PERCAKAPAN @MAIYYAH
PERBINCANGAN MAS HELMI & MAS HARYANTO BERSAMA MBAH AINUN NAJIB.
TENTANG FENOMENA HAY-YA 'ALAL JI-HAAD
Kita ambil 3 Cara Pandang atau 3 PRESPEKTIF / SPEKTRUM.
Saya ingin SPEKTRUM PERTAMA pasti adalah fiqih dalam syariat Islam artinya tata cara beragama yang diatur oleh agama Islam. Termasuk di dalamnya ada adzan Adzan inikan tidak berasal dari teks Ayat tapi itu adalah perintah Kanjeng Nabi kepada Sayyidina Bilal bin Rabah untuk memanggil orang untuk Kasih tanda ini sudah saatnya shalat. Terus Bilal bin Rabah kalau tidak salah kemudian meneriakkan kata-kata yang sering kita kenal sebagai adzan itu.
Jadi disebut mahzhoh dia memang peristiwanya mahzhoh. Tapi kalau disebut-sebut itu aturan baku, uraikan asal-usulnya kan dalam tanda petik "kreativitasnya" Bilal bin Rabah yang suaranya memang enak itu.
Nah ... yang disebut oleh mas Helmi tadi adalah bersamaan dengan adanya kasus Sigi, Sulawesi Tengah itu, sebelumnya dan ketika itu berlangsung sudah ada deretan "apa namanya" informasi panjang secara video ya. Di mana ada orang adzan atau iqamahnya dengan mengganti HAYYA ALAL SHOLAH-nya menjadi HAYYA ALAL JIHAAD.
Dari perspektif fiqih dan syariat itu tidak lazim. Saya hanya mampu ngomong itu tidak lazim tapi jangan kaget kalau ada ulama yang mengambil kesimpulan itu adalah Bid'ah bahkan Bid'ah Kubro atau mungkin bisa dianggap sesat, karena itu menyalahi sunnah dan aturan yang sejak awal sudah di legitimasi oleh Rasulullah. Saya, Saya tidak ikut mengatakan apa-apa, tapi pokoknya cuman TIDAK LAZIM, sehingga sehingga jangan kaget kalau ada fatwa-fatwa ulama mengenai itu apa sesat apa Bid'ah, apa segala macam.
Tetapi kalau kita melihat PERSPEKTIF yang berikutnya yaitu sosial budaya, soal sosial politik, sosial pokoknya perspektif zaman secara horizontal, ya kalau kita tarik dari kata sholat ..
Sholat itu kan selama ini kita maknai sebagai sholat gitu aja, dia itu mengabdi kepada Allah dengan cara tertentu. Kemudian kita kenal juga kata sholawat. Tapi kalau kita Shalawat itu kepada Rasulullah kepada Nabi ya.
Sholat dan sholawat ini kan satu rumpun kata, yang menurut saya kandungan jiwanya adalah menyatakan komitmen, menyatakan cinta, menyatakan kesetiaan, menyatakan kepatuhan kepada Allah dan Rasulullah.
Kalau kita tarik dari spektrum fiqih syariah dan spektrum sosial politik, sosial budaya, kata sholat ini kan mempunyai pengertian yang yang sangat luas. Kata sholat itu bisa di breakdown bisa di interprestasikan, bisa dikembangkan, bisa diapliksi.
Jadi sholat itu bisa cara kita untuk mengabdi kepada Allah adalah menjalani hidup dan hidup itu bisa kita jalani dengan jihaad juga bisa. Jihaad ini kan sangat luas, bisa cari istri, cari nafkah, bisa menempuh sesuatu hal dalam dalam karier atau apa itu semua jihad. Jadi jadi sebenarnya kalau hayya 'alal sholah dirubah atau dikembangkan jadi hayya alal jihaad, SECARA MAKNA, itu bisa dipahami. Bahwa SECARA ATURAN monggo itu urusan para ulama.
Yang kita bicara MAKNA, bisa dibawa sholat, itu ya ... ya saya menyiram tanaman tidak sholat juga, saya mandi pagi itu juga sholat, (... itu lihat yang itu nah, nah ..) Masalahnya sekarang adalah saya membayangkan ketika mendengarkan hayya 'alal jihaad tuh .... Saya tidak curiga dan tidak mengklaim apa maksudnya. Tapi kalau saya ... jadi mereka, saya akan sekalian menggunakan kata hayya alal qitaal "mari berperang" , karepe ngono to jan jane artine ketoke.
Cuman mereka kan menggunakan kata JIHAAD yang artinya sangat luas. Bisa mencari nafkah, mencari istri dan sebagainya.
Nah ... Kalau kita kan jelas, "dep- depan Jreng !! gitu gitu ! Kalau dari prespektif, "Apa namanya" kalau prespektif sosial politik, itu kemudian kita bisa melihat sejarah. Saya melihat bahwa sebenarnya memang umat Islam ini secara nilai maupun secara manusianya, kaum muslimin maupun nilai Islam, memang sudah mengalami sakit hati yang luar biasa dalam waktu yang sangat panjang.
Saya menyebutnya sudah sekitar 4 sampai 6 abad, itu umat Islam dan umat Islam itu disepelekan, diinjak-injak, di tidak diakui keislamannya dan seterusnya. Apakah itu urusannya dengan penjajahan bangsa-bangsa untuk pada bangsa yang lain, penjajahan itu atau ko-operasi atau menginjak-injakkan dari kelompok lain kepada kelompok Islam dan seterusnya itu, dan sudah berlangsung berabad-abad. Sehingga saya memahami sangat lazim bahwa umat Islam atau kaum muslimin itu merasakan rasa sakit, di injak-injak, di dijajah "diplokotho, diapusi".
Apakah disalahpahami dari renaissance sampai globalisasi ya. Jadi mereka itu terlalu lama merasa sakit. Nah di antara orang-orang yang yang merasa sakit ini kan ada sebagian yang tidak tahan, ada yang "diladeni" dengan kesabaran, dengan tawakal, dengan iman, dengan kepercayaan kepada Allah. Ada yang sampai "menthok" akhirnya ndak kuat githu ya. Akhirnya terjadilah Sigi atau segala macam ... ya. Jadi saya mencoba memahaminya bahwa itu juga lazim. Kalau Orang diinjak injak.
Semisal kalau saya menghina Bapakmu, sampai tiga kali itu, terus kamu tidak marah kan ndak lazim. Terus kamu jadi menendang kepala saya kan juga sangat lazim juga. Jadi kelaziman itu harus kita pelajari juga.
Dan saya melihat Sigi maupun hayya 'alal jihaad itu adalah munculnya secara alamiah. Sebagian dari suatu kelompok yang ditindas berabad-abad, sehingga mereka kemudian ada yang "biyadiyyin" atau "dengan tangan mereka" melakukan apa yang rezim menyebutnya terorisme ya atau melalui lisan Atau dengan hayya 'alal jihaad atau hayya 'alal qitaal. Itu bagi saya itu itu itu lazim lazim saja. Jadi jadi jadi saya tidak mengatakan bahwa itu boleh ya ! Boleh dan tidak boleh lain masalah, ini soal lazim dan tak lazim.
Karena memang .... Haryanto bisa kasih contoh, ayam saja dianugerahi Allah rasa marah. ketika "Piyek" anak-anak ayam itu terancam oleh anjing atau atau apapun, ayam itu ... itu kan marah, dengan ekspresi meregangkan bulunya dan seterusnya. Jadi rasa marah itu juga lazim...
(Haryanto Said : Artinya sangat bisa dipahami terlepas dari anda setuju atau tidak setuju. Tapi sangat bisa dipahami eee ketika dalam kondisi yang seperti hari ini, sebagian umat Islam itu, hayyal 'alal jihaad itu pun masih ada sopan santun kok, ada adabnya. Mereka tidak langsung "mengata" hayya 'alal qitaal, apalagi "qushwah" itu ndak. Jadi saya lihat itu ya wajar sebagaimana, ini mas Helmi.
Begini ya ... Apa .. kayaknya KHAZANAH MARAH sebagai bagian dari akhlak muslim itu, terlalu lama di dibunuh oleh ... oleh zaman ini ya. Seakan-akan bangsa kita itu, dan umat Islam itu ... percaya betul bahwa marah itu adalah akhlak buruk)
Jadi ada keterkaitan atau ada kooperasi nilai moral terhadap kemarahan. Jadi sekarang ini kita sampai kepada zaman dimana marah Itu enggak baik, marah itu buruk, marah itu lemah, marah itu zholim gitu.
Nah Sigi itu kan itu kan output dari kemarahan yang lama. Apakah kemarahan tuh matang apa tidak ? , Halal apa tidak ? Itu ... itu urusan lain. Tapi bahwa itu kelaziman manusia makhluk Allah.
Wong .. Cacing kita akan melihat, kalau kita injak menggeliat geliat. Kalau tidak menggeliat geliat berarti bukan makhluk Allah.
Jadi marah menurut mas Haryanto, adalah secara global cara kita berfikir mengenai Psikologi dan kejiwaan manusia, itu Menindas Fenomena marah, SEOLAH OLAH MARAH ITU NDAK BAIK ... Kan gitu kan ...?
Marah jadi orang kemudian yang sabar, arif, santun ... yang begitu marah itu ndak boleh padahal sekarang ... kalau kita cari di Quran ALLAH MARAH itu berapa ratus ayat, Allah sendiri marah, Allah sendiri murka, Allah sendiri ghodlob.
Nah sekarang kemarahan itu semuanya adalah bagian yang lazim dari struktur kejiwaan manusia. Sekarang itu secara secara apa global dan nasional itu ada REKAYASA agar supaya marah ini DIRESMIKAN sebagai sesuatu yang BURUK.
(Haryanto said : Dan Rasulullah juga mencontohkan itu ketika ada laporan bahwa ada satu kaum yang ditindas oleh kekuasaan Islam sendiri disaat itu. Disaat itu Islam sedang berkuasa, di mana Rasulullah mendapatkan laporan bawahsanya ada satu kelompok masyarakat yang memperoleh beban ketidakadilan. Rasulullah saat itu sampai sahabat itu mendengar bunyi "kemerethuk" giginya, SAKING MENAHAN MARAHNYA, sampai sampai sahabat mendengar bunyi gigi beliau. Seakan memendam amarah yang kuat. Artinya ....)
Jadi MARAH itu LAZIM, WAJAR, MANUSIAWI dan ALAMIAH itu ciptaan Allah kan gitu kan !?
Terjadi pada semua makhlukNya meskipun Rasulullah yang sangat lembut itu marah, ini lebih objektif dan subjektif ini kita MARAH ITU WAJAR. asal pada tempatnya. Kemudian masih ada aturan, ekspresi marahnya apa ? Saya kalau saya marah sama Helmi dan saya lulus dari kewajaran bahwa saya marah, kan tidak berarti saya boleh memukul Helmi. Memukul dan marah Itu ada jaraknya.
Jadi umat Islam ini mengalami ketidakadilan ilmu dan pikiran, ketidakadilan cara pandang, ketidakadilan sosial ekonomi dan ketidakadilan politik. Sampai sudah merupakan kehancuran sekian bangsa ya ... Libya, Iran, Irak Afghanistan Suriyah, itu kan kalau anda mau menghitung secara struktural di dalam pemetaan politik modern ini kan anda melihat bahwa UMAT ISLAM ITU DITINDAS habis-habisan. Nah di antara kaum muslimin ada yang nggak kuat.
Tapi ada juga TEORI LAIN, jadi misalnya .... kalau ada kelompok Islam yang sangat keras ya ... itu juga dalam satu kemungkinan lain bisa merupakan REKAYASA dari yang berkuasa, bisa juga.
Jadi .... kayak di pesantren dulu kalau ada anak yang pemarah itu malam-malam kita kasih raweit di badannya, pas tidur, sehingga dia paginya gatal semua. Dia jadi pemarah, dia marah kemudian melakukan sesuatu yang justru pihak keamanan (pondok) bisa menghukumnya. Jadi ... jadi orang dirangsang dan dikasih pacuan untuk supaya marah, dan ekspresi marahnya itu kriminal dan seterusnya. Sehingga ada alasan untuk menghukum.
Itu bisa terjadi dalam sebuah negara atau didalam politik internasional. Jadi bisa saja tokoh Islam yang sangat keras, itu juga bagian dari REKAYASA REZIM atau kekuasaan bisa aja. Karena ... karena ini (F-P-I) sekeras kerasnya tapi BELUM SAMPAI KRIMINAL, maka DIPANCING SUPAYA KRIMINAL, sehingga punya ALASAN untuk mengatakan begitu.
Tapi ... hidup itu begitu kayanya, sehingga ada kemungkinan seperti itu, gitu kan ? Anda harus punya Mutmainnah punya, ketentraman keseimbangan, sehingga anda tidak mungkin di pancing-pancing seperti itu
(Haryanto said : Kalau dilihat dari ini cak, keluar videonya itu, kalau memang itu hayya 'alal jihaad, itu untuk .... yang Pertama Kenapa yang pertama Kenapa itu harus dimunculkan dalam bentuk video dan dipublish. Kemudian yang kedua Kenapa itu saatnya hampir bersamaan dan masiv penyebarannya itu. Kalau misal itu secara alamiah sebuah kemarahan itu, ya mungkin ... saya bayangkan ndak harus seperti itu ... yang saya maksud saya ... ?)
Bagi dia ada kemungkinan memang yang memunculkan adalah REZIM. Kita tidak mengklaim dan tidak menuduh ... tapi ada teori seperti itu mungkin saja yang bikin malah malah yang BERKUASA .... yang bikin itu bisa aja. Secara Teori Politik ya ... Saya tidak mengatakan itu adalah bikinan rezim.
(Helmi said : Saeandainya itu,
... yang terjadi dalam umat Islam nih ... apa yang yang perlu dilakukan atau mungkin apa ya apa yang semestinya direspon ... terutama oleh para pemuka agama Islam itu sendiri?)
Saya kira semua ulama sebaiknya menggunakan 3 bagian tadi. Jadi kan sejauh ini kan yang yang ada kan respon fikih, tidak ada respon sosial politik serta respon zaman.
Kalau ngomong kalau saya tingkatkan sampai ke tingkat yang ketiga (3) yaitu .... Loh .... Sekarang iblis menggoda Adam itu atas idzin Allah nggak ? Kalau ndak diidzinkan Allah tidak terjadi !
Kalau mau ngomong rekayasa, kalau ngomong siapa subjek utamanya, kan bisa sampai ke Allah. Allah bikin Dajjaal, Allah bikin Ya'juud Ma'juud. Yang bikin siapa ? Kalau bukan Allah tidak bisa. Kan Dajjaal tak bisa bikin dirinya sendiri, syethan tak bisa bikin dirinya sendiri, sebegitu banyak di dunia dalam kehidupan yang bikin siapa ...? Kan Tuhan sendiri.
Nah ... jadi kalau kita mau ngomong outline atau outline strategis dari suatu peristiwa di zaman remaja, kita juga perlu yang ketiga. Jadi terserah yang bener yang mana ...secara ... Kalau secara fiqih dan syariat gampang. Tapi kalau secara Sosial Politik dalam struktur dan Sistem Global sekarang ini itu kan tidak mudah. Tapi kalau saya berpikir seperti pertanyaan Hariyanto, terserah Triggernya dari mana, Siapa yang MEMPROVOKASI, ini ... ini memang ada kelompok yang ndak kuat hatinya sehingga NGAMUK ataukah bikinan rezim sendiri itu ya .... atau apapun terserah. Tapi kan ada kemungkinan lain, kalau memang kita sedang berada di dalam satu ... satu satu lingkaran syetan sebab dan akibat.
Jadi tidak hanya LINIER sebab berakibat, terus sebab lagi berakibat. ... enggak ... Tapi setiap sebab bisa merupakan akibat dan sebab akibat bisa merupakan sebab. Dan ini ... ini bisa silang sengkarut. Jadi sekarang ini .... mau apa saja ... Apakah sigi akan berkembang lagi di mana-mana, apakah akan ada tawur lagi di Pantura di Jawa Timur dan Jawa Tengah, apakah apakah akan ada gunung meletus, apakah apakah akan ada tsunami, ada tanah longsor, tanah ambles, apa ... Apapun saja yang terjadi itu kan tetap ada subjek utama yang namanya Allah.
Di luar dua perspektif tadi yang syar'i ... fiqih ... sama yang sosial politik ... kan saya juga dikasih tahu banyak orang yang lain, ada yang mengatakan la ini memang sudah saatnya sekarang kita akan mengalami PERUBAHAN PERADABAN.
Saya tidak ... mengatakan iya apa tidak, benar apa salah ya. Jangan tanya ya .. ! Saya cuma di kasih laporan bahwa ... memang akan ada PERUBAHAN ZAMAN Kalau bahasa Jawanya JER BASUKI MOWO BEO.
JER BASUKI artinya akan ada tatanan perubahan peradaban baru yang MAIYYAH juga akan ikut berperan. dan MAIYYAH sangat komprehensif yang sangat berarti dalam menata manusia dan masyarakat, umat dan individu dan seterusnya.
Tapi MOWO BEO nya adalah berkurangnya penduduk dunia sampai hampir separuh. Tapi ini bukan saya ngomong, saya dilapori. Apakah ini Kasyaf Bener, Apakah ini makrifat Walloohu A'lam.
Kalau saya tidak punya kredibilitas menilai, pokoknya ...
matinya hampir separuh penduduk dunia itu karena "Corona Virus" , Penyakit, Wabah, Karena bencana alam yang bermacam-macam, Karena perang-perang. Bisa perang-perang kecil atau besar saya ndak tahu ya ...!
Pokoknya ada yang kasih tahu seperti itu, sehingga bagi saya ... 1 sampai 3 itu mungkin semua. Karena kita tidak punya pengetahuan apapun mengenai masa depan. Nah jadi jadi ... terserah. Apakah kalau ada HABIB YANG KERAS itu memang dia begitu atau hal itu sebenarnya dari REKAYASA REZIM saya ndak tahu. Saya tidak mengklaim tidak menuduh dan tidak NGARANI opo opo gitu ya !
Tapi saya tidak akan heran, bahwa ini semua akan merupakan suatu kerumunan gejala, satu himpunan fenomenologi, satu tumpukan ... satu tumpukan .... kalau Allah kan AMR APA irodah atau apapun, sedemikian rupa ... sehingga kita senang-senang saja karena kita akan mengalami perubahan.
(Hariyanto said : Atau justru yang terakhir itu yang membahagiakan ya ... ?)
Berarti ..ya ... Allah sendiri kan di Sigi ... satu keluarga dibunuh ... kalau Allah mengidzinkan kan nggak terjadi ! Ada gereja dibakar kalau Allah nggak mengidzinkan kan nggak terjadi ! Kalau itu bagian dari Idzin Allah, Siapa yang bisa mengatakan ... Jangankan mungkin BUKAN IDZIN TAPI PERINTAH. Perintah Allah kan tidak harus ayat, Perintah Allah akan bisa langsung masuk ke dalam hati seseorang untuk melakukan sesuatu gitu.
Jadi kalau kita ya SEDERHANA saja. Kita tetap bernafas, kita tetap bekerja, kita berkeluarga, tetap berjalan, tetap melangsungkan kehidupan dengan LANDASAN BISMILLAHIRROHMANIRROHIM.
Itu kalau kita begitu. Jadi .... semua ini kita kita senang-senang aja, kita husnuzh-zhonon aja. Saya tidak menuduh, saya tidak mengecam, saya tidak mengutuk ya .. ya ... Karena kalau ngomong apa yang dilakukan di SIGI itu adalah DI LUAR BATAS KEMANUSIAAN. Emang yang mana yang TIDAK KELUAR DARI BATAS KEMANUSIAAN "wong ...endas manusia koq ! Jadi politik struktural, sistemik yang menindas rakyat itu kan Di Luar Batas kemanusiaan juga. JADI ITU DI ANGGAP KEWAJARAN kayak gitu. Jadi ... Jadi yang ANEH, KEMANUSIAAN sudah kita DIRUMUSKAN ?
Emang manusia bisa tahu kemanusiaan ? Yang terjadi kan hanya mengamati gejala-gejala kejiwaan jiwa manusia. Siapa yang bisa kita tanyain mengenai keutuhan jiwa manusia jiwa manusia ? Jiwa itu apa sih ? JIWA itu DIRINYA, DIRI JIWA ITU SENDIRI, apakah DIA BAGIAN DARI JIWA YANG BESAR. UMMATAN WAHIDAH, MIN NAFSIN WAACHIDATIN atau tidak.
Kalau menurut Islam kan semua itu bagian dari Jiwanya Allah sendiri, Ruhnya Allah Sendiri dan tidak mungkin ada yang lain kecuali Ruh Allah. Jadi kalau kita sudah sampai di situ, bagaimana ilmu Ilmu modern bisa menjawab.
Jadi ... Sekali lagi ... Saya husnuzh-zhon dan saya seneng seneng aja, meskipun tetep berduka cita secara secara horizontal kepada semua korbannya. Dan saya juga tidak lantas menyetujui PEMBUNUHAN, menyetujui QITAAL dan seterusnya ya. Tetapi tetapi kita melihatnya ... dengan spektrum, spektrum prespektif 2-3 2-3. Saya kira kita bisa bergembira, bisa optimis optimis aja ... ! Berarti emang ada sesuatu yang akan BERUBAH DI DUNIA INI
(Helmi said :kalau saya tertarik yang prespektif ketika itu mas Haryanto yaitu menyebutnya LANGIT Itu ya artinya salah satu maknanya adalah ... Segala sesuatu yang terjadi ini, bisa merupakan BI IDZNILLAAH)
Kalau di Maiyah, kan ada ... Ada AMRULLAH, ada IDZNILLAAH, ada ILMULLOH ... Jadi ada YANG DIKETAHUI ALLAH, ada YANG DIPERINTAHKAN ALLAH, ada YANG DIBIARKAN ALLAH (Istidraj)
(Helmi said : Dalam kontek itu, kejadian yang menimpa umat Islam secara global, di mana FITURNYA SECARA UMUM umat Islam ini masih, dalam KONDISI apa ya .... Boleh dikatakan KALAH oleh KEKUATAN GLOBAL, DITINDAS atau.... kalau dalam kontek media kita selalu DISALAHPAHAMI ... DIBIKIN CITRANYA BURUK, yang ISLAMOPHOBI atau yang disebut dengan Islamophobi. Dan juga pada saat yang sama kawasan-kawasan, yang disebut sebagai NEGARA NEGARA MUSLIM seperti di Timur Tengah juga mengalami kekacauan atau porak-poranda seperti itu. Nah ... kalau itu kita baca dalam perspektif BI IDZNILLAH, akhirnya kejadian atau fenomena yang menimpa umat Islam itu sebenarnya, apakah bisa dianggap merupakan TAMPARAN atau KRITIK oleh Allah terhadap diri umat Islam itu sendiri ? Yang mungkin umat Islam itu, apa hmmat Islam itu kurang solid, kurang sungguh-sungguh, atau paling tidak... secara awam bisa dikatakan enggak kompak mereka itu).
Nggak ada umat Islam itu ... tidak ada.. ! Maksudnya Mas Helmi begitu kan ....
Saya menyebutnya dari kata ummun. Ummun itu yang di ... yang di minum itu SUSU YANG SAMA ... SEPER-IBUAN. Jadi ummat itu ada saudara SEPER-IBUAN. Susu ini kan saya ibaratkan sebagai nilai-nilai Islam melalui RASULULLAH yang kita "NYUCUP" bersama-sama, Maka kita jadi satu ummat. Sekarang kab nggak ada. Ada ummat NU, ada ummat Muhammadiyah dan ada ummat Wahhabi, ada ummat Maiyah ada ummat segala macam. Meskipun kita tidak pernah bersikap bermusuhan kepada siapapun, itu. Ya tapi kan TIDAK ADA UMAT ISLAM, yang ada adalah KELOMPOK DALAM LINGKUP BENDERA ISLAM. Tetapi tidak ada ummat Islam.
(Haryanti said : Dan ketika disampaikan bahwa kondisi ummat Islam tertindas, kondisi ummat Islam terzholimi, yang ndak terima itu justru dari Islam itu sendiri. Lha iya !)
Tidak hanya antar umat Islam, antar habib pun begitu, antar Ulama pun begitu, yang satu pro rezim, yang satu anti rezim, yang satu mengamuk, yang satu shabar, yang .... padahal yang namanya MARAH DAN SABAR itu kan 2 hal yang ada PROPORSINYA, ADA MAQOMATNYA, ADA TEMPATNYA.
Kalau marah pada posisi yang "secara silaturahmi" tidak seharusnya marah kan ! Menjadi BURUK marah itu. Tetapi kalau anda ... misalnya saya bawa fotonya Bapaknya Helmi itu lalu saya ludahin 3 kali terus saya injak injak, terus Helmi tidak marah, itu kan tidak pada tempatnya ! Itu kan setengahnya WAJIB MARAH kan.
Tetapi gini Mas Helmi, dari seluruh ketidakadilan Global kepada Ummat Islam dan Nilai Islam. Kalau saya nomor satu malah nilai islam.
Akhir-akhir ini saja orang mulai ... mulai dapat Hidayah di Amerika di Eropa ... Tapi ... tapi sebenarnya secara menyeluruh semuanya masih tidak adil kepada nilai Islam. Dari cara berpikir ilmuwan kepada nilai-nilai Islam itu juga tidak objektif, tidak punya semangat, tidak punya kesungguhan dan hanya berbekal pada phobi phobi tertentu yang itu. Tapi menurut saya yang utama itu terhadap nilai Islam, akibatnya kepada ummat Islam.
Nah ... tetapi kalau kita ngomong keseluruhan tadi kenapa ? Sampai muncul SIGI muncul yang disebut TERORISME. Terorisme ini juga relatif ya ... Bagi yang ...yang disebut teroris, rezim itu yang melakukan terorisme adalah pemerintah.
Terorisme itu sudah sama dengan teori penjajah. Penjajahan itu tak hanya fisik, tapi juga bisa fikiran dan bisa hati, bisa tata nilai, bisa segala macam.
Nah kalau kita lihat secara keseluruhan bahwa umat Islam tidak tangguh tidak sungguh-sungguh, tidak kompak dan seterusnya. Itu semua adalah bagian dari keprihatinan kita sehari-hari dalam setiap Shalat kita dan doa-doa kita.
Tapi tadi saya bilang sama Mas ... tapi sekarang kalau ngomong gini, " Har ...Helmi ... kamu tuh kurang apa toh ? Dalam keadaan Covid, kamu masih bisa makan, masih bisa ngerokok, masih enak sama istri, aman dimana mana, kamu tetep normal hidupmu, cuman pakai masker itu ya.
Tapi kan ... apa yang yang kamu menderita itu, apa juga kamu sekarang menuntut kepada-KU kata Allah ? Misalnya itu yang dibanding Nabi Muhammad, coba bandingkan ! Apakah kamu punya cucu yang dipenggal kepalanya seperti Husein dipenggal kepalanya ? Apakah kamu pernah menderita seperti Muhammad, dilempar batu di Thoif seperti Muhammad ?
Jadi kalau dibandingkan dengan Muhammad, ndak ada sekuku hitamnya penderitaan Rosulullooh. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak bersyukur dan bergembira, gitu kan ? Tapi saya tidak mengatakan bahwa ini semua OKE OKE OKE, itu semua ...Tapi itu tidak mengurangi rasa syukur kita kepada Allah, karena bagaimanapun kita masih mandi pagi kok, airnya masih lancar juga, bisa pakai air anget sekali-sekali, kan gitu ? Kita masih bisa makan, masih beli lotek siang ini ya toh ? Kita masih OK koq !
Saya kira ... Saya kira ... Saya kira, bisa kita tidak nambah KEMARAHAN, tidak tidak nambah AMMAROH BISSSU' , kita juga menyelamatkan diri, menyelamatkan diri dari kecenderungan LAWWAMAH, agar supaya kita mampu MUTHMAINNAH. Karena nanti Allah yang dipanggil Allah Yaa Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah Irji'ii Ilaa Ribbiki Roodhiyatan Mardhiyyah .... Gampangannya kalau ngelihat kalimat ini, yang nggak Muthmainnah nggak dipanggil.
Jadi yang ngelayap ngelayap nggak di panggil Allah, karena yang dipanggil Allah ... Yaa Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah Irji'ii Ilaa Ribbiki Roodhiyatan Mardhiyyah ... Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu Dengan Ridho Diridhoi ... Assalaamu 'Alaykum Wa Rochmatullooh Wa Barakaatuh ..
Selesai
0 komentar:
Posting Komentar