kapal-kapal itu sampai di titik yang aman, lalu berhenti di Tanduk Emas. Pada malam itu, pasukan Utsmani berhasil menarik lebih dari 70 kapal perahu dan dihentikan di Tanduk Emas ketka musuh sedang lengah.

Pada waktu pagi tanggal 22 April 1453, penduduk kota Konstantinopel terbangun oleh takbir pasukan Utsmani yangg menggema di Tanduk Emas. Mereka dikejutkan oleh kapal-kapal Utsmani yang telah menguasai perairan itu. Pasukan Utsmani mulai menempatkan meriam-meriam besar di daratan tinggi yang berada di belakang Galata. Meriam ini mulai memuntahkan peluru-pelurunya secara intensif ke pelabuhan, baik dari darat maupun dari laut dengan tujuan untuk melemahkan pasukan Byzantium sehingga mereka tidak bisa istirahat dan berpikir dengan tenang.

Pada tahap pengepungan beriktunya, pasukan Utsmani menempuh cara yang sangat mengagumkan dalam usahanya merebut Konstantinopel dengan cara menggali terowongan bawah tanah dari tempat-tempat yang berbedake dalam kota. Selain itu pasukan Utsmani membuat benteng dari kayu berukuran sangat besar dan tinggi serta dapat bergerak. Benteng ini terdiri dari tiga tingkat dengan ketinggian melebihi pagar-pagar yang mengelilingi Konstantinopel. Benteng ini dilapisi tameng dan kulit yang dibasahi air agar bisa menahan api. Disetiap benteng ditempatkan beberapa orang, tingkat paling atas adalah para pemanah.

Pengepungan yang terus berlanjut ini tentunya melemahkan pasukan Byzantium dan penduduknya, para pembantu kaisar banyak yang mengusulkan agar Kaisar Byzantium segera meninggalkan Konstantinopel untuk mengumpulkan bantuan dan segera mengembalikannya setelah jatuh. Namun kaisar tak ingin meninggalkan Konstantinopel karena dia ingin terus berjuang mempertahankan kota bersama pasukannya.


SERANGAN UMUM KE KONSTANTINOPEL

Pada tanggal 27 Mei 1453 (Ahad, 18 Jumadal Ula), Al-Fatih memerintahkan pasukannya untuk membersihkan hati, serta mendekatkan diri kepada Allah dengan merjakan shalat dan perbuatan ketaatan serta terus berdoa. Berikutnya pada selasa 29 Mei 1453 (20 Jumadal Ula 857 H) pukul satu dinihari dimulailah serangan umum ke Konstantinopel setelah dikeluarkan perintah kepada para mujahidin yang mampu bersuara keras untuk bertakbir. Orang-orang Byzantium dihantui rasa ketakutan yang luar biasa, mereka mulai menabuh lonceng-lonceng gereja hingga banyak yang berlindung dalam gereja.

Pasukan Utsmani terbagi kedalam beberapa kelompok dengan fokus serangan diutamakan ke wilayah Lembah Likus, Al-Fatih memipin langsung penyerangan ke wilayah ini. Kelompok penyerang pertama mengalami kelelahan kemudian digantikan dengan kelompok kedua. Akhirnya kelompok kedua berhasil mencapai pagar Konstantinopel tetapi karena kekelahan akhirnya digantikan oleh kelompok ketiga dan akhirnya menembus pagar. Pertempuran juga sedang berlangsung di area laut, armada laut terus menerus menghujani dengan meriam benteng kota yang mengakibatkan pasukan Byzantium tercerai berai dan harus menghadapi lebih dari satu front dalam satu waktu sekaligus.

Ketika Constantine melihat panji-panji Utsmani berkibar di atas benteng-benteng bagian utara kota, dia pun yakin bahwa sudah tidak ada lagi gunanya lagi mempertahankannya. Dia segera melepaskan pakainnya agar tidak dikenali. Dia turun dari kudanya dan terus berperang hingga terbunuh di medan perang. Tersebarnya berita kematian Constantine mempunyai pengaruh besar dalam meningksatkan semangat mujahidin dan menjatuhkan tekad pasukan Kristen untuk mempertahankan Konstantinopel. Akirnya pasukan Utsmani memasuki kota itu dari berbagai penjuru kota.

Tepat 54 hari pertempuran Konstantinopel, pada hari itu tanggal 29 Mei 1453 sebelum matahari tepat berada di atas kepala, akhirnya Kota Konstantinopel takluk ditangan Al-Fatih pemimpin Daulah Utsmaniyah. Al-Fatih kemudian turun dari kudanya dan bersujud kepada Allah atas tanah yang direbutnya, serta tak lupa Al-Fatih menyampaikan selamat kepada pasukannya atas kemenangan yang diraih dan melarang melakukan pembunuhan. Sebaliknya Al-Fatih memerintahkan memperlakukan dengan baik dan lemah lembut.


PERADABAN ISLAM MASA DAULAH UTSMANI

AWAL BERDIRINYA DAULAH UTSMANI

Orang-orang Utsmani berasal dari keturunan kabilah Turkeministan. Pada permulaan abad ke-7 H bertepatan abad ke 13 M mereka hidup di Kurdistan. Mereka berprofesi sebagai pengembala. Akibat serangan orang-orang Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan ke Irak dan wilayah timur Asia Kecil, maka pada abad 617 H (1220M) Sulaiaman, kakek dari Utsman, melakkan hijrah bersama kabilahnya dari Kurdistan ke Anatolia. Mereka lalu berdomisili di Kota Akhlath (Kota di sebelah timur Turki).

Setelah meninggalnya Sulaiman, putranya yang bernama Erthughrul menggantikan posisinya sebagai pemimpin kabilah. Dia terus bergerak hingga mencapai barat lau Anatolia. Di perjalanan, dia melihat pertempuran sengit antara kaum muslimin Saljuk dan orang-orang Kristen Romawi. Bersama Kabilahnya, dia lalu bergabung dengan kaum muslimin. Tindikannya ini dilakukan pada waktu yang tepat sehingga menjadi sebab kemenangan orang-orang Saljuk.

Atas keberaniannya, Komandan pasukan Islam Saljuk memberi Erthugrul dan rombongannya sebidang tanah di wilayah barat Anatolia, dekat dengan perbatasan Romawi. Dia juga memberikan wewenang kepada mereka untuk memperluas wilayahnya hingga ke wilayah kekuasaan Romawi. Orang-orang Saljuk pun mendapat sekutu kuat dalam berjihad melawan Romawi. Maka, terjalinlah persahabatan erat antara negara yang baru tumbuh ini dengan orang-orang Saljuk akibat adanya musuh bersama dalam akidah dan agama. Persahabatan ini terus berlangsung selama masa hidup Erthugrul yang wafat pada 699 H (1299 M).

Sepeninggalnya, putranya yang bernama Utsman menggantikan posisinya sebagai pemimpin. Dia menempuh kebijakan politik yang telah dilakukan ayahnya dalam memperluas wilayah hingga ke wilayah kekuasaan Romawi.


UTSMAN, PENDIRI DAULAH UTSMANI

Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)

Utsman I mempunyai sifat-sifat mulia. Diantaranya adalah pemberani, bijaksana, iklhas, sabar, mempunyai daya tarik keimanan, adil, menepati janji, melakukan penaklukan hanya karena Allah SWT semata, serta mencintai ilmu dan para ulama. Atas dasar inilah Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah.

Kehidupan Utsman I, adalah jihad dan dakwah dan fi sabillah. Para ulama selalu berada di sekelilingnya. Mereka memberikan nasihat dan arahan mengenai penataan administrasi dan pelaksanaan peraturan dalam kekuasaan. Dan yang paling utama Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu masuk Islam, membayar Jizyah (pajak) atau berperang. Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.

Sejarah menyebutkan kepada kita mengenai wasiat Utsman kepada putranya, Orkhan saat berada di ranjang kematian. Wasiat ini mengandung makna peradaban dan manhaj syariah yang menjadi panduan dalam pemerintahan Utsmani sepeninggalnya.


Sultan Orkhan Bin Utsman (726-761 H/ 1327-1360 M)

Orkhan diangkat menjadi pemimpin sepeninggal ayahnya, dia menempuh kebijakan seperti yang ditempuh oleh ayahnya dalam memerintah dan melakukan penaklukan-penaklukan negeri. Dia sangat peduli untuk merealisasikan kabar gembira dari Rasulullah saw, mengenai akan ditaklukanya Konstatinopel. Dia meletakkan langkah strategis untuk mengepung ibukota Byzantium dari sebelah barat dan timur dalam satu waktu.

Salah satu aktivitas terpenting yang berkaitan erat dengan kehidupan Sulthan Orkhan adalah pengoporasian tentara Islam dan semangatnya untuk membentuk sistem kemiliteraan Islam yang istimewa. Orkhan membagi tentara ke dalam beberapa unit terdiri dari sepuluh, ratusan orang bahkan ribuan orang, Tentara baru yang dibentuk oleh Orkhan diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam. Orkhan mengkhususkan seperlima dari harta rampasan peran untuk biaya tentara itu. Orkhan menjdikan unit itu sebagai tentara reguler. Sebelum pembentuka unit itu, tentara hanya berkumpul pada waktu perang. Orkhan kemudian mendirikian pangkalan tersendiri agar tentara bisa berlatih dengan sempurna.

Orkhan berusaha menguatkan pilar-pilar negaranya. Dia banyak melakukan karya perbaikan dan pembangunan, menertibkan urusan admnistrasi, memperkuat militer, membangun masjid-masjid, dan mendirikan lembaga-lembaga ilmiah. Lembaga-lembaga itu dipimpin oleh para ulama dan pengajar terbaik. Mereka sangat dihormati oleh pemerintah.


SULTAN MURAD I BIN ORKHAN (761-791 H/ 1360-1389 M)

Sultan Murad I adalah sosok yang sangat pemberani, gemar berjihad, dermawan, dan tekun menjalankan agama, dia mencintai peraturan dan selalu memegangnya dengan teguh, berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya, mencintai jihad, dan sering membangun masjid-masjid, sekolah-sekolah dan tempat-tempat berlindung.

Di sekelilingnya terdapat sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman dalam bidang militer. Dia selalu mengajak mereka untuk bermusyawarah. Dia juga berhasil meluaskan wilayahnya dia Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan.

Ia menaklukkan Adrianopel (yang kemudian berubaha nama menjadi Edirne setelah ditaklukan dan dijadikan ibukota), yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki

Setelah kemenangan di Kosovo, Sulthan Murad I melakukan inspeksi di medan perang. Dia berkeliling di antara deretan korban kaum muslimin yang terbunuhdan berdoa untuk kebaikan mereka. Pada saat itulah seorang tentara Serbia yang berpura-pura mati segera berlari ke arah Sultahn Murad I. para pengawal berhasil menagkapnya, akan tetapi tentara ini berpura berbicara kepada Sulthan. Mendengar demikian, Sulthan memberikan isyarat kepada para pengawalnya untuk melepaskannya. Tentara serbia itu lalu mencium tangan sultan dan dengan cepat ia mengeluarkan pisau beracun dan menikam sultan. Akhirnya Sultan Murad I mati syahid pada 15 Syaban 791 H.


SULTAN BAYAZID I BIN MURAD ( 791-805 H/ 1389-1402 M)

Sultan Bayazid diangkat menjadi pemimpn setelah kematian ayahnya pada tahun 791 H. dia adalah orang yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan bersemangat untuk melakukan ekspansi memperluas wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan masalah-masalah kemiliteran, mengarahkan ekspansinya ke negara-negara Kristen Anatolia. Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Utsmaniyah. Bayazid bagaikan kilat yang bergerak di antara dua front Balkan dan Anatolia. Oleh karenai tu dia diberi gelar “Sang Kilat”.

Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib. Atas kegemilangannya itu pengambil alihan Konstatinopel menjadi target utamanya dalam jihadnya, oleh karena itu dia bergerak bersama pasukannya dengan sangat rapi untuk melakukan Pengepungan Konstatinopel. Hal ini terus berlangsung hingga kota ini hampir saja runtuh. Tatkala negara-negara Eropa sedang menanti hari-hari kejatuhan Byazantium, tiba-tiba Sulthan memalingkan perhatinnya dari penaklukan Konstatinopel karena munculnya bahaya baru terhadap Daulah Utsmaniyah.

Bahaya baru yang muncul itu ketika adanya peperangan melawan Timur Lenk di Ankara. Timur Lenk berasal dari keturunan keluarga terhormat di Turkistan. Pada 1369, dia berkuasa di di Khurasan dengan pemerintahannya di Samarkand. Dengan pasaukannya yang menakutkan dia mampu memperluas wilayah kekuasaannya dan mengontrol sebagian besar Dunia Islam. Kekuasaanya yang membentang di Asia dari New Dehli hingga Damaskus dan dari Laut Aral hingga Teluk Arab. Dia berhasil menduduki Persia, Armenia, Eufrat dan Trigis.

Bentrokan antara Timur Lenk dan Bayazid I sebenarnya terjadi karena adanya provokasi dari para penguasa Irak, orang Kristen kepada Timur Lenk untuk menghancurkan Bayazid, dan juga adanya surat menyurat antara keduanya.

Pada peperangan melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M. Bayazid kalah dalam menghadapi Timur Lenk disebabkan karena ketergesa-gesaan Bayazid, dia juga tidak memilih tempat untuk memilih pasukannya dengan baik.

Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.

Daulah Utsmaniyah menghadapi ancaman internal berupa munculnya perang saudara di antara anak-anak Bayazid yang memperbutkan tahta. Perang ini berlangsung selama sepuluh tahun. Dalam sejarah Daulah Utsmaniyah, periode ini merupakan periode ujian yang mendahului kejayaan sebenarnya yang akan terealisasi dalam penaklukan Konstatinopel.


SULTAN MUHAMMAD I BIN BAYAZID (816-824 H/ 1403-1421 M)

Sulthan Muhammad Jalabi mampu menghentikan perang saudara karena ketegaran, kecerdasan, dan pandangan yang jauh yang dia miliki. Dia berhasil mengalahkan saudara-sudaranya satu demi satu hingga akhirnya tampil secara tunggal sebagai penguasa. Selama delapan tahun masa pemerintahannya, dia membangun kembali Daulah Utsmaniyah.

Sulthan Muhammad Jalabi mampu menumpas gerakan Syaikh Badruddin yang menyerukan persamaan dalam harta benda dan agamaserta tidak membedakan antara seorang muslim dan non muslim dalam akidah.

Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Daulah Utsmaniyah sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.


SULTAN MURAD II BIN MUHAMMAD ( 824-855 H/ 1421-1452 M)

Sulthan Murad II diangkat menjadi pemimpin setelah kematian ayahnya, dia sangat mencintai jihad dan dakwah, dia juga dikenal sebagai penyair dan orang yang mencintai ulama dan penyair.

Cita-cita Sultan Murad II adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.

Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.


SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH (855-886 H/ 1451-1481 M)

Sultan Muhammad Al Fatih diangkat menjadi penguasa setelah kematian ayahnya ketika itu umurnya 22 tahun, dia mempunyai kepribadian yang unik dan menawan, mampu menggabungkan antara kekuatan dan keadilan. Semenjak muda, dia mampu mengungguli teman-temannya dalam banyak ilmu yang ia pelajari di sekolah istina, menguasai banyak bahasa yang berlaku pada masnya dan sangat tertarik untuk mengkaji buku-buku sejarah.

Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.

Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:

Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.

Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.

Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.


PENAKLUKAN KONSTATINOPEL

Konstantinopel dipandang sebagai salah satu kota paling penting di dunia, didirikan pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium, Constantine I. Kota itu menjadi tempat unik dan menawan di dunia. Sampai ada yang mengatakan, “seandainya dunia ini satu kerajaan, tentulah Konstantinopel adalah kota yang paling layak sebagai ibukotanya”.

Ketika kaum muslimin mulai berjihad melawan Kekaisaran Byzantium, Kota Konstantinopel mempunyai aspek khusus dalam pertsarungan itu. oleh karena itu, Rasulullah saw menyampaikan berita gembira kepada para sahabatnya mengenai akan ditaklukannya Konstantinopel. Diantaranya ketika berlangsung perang Khandaq, beliau bersabda :

Sesungguhnya kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh seseorang. Pemimpin yang menaklukannya adalaha sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan.

Oleh sebab itu, pasukan kaum Muslimin selalu berusaha memperluas wilayah kekuasannya ke Konstantinopel semenjak masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Serangan pertama dilakukan pada tahun 44 H namun belum berhasil. Serangan lain dilakukan berulang-ulang kali pada masnya, tetapi memperoleh hasil yang sama.

Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).

Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.

Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:

Sultan Bayazid II (1481-1512 M)

Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)

Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)

Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)

Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:.

Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M

Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M

Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia

Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.


0 komentar:

Posting Komentar