Senin, 29 Maret 2021

DALIL KE-5-7 : SURAH AL-A'RAF, AYAT 188 & SURAH ADZ-DZAARIYAAT, AYAT 20-21 & SURAH ADZ-DZAARIYAAT, AYAT 20-21

 DALIL KE-5 : SURAH AL-A'RAF, AYAT 188

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (188)

Katakanlah, "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman."

Allah memerintahkan Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam agar mengembalikan semua urusan kepada-Nya, dan hendaklah Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menyampaikan bahwa dirinya tidak mengetahui perkara gaib di masa mendatang dan tidak sedikit pun mengetahui hal tersebut kecuali sebatas apa yang telah diperlihatkan oleh Allah kepada dirinya, seperti apa yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya:

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. (Al-Jin: 26)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ}

Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya. (Al-A'raf: 188)

Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari As-Sauri, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan makna Firman Allah tersebut, yaitu : Sekiranya aku mengetahui bilakah aku akan mati, niscaya aku akan mengamalkan amalan yang saleh.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abu Mujaih, dari Mujahid; dan Ibnu Juraij telah mengatakan hal yang sama. Tetapi pendapat ini masih perlu diperiksa kebenarannya, mengingat amal perbuatan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersifat terus-menerus.

Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam apabila mengerjakan suatu amal, maka beliau mengukuhkannya. Semua amal perbuatan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersifat terus-menerus, seakan-akan beliau melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam semua keadaannya; kecuali jika makna yang dimaksud ialah memberikan petunjuk kepada orang lain agar membuat bekal untuk hal tersebut.

Hal yang paling baik sehubungan dengan makna ayat berikut ini ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Ad-Dahhak dari Ibnu Abbas: Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya. (Al-A'raf: 188) Yang dimaksud dengan kebajikan atau kebaikan di sini adalah harta benda. Menurut riwayat lain, sekiranya aku mengetahui jika aku membeli sesuatu yang tidak menguntungkan aku, niscaya aku tidak akan menjual sesuatu kecuali aku mendapat keuntungan dan aku tidak pernah tertimpa kemiskinan.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah' seandainya aku mengetahui hal yang gaib, niscaya aku akan. membuat perbekalan di musim subur untuk menghadapi musim paceklik; dan di saat harga sedang murah untuk menghadapi masa kemahalan, yaitu dengan membuat persiapan untuk menghadapinya selagi harga sedang murah'.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. (Al-A'raf: 188) Dengan kata lain, niscaya aku akan menjauhi marabahaya sebelum terjadinya dan aku akan menghindarinya sejak dini.

Kemudian Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menyampaikan bahwa dirinya hanyalah seorang pemberi peringatan dan pembawa berita gembira, yakni memberikan peringatan akan adanya siksa Allah serta menyampaikan berita gembira kepada orang-orang mukmin akan pahala surga. Seperti yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat lain, yaitu:

{فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}

Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)

******

Surah Yunus 49 :

Katakanlah, "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak(pula) kemanfaatan kepada diriku.” (Yunus: 49), hingga akhir ayat.

Maksudnya, aku tidak mengatakan kecuali apa yang telah diajarkan­Nya kepadaku, dan aku tidak mempunyai kemampuan terhadap sesuatu yang pengetahuannya hanya ada pada sisi Allah, kecuali bila Allah memperlihatkannya kepadaku. Aku adalah hamba dan utusan-Nya kepada kalian. Aku telah memberitakan kepada kalian akan kedatangan hari kiamat, bahwa hari kiamat itu pasti terjadi, dan Allah tidak memperlihatkan kepadaku mengenai waktunya, tetapi:

{لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ}

tiap-tiap umat mempunyai ajal. (Yunus: 49)

Setiap generasi mempunyai batas usia yang telah ditentukan bagi mereka, dan apabila batas usia itu telah habis masanya:

{فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ}

Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya. (Yunus: 49)

*****

DALIL KE-6 : SURAH ADZ-DZAARIYAAT, AYAT 20-21

وَفِي الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ (21)

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَفِي الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ}

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. (Adz-Dzariyat: 20)

Yakni di bumi banyak terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kebesaran penciptanya dan kekuasaan-Nya yang mengagumkan. Yaitu melalui apa yang telah disebar oleh-Nya di bumi ini berupa berbagai macam tetumbuhan dan hewan-hewan, serta bumi yang menghampar, gunung-gunung, hutan belukar, sungai-sungai, beraneka ragam warna kulit manusia dan bahasa mereka. Juga pembawaan yang telah diciptakan di dalam diri manusia berupa berbagai kehendak dan kekuatan, serta perbedaan yang ada pada mereka dalam hal akal, pemahaman, gerakan, kebahagiaan, dan kecelakaan. Pada susunan tubuh mereka banyak pula mengandung hikmah karena Allah telah meletakkan tiap-tiap anggota tubuh pada mereka di tempat-tempat yang tepat dan diperlukan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

{وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ}

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?  (Adz-Dzariyat: 21)

Qatadah mengatakan bahwa barang siapa yang memikirkan penciptaan dirinya, niscaya dia akan mengetahui bahwa sesungguhnya dirinya dan sendi-sendi tulang-tulangnya diciptakan hanyalah untuk beribadah.

********


 DALIL KE-7 : SURAH AL-WAAQI'AH, AYAT 83-85


{فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ (85}

Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal ketika itu kamu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ}

Maka mengapa ketika sampai. (Al-W'aqi'ah: 83)

Yakni NYAWA ATAU ROH.

{الْحُلْقُومَ}

di kerongkongan. (Al-Waqi'ah: 83)

Maksudnya, tenggorokan. Hal ini terjadi di saat seseorang mengalami ihtidar (sekarat)nya, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{كَلا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ. وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ. وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ. وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ}

Sekali-kali jangan. Apabila napas (seseorang) telah (mendesak) 

sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya), "Siapakah yang dapat menyembuhkan?” Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu digiring. (Al-Qiyamah: 26-30)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan:

{وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ}

padahal ketika itu kamu melihat. (Al-Waqi'ah: 84)

Yakni kepada orang yang sedang ihtidar dan sakaratulmaut yang dialaminya.

{وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ}

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. (Al-Waqi'ah: 85)

Yaitu melalui malaikat-malaikat Kami.

{وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ}

Tetapi kamu tidak melihat. (Al-Waqi'ah: 85)

Artinya, tetapi kalian tidak melihat mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ. ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ أَلا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ}

Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah. Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat. (Al-An'am: 61-62)

*****


 

 

0 komentar:

Posting Komentar