HATI HATI TERHADAP IBLIS ATAU SYETHAN TERHADAP BAHAYA WAS-WASNYA :
Untuk menghadapi segala kejahatan yang ditimbulkan oleh syethan dan iblis kita harus benar-benar secara sadar dan sengaja memandu diri kita dengan ajaran Allah dan Rasulullah agar kita tidak dapat disesatkan oleh syethan yang terkutuk.
Dengan jalan menerapkan Seluruh Ajaran Allah dan Rasulullah dalam setiap sisi kehidupan kita, baik itu dalam urusan kedudukan & jabatan, ilmu, harta, perdagangan, wanita, istri, anak-anak, keluarga, kesukaan & ketidaksukaan, keinginan, kebiasaan, menilai, membanding, memutuskan perkara, melihat, mendengar, ber'itiqad atau berkeyakinan, dan dalam hal akhlaq sikap, dan menyikapi kenyataan kehidupan apapun wujudnya, yang terkait dalam peranan tugas dan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah dan ummat Nabi Muhammad Shollalloohu 'Alayhi Wa Sallam.
Maka itu hendaklah kita berhati-hati saat kita :
Karena syethan atau iblis itu tidak akan pernah berhenti menyesatkan manusia dari jalan yang lurus jalan yang yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah shollalloohu 'Alayhi Wasallam.
Maka sering-seringlah membaca perlindungan kepada Allah atas kejahatan Iblis Atau Syethan Dan Hawa Nafsu.
• Laa Ilaaha Illallah Wachdahu Laa Syariika Lahu Lahul Mulku Walahul Chamdu Yuchyii Wa Yumiitu Wa Huwa Chayyun Laa Yamut Biyadihil Khoyru Wa Huwa 'Alaa Kulli Syai-in Qadiir
• Bismillaah Robbiyallooh Chasbiyallooh Tawakkaltu 'Alallooh Wa'tashomtu Billaah Fawadl-tu Amrii illalloohi Maa Syaa-allooh Laa Quwwata illaa Billaah.
• Bismillaah Wabillaah Wa Minallooh Wa illallooh Wa 'Allalloohi Fal Yatawakkalil Mu'minuun.
• Bismillaah Wabillaah Wa Minallooh Wa illallooh Wa 'Allalloohi Fal Yatawakkalil Mutawakkiluun.
• Bismillaahilladzii laa yadlurru Ma'asmihii syay-un fil ardli Wa Laa Fissamaa-i Wa Huwas Samii'ul 'aliim.
• A'uudzu Bikalimaatillaahit Taammaati Min Syarri Maa Khalaq.
• A'uudzu Bikalimaatillaahit Taammaati Min Kulli Syay-thoonin Wa Haammatin Wa Min Kulli 'Aiynil Laammatin.
• A'uudzu Billaahis Samii'il 'Aliimi Minasy Syaythoonir Rojiimi Min Hamzihii Wa Naf-khihii Wa Naf-tsihii.
• Audzubillah Biwajhilaahil Kariim Wa Bikalimaatillaahit Taammaatil 'Aammatil Latii Laa Yujaawizuhunna Barrun Wa Laa Faajirun Min Syarri Maa Yanzilu Minas Samaa-i Wamaa Ya'ruju Fiihaa, Wa Min Syarri Maa Dzaro-a Fil Ardli Wa Maa Yakhruju Minhaa, Wa Min Syarri Fitanil Layli Wan Nahaari Wa Min Syarri Thowaariqil Layli Wan Nahaari, illaa Thoiriqon Yathruqu Bikhoyrin Yaa Rochmaan.
• Yaa Chayyu Yaa Qoyyuum Yaa Dzal Jalaali Wal Ikroom, Laa ilaaha illaa Anta, Birochmatika Astaghiitsu Wa Min 'Adzaabika Astajiiru Laa Takilnii ilaa Nafsii, Walaa ilaa Achadin Min Kholqika Thorfata 'Aynin, Wa Ashlichlii Sya'nii Kullahuu Bimaa Ashlachta Bihish Shoolichiin.
• Bismillaahi Amsaynaa Wa Ashbachnaa Billaahil Ladzii Laysa Minhu Syay-un Mumtani' , Wa Bi 'Izzatillaahil Latii Laa Turoomu Walaa Tudloomu, Wa Bisulthoonillaahil Manii-'i Nachtajib, Wa Bi Asmaa-ihil Chusnaa Kullihaa,
'Aa-idzun Minal Abaalisati, Wa Min Syarri Syayaathiinal insi Wal Jinni, Wa Min Syarri Kulli Mu'linin Aw Musirrin, Wa Min Syarri Maa Yakhruju Bil Layli Wa Yakmunu Bin Nahaari, Wa Yakmunu Bil Layli Wa Yakhruju Bin Nahaari, Wa Min Syarri Maa Kholaqo Wa Dzaro-a Wa Baro-a, Wa Min Syarri Ibliisa Wa Junuudihii, Wa Min Syarri Kulli Daabbatin Anta Aakhidzun Binaashiyatihaa Inna Robbii 'Alaa Shirootin Mustaqiim.
A'uudzu Bimas Ta'aadza bihii Muusaa Wa 'iisaa Wa Ibroohiimal Ladzii Waffaa, Min Syarri Maa Kholaqo Wa Dzaro-a Wa Baro-a Wa Min Syarri Ibliisa Wa Junuudihii Wa Min Syarri Maa Yanbaghii.
• Lalu Membaca Beberapa Suuroh :
1. Al Faatichah
Lanjut baca Surah :
الٓمٓ . ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ , ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ . وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
lanjutkan baca Surah :
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
Lanjutkan baca Surah :
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
Lanjutkan baca Surah :
لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Lanjutkan baca Surah :
ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Lanjutkan baca Surah :
لِّلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ وَإِن تُبْدُوا۟ مَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ ٱللَّهُ ۖ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Lanjutkan baca Surah :
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ لَاۤ يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
Lanjutkan baca Surah :
شَہِدَ اللّٰہُ اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا هُوَ ۙ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ اُولُوا الۡعِلۡمِ قَآئِمًۢا بِالۡقِسۡطِ ؕ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا هُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
Lanjutkan baca Surah :
وَٱلصَّٰٓفَّٰتِ صَفًّا فَٱلزَّٰجِرَٰتِ زَجْرًا * فَٱلتَّٰلِيَٰتِ ذِكْرًا * إِنَّ إِلَٰهَكُمْ لَوَٰحِدٌ * رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ ٱلْمَشَٰرِقِ * إِنَّا زَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِزِينَةٍ ٱلْكَوَاكِبِ * وَحِفْظًا مِّن كُلِّ شَيْطَٰنٍ مَّارِدٍ * لَّا يَسَّمَّعُونَ إِلَى ٱلْمَلَإِ ٱلْأَعْلَىٰ وَيُقْذَفُونَ مِن كُلِّ جَانِبٍ * دُحُورًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ * إِلَّا مَنْ خَطِفَ ٱلْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُۥ شِهَابٌ ثَاقِبٌ
Lanjutkan baca Surah :
وَٱلسَّمَآءِ وَٱلطَّارِقِ * وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا ٱلطَّارِقُ * ٱلنَّجْمُ ٱلثَّاقِبُ * إِن كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ * فَلْيَنظُرِ ٱلْإِنسَٰنُ مِمَّ خُلِقَ * خُلِقَ مِن مَّآءٍ دَافِقٍ * خُلِقَ مِن مَّآءٍ دَافِقٍ * يَخْرُجُ مِنۢ بَيْنِ ٱلصُّلْبِ وَٱلتَّرَآئِبِ * إِنَّهُۥ عَلَىٰ رَجْعِهِۦ لَقَادِرٌ * يَوْمَ تُبْلَى ٱلسَّرَآئِرُ * فَمَا لَهُۥ مِن قُوَّةٍ وَلَا نَاصِرٍ * وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلرَّجْعِ * وَٱلْأَرْضِ ذَاتِ ٱلصَّدْعِ * إِنَّهُۥ لَقَوْلٌ فَصْلٌ * وَمَا هُوَ بِٱلْهَزْلِ * * إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا * وَأَكِيدُ كَيْدًا * فَمَهِّلِ ٱلْكَٰفِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًۢا
Lanjutkan baca Surah :
BUAH PIKIRAN, BISIKAN HATI, KEHENDAK, DAN CITA-CITA
Di sepanjang hidupnya, manusia sudah pasti akan terus menerus diganggu oleh syethan hingga ajal menjemput. Bahkan bayi yang baru lahir pun juga memperoleh gangguan dari syethan. Dalam Al-Quran surat Shaad ayat 77-83, Allah menjelaskan bahwa iblis bersumpah akan selalu mengganggu dan menyesatkan seluruh umat manusia.
“Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.” Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad: 77-83)
Iblis dan syethan memiliki jutaan cara untuk bisa menuntun manusia menuju kesesatan yang dibisikan melalui hati manusia. Karenanya manusia harus senantiasa menjaga diri agar tak terjebak dari bisikan-bisikan yang menjerumuskan.
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Fawaa’idul Fawaa’id
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Fawaa’idul Fawaa’id menjelaskan, “Buah pikiran, bisikan hati, kehendak, dan cita-cita adalah hal-hal yang harus diprioritaskan untuk anda perbaiki. Sebab semua itu adalah inti dan hakikat diri anda. Inti ini adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah atau justru menjauhkan anda dari-Nya.”
Pikiran manusia layaknya mesin penggiling yang memproses segala apa yang masuk ke dalamnya. Jika kita tak cukup jeli untuk bisa memilah-milah mana yang boleh masuk dan mana yang harus dicekal, tentu hasil yang nampak dari dalam diri kita bukanlah hasil baik yang kita cita-citakan. Pikiran, terutama pikiran bawah sadar, akan membentuk diri kita dan membentuk sikap dan perilaku kita. Maka dari itu kita perlu bisa mengklasifikasi mana yang perlu kita cerna dan kita simpan dalam pikiran kita dan mana yang selayaknya dibuang saja.
Untuk bisa mengenali mana bisikan yang bersumber dari cahaya Allah dan mana yang berasal dari godaan dan tipu daya syethan, kita perlu tahu perbedaannya. Nah.. Bagaimana kita bisa tahu mana yang dari Allah dan mana yang dari syethan? Jawabannya ada di bawah ini;
Allah berfirman dalam QS. Al-Anfaal : 29,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“ Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqon (pengetahuan yang bisa membedakan antara petunjuk dan kesesatan), dan kami akan menghapus kesalahan-kesalahanmu, serta menutupi (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Jadi modal terbesar seorang hamba dalam memahami kebenaran dan kebathilan adalah ketaqwaannya kepada Allah. Dimana ketika taqwa telah menjadi jati dirinya, maka Allah akan mengaruniakan kepadanya “furqon” atau pembeda, dimana dia akan mampu mengenali kebenaran dan para pembawanya, dan mampu mengenali kebathilan dan para pengusungnya. Ia bisa mengenali mana tauhid mana syirik, mana sunnah mana bid’ah, mana yang bermanfaat mana yang membahayakan.
Ibnul Qayyim telah sangat membantu kita dalam hal ini. Beliau menuliskan ada 6 hal yang merupakan bisikan yang berasal dari syethan, dimana kita harus sesegera mungkin membuangnya jauh-jauh ketika terlintas di benak kita. Apa saja 6 hal itu?
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا؛ وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ؛ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“…Jika sesuatu (yang tidak engkau inginkan) menimpamu, maka janganlah engkau katakan ‘andaikan aku melakukan begini dan begitu tentu akan begini dan begitu’ namun katakanlah “Qodarullah wa ma syaa’a fa’ala” karena kalimat seandainya itu akan membuka (pintu) perbuatan syaithon.” [HR. Muslim]
Sumber: madaninews.id, jakarta
HATI HATI TERHADAP WAS-WAS
Dalam mengambil keputusan atau memikirkan sesuatu, ada kalanya manusia diliputi rasa bimbang dan ragu yang membuatnya merasa dilema. Kadangkala terbesit ide apapun yang akan dilakukan.
Hal ini berkaitan dengan anjuran yang mengatakan untuk mengikuti kata hati dalam mengambil sebuah keputusan yang membingungkan. Namun, tak sedikit yang masih keliru untuk mmebedakan antara bisikan syethan dengan kata hati yang sebenarnya.
Sebagaimana sumpah yang disebutkan Iblis di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala saat diperintahkan untuk sujud kepada Nabi Adam alaihissalam. Kala itu Iblis berjanji akan mengganggu manusia sampai hari kiamat tiba. Maka inilah yang mendasari kehidupan manusia yang selalu senantiasa dikelilingi oleh berbagai bisikan, godaan dan tipu daya iblis dan syethan untuk terjerumus pada kekhilafan dan lembah dosa.
Gangguan bisikan syethan bahkan disebutkan dalam Surah An-Naas ayat 4-6, yang artinya: “Dari kejahatan (bisikan) syethan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia,”.
Dalam kata lain, bisikan syethan disebut juga waswasah, bisikan malaikat disebut ilham sedangkan kata hati bernama khatarah, atau yang berasal dari rasa khawatir. Khawatir merupakan lintasan-lintasan dalam hati, atau yang dimaknai sebagai segala hal yang terlintas dalam hati saat mempertimbangkan suatu hal. Lantas, bagaimana cara membedakan antara kata hati dan bisikan syethan?
Agar lebih mudah, dai kondang Ustadz Abdul Somad alias UAS menggunakan perumpamaan ringkas mengenai bisikan syethan.
“Cara membedakannya seperti ini, kerja syethan itu seperti misalnya ada ilalang kering, atau jerami. Syethan tidak bisa memunculkan api, tetapi begitu ada api kecil, syethan kerjanya mudah tinggal mengipas-ngipas (api) saja (agar apinya membesar),” kata UAS, dikutip dari channel YouTubenya, Ustadz Abdul Somad Official, Rabu (12/8/2020).
“Api kecil itu khawatir, yang membesarkannya itu yang disebut dengan waswasah,” imbuh UAS.
Begitu terlintas sebuah bisikan syethan tersebut, cara mengatasinya yakni dengan membaca istighfar, maka niscaya api kecil tadi akan langsung padam dengan istighfar yang seolah air yang memadamkan api.
Cara kerja syethan untuk selalu menghasut manusia ini akan selalu dilakukan selama ruh manusia masih berada dalam jasad mereka. Karenanya, kita patut waspada dan dapat mengambil keputusan lebih bijak untuk tidak mudah terjerumus pada godaan syethan, yakni dengan selalu melibatkan Allah Ta'ala dan selalu mengingat-Nya.
“Makanya di antara yang dapat memadamkan bisikan syethan itu adalah dengan membaca tahlil, membaca laa ilaaha illallah. Karena gangguan syethan itu terus-menerus, akan diganggu dari depan, belakang, kiri dan kanan. Tidak akan berhenti. syethan berjanji untuk membengkokkan jalan manusia yang lurus,” terang pendakwah asal Riau ini.
Bisikan syethan lanjut UAS, hadir ketika mulai ada rasa khawatir dari dalam diri manusia, hingga timbul perasaan ragu. Dari situlah syethan akan bekerja untuk menghasut agar menyimpang dari jalan hamba Allah yang lurus.
Lebih lanjut, dirinya berpesan untuk dapat melindungi diri dari bisikan syethan dan tipu dayanya ialah dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا
Artinya: “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga,” (QS. Al Isra’: 65).
Selain itu, orang mukmin yang senantiasa bersahabat dengan sifat ikhlas juga diyakini akan jauh dari bisikan syethan karena mereka (syethan) tidak akan memiliki akses masuk untuk mengganggunya.
islamidia.com
JANGAN PEDULIKAN WAS WAS
Apa sih sebernarnya perbedaan antara kata hati dengan bisikan syethan? Kata hati dengan bisikan syethan sangatlah berbeda. Jika suatu saat kita dituntut untuk untuk mengambil langkah dan mengambil sebuah keputusan, maka tak jarang diri ini akan mengikuti apa kata hati. Bahkan, orang-orang disekeliling kita pun akan menyarankan untuk kita mendengarkan kata hati.
Namun, apakah perkataan yang kita yakin itu berasal dari hati kita? Atau bahkan berasal dari bisikan syethan? Karena seperti yang sudah kita ketahui, bahwa syethan itu memiliki sifat dasar yang menggoda manusia dengan berbagai tipu dayanya. Nah, untuk itu mari kita sama-sama menyimak ulasan tentang perbedaan kata hati dengan bisikan syethan di bawah ini.
Perbedaan Antara Kata Hati dengan Bisikan syethan
Jika kita ingin melakukan suatu keburukan, bisa jadi itu merupakan bisikan syethan dan bukan berasal dari kata hati kita. Karena syethan selalu mengajak manusia pada suatu keburukan. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya syethan itu adalah musuhmu (yang nyata), maka jadikanlah dia (syethan) sebagai musuh. Sesungguhnya dia (syethan) hanya akan menyeru pada golongannya untuk menjadi penghuni meraka yang menyala-nyala” (QS. Fathir; 6).
Lalu, jika kita ragu untuk melakukan suatu hal kebaikan, maka bisa jadi itu juga adalah bisikan syethan. Karena syethan memberikan bisikan jahat kepada mereka manusia agar mereka ragu dan manusia tersebut juga ragu kepada Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Syethan akan mendatangi salah seorang dari kalian lalu membisikannya; “Siapa yang telah menciptakan ini? Siapa yang telah menciptakan itu? ” Sampai kemudian ia (syethan) akan membisikan lagi; “Siapa yang telah menciptakan Allah SWT itu?”. Dan jika dia sampai pada tingkatan tersebut, maka hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah SWT dan berhenti” (Muttafaq’alaih)
Seperti itulah bisikan-bisikan syethan yang selalu mengajak manusia pada keburukan. Pikiran-pikiran yang terlintas di hati kita yang terkadang berfikir tentang keburukan, maka ini adalah berasal dari bisikan syethan. Namun kata hati tersebut adalah berfikir tentang kebaikan, yang dilandasi dari keimanan kita. Apa yang harus kita lakukan jika terlintas dalam benak hati kita untuk mengingkari Allah SWT atau Kufur Kepada-Nya ? Karena hal itu sudah pasti merupakan bisikan syethan. Berikut adalah penjelasannya, yang dapat kita lakukan agar terhindar dari sifat kufur dan ingkar karena pengaruh bisikan syethan, sebagai berikut:
Pikiran Buruk Jangan di Ucapkan
Seperti yang diceritakan dalam hadist dari Abu Hurairoh RA. Bahwa pernah datang beberapa orang menghadap kepada Rasulullah SAW lalu mereka mengatakan: “Kami menjumpai dalam diri kami terlintas pikiran yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya. “Beliau (Rasulullah SAW) Bertanya kepada mereka, apakah benar kalian menjumpai perasaan itu?” “(sebenarnya) hal itu bukti adanya iman” (HR. Muslim: 132).
An Nawawi menjelaskan makna hadits ini adalah, jika diantara kita merasa berat untuk mengucapkan sebuah pikiran yang terlintas di diri kita mengenai ketetapan Allah SWT, maka hal ini adalah merupakan bentuk adanya iman. Karena kita merasa berat mengucapkan kalimat tersebut, disertai dengan perasaan takut untuk mengucapkannya. Dan sesungguhnya sifat ini hanya ada pada orang yang imannya sangat kokoh dan sangat teruji. Sehingga hilang darinya segala keraguan dan bimbang terhadap apa yang ditetapkan Allah SWT.
Segera Minta Perlindungan Kepada Allah SWT dari Godaan syethan Tersebut
Yang dapat kita lakukan agar terhindar dari sifat kufur dan ingkar karena pengaruh bisikan syethan, adalah segera meminta perlindungan kepada Allah SWT dengan membaca Ta’awudz: “A’udzu-billahi-minas-syaitoni-nir-rajim” yang artinya (Aku berlindunga kepada Allah dari godaan syethan yang terkutuk)
Jangan Mempedulikannya (tidak mempedulikan bisikan-bisikan syethan “cuek”)
Inilah senjata paling ampuh untuk melawan bisikan-bisikan syethan terkutuk. Maksudnya kita bisa terus-menurus berhenti dalam menghindari pengaruh-pengaruh buruk terhadap syethan tersebut dan memasrahkannya kepada Allah SWT untuk menghilangkannya. Dan pada saat kita menyadari bahwa syethan hendak merusak agama kita dengan bisikan semacam ini, maka seharusnya kita berusaha menghilangkannya dengan cara menyibukkan diri memikirkan hal lain. Sungguh pikiran yang demikian itu hanyalah permainan syethan.
Demikianlah penjelasan tentang perbedaan antara kata hati dengan bisikan syethan. Sebagai Hamba Allah SWT sudah seharusnyalah kita berlindung kepada Allah SWT terhadap tipu daya syethan dan bisikan-bisikannya yang selalu mengajak kita tentang keburukan. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita dari perbuatan dan bisikan syethan yang terkutuk. Amin Allahumma Amin
Sumber: Mutiarapublic
EMPAT SUMBER BISIKAN YANG MASUK DALAM HATI
M. Tatam Wijaya Kamis 2 April 2020 19:00 WIB
Pernahkan terbesit dalam hati Anda, “Ingin sekali rasanya aku bangun malam.” Tak lama kemudian, datang bisikan yang lain, “Mending tidur saja, takut besok kesiangan berangkat kerja.” Itu namanya bisikan hati. Jumlahnya banyak sekali. Sampai-sampai guru-guru pendidik ruhani mengatakan, sehari semalam ada 70.000 (tujuh puluh ribu) bisikan yang datang ke dalam hati manusia. Tak terkecuali kepada hati seorang penempuh jalan Allah. Bayangkan dalam satu menit saja ada berapa bisikan yang masuk ke dalam hati.
Karena itu, seorang yang tengah mendaki jalan Allah, dan berusaha menjaga kejernihan hati, harus berusaha mengontrol semua bisikan itu. Ia harus tahu dari mana sumber bisikan itu. Bagaimana cara membedakannya.
Bagaimana pula mengatasinya. Mana bisikan yang pantas diikuti dan mana yang harus disingkirkan. Berikut adalah keempat sumber bisikan yang masuk ke dalam hati.
Pertama, bersumber dari nafsu. Atau yang biasa dikenal dengan hawa nafsu. Contohnya, “Aku sedang puasa, hukumnya fardu, hari sangat panas, dan aku melihat air dingin di atas meja. Segar sekali sepertinya jika air itu kuteguk.” Itu adalah bisikan. Datangnya dari nafsu. Nafsu memang menginginginkan hal itu.
Kedua, bersumber dari syethan. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
الشَّيْطَانُ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ، فَإِذَا ذَكَرَ اللَّهَ خَنَسَ وَإِذَا سَهَا وَغَفَلَ وَسْوَسَ
“Syethan itu senantiasa mendekam dalam hati bani Adam. Jika bani Adam berdzikir kepada Allah, maka ia bersembunyi dalam hatinya.
Dan ketika ia lupa kepada-Nya, maka syethan kembali membisikinya.”
Bisikan yang bersumber dari syethan ini juga biasa disebut dengan waswas, sebagaimana firman Allah, Dari kejahatan waswas (bisikan) syethan yang biasa bersembunyi, (Q.S. an-Nas [114]: 4).
Ketiga, bersumber dari malaikat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu al-Mubarak dari Ibnu Mas‘ud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لِابْنِ آدَمَ لَمَّتَانِ: لَمَّةٌ مِنَ الْمَلَكِ، وَلَمَّةٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ بِالْخَيْرِ، وَتَصْدِيقٌ بِالْحَقِّ، وَتَطْيِيبٌ بِالنَّفْسِ، وَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ، فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ، وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ، وَتَخْبِيثٌ بِالنَّفْسِ
“Ada dua lammah (bisikan) bagi ibnu Adam, yakni lammah syethan dan lammah malaikat. Lammah malaikat mendorong kepada kebaikan, membenarkan yang hak, dan menjernihkan jiwa. Sedangkan lammah syethan mendorong kepada keburukan, mendustakan yang hak, dan mengotori jiwa.”
Artinya, siapa saja yang mendapati dorongan kebaikan, ketahuilah bahwa salah satunya datang dari malaikat, meski pada hakikatnya datang dari Allah. Bersyukurlah pada-Nya. Sebaliknya, siapa saja yang mendapati bisikan buruk, maka berlindunglah kepada-Nya, sebab bisikan buruk salah satunya datang dari syethan.
Keempat, bisikan langsung dari Allah yang diberikan kepada hati seorang hamba. Pada hakikatnya, semua bisikan baik berasal dari Allah yang diturunkan sebagai cobaan, pemberian, ujian, dan karunia. Namun, ada bisikan yang langsung diberikan Allah dari keluhuran-Nya kepada hati seorang mukmin. Bisikan itu disebutkan dengan ilham.
Dalam Al-Qur’an Surat as-Syams ayat 7 dan 8 disebutkan, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (Lihat: al-Habib ‘Ali Al-Jufri, Ayyuhal Murid, hal. 175). Wallahu a’lam.
Penulis: M. Tatam Editor: Mahbib






0 komentar:
Posting Komentar