Senin, 29 Maret 2021

MANAQIB ABUL HASAN AL SYAADZILI

MANAQIB 

(Biografi Singkat) Abul Hasan Al Syaadzili)

JALUR KETURUNAN

Beliau adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabar yang banyak dikenal orang dengan nama Asy Syaadzili, beliau dilahirkan di Ghammarah Moroko pada tahun 593 H. Sebutan Asy Syaadzili, bagi bagi dirinya karena beliau banyak menempuh kehidupannya untuk memperdalam ilmunya di daerah Syaadzili.

KEHIDUPAN ASY-SYADZILI

Abul Hasan Asy Syaadzili, masih mempunyai hubungan keturunan dengan Rasulullah melalui Fatimah al Zahra, dan dari keturunan yang bagus itu sudah Nampak pada diri Asy Syaadzili, sejak usia muda sampai tua, dengan budi pekerti yang terpuji hidup sederhana dan suci sepanjang hayatnya.

Pada awal masa kecilnya beliau sudah dibekali oleh orang tuanya dasar-dasar agama kemudian juga mendapat bekal pendidikan dari guru kerohaniannya yang bernama Abdul Salam bin Masyisy seorang ulama’ besar dari Maroko. Setelah dibekali ilmu yang cukup oleh gurunya lalu beliau dikirim oleh gurunya pergi ke Tunisia dan tinggal di Syaadzilia

Abul Salam Al Masyisy, memandang ada kelebihan dan keistimewaan yang Nampak pada diri Asy Syaadzili, sehingga dikirimlah beliau di Tunisia untuk mengembangkan ilmu yang telah dimiliki. Namun perintah gurunya ini tidak diketahui alasannya, mengapa mengirim Asy Syaadzili ke Tunisia, tapi sebagai murid yang taat pada gurunya beliau melaksanakan perintah gurunya yang sangat dicintainya.

Kepergian beliau ke Syaadzilia ini merupakan awal dari pengembaraannya, karena setelah lama, beliau tinggal di Syaadzilia kemudian beliau pindah ke Mesir dan tinggal di Iskadariyah sampai meninggal dunia.

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh Asy Syaadzili banyak diperoleh ketika beliau tinggal di Tunisia, karena ditempat ini beliau banyak bertemu dengan para ulama’ terkenal dan melakukan diskusi dengan ilama’-ulama’ yang ditemui. Kedatangan beliau di Syaadzili ini mendapat sambutan yang luar biasa dan setiap hari mereka selalu mengerumuni Asy Syaadzili. Untuk menghindari kerumunan penggemarnya, maka beliau ditemani oleh Syekh Abu Muhammad Abdullah bin Salamah al Habibi untuk mengasingkan diri di daerah pegunungan yang bernama Zagwan. Dan di daerah ini beliau mengkhususkan diri dengan beribadah, membersihkan jiwa, menyatukan kehendak dan kemampuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Setelah beliau berkhalwat dari Gunung Zagwan tersebut, lalu beliau kembali ke tengah-tengah masyarakat untuk menyampaikan dakwah dan pelajaran. Namun kembalinya Asy Syaadzili ketengah-tengah, masyarakat ini mendapat sambutan yang luar biasa dari para sufi dan para pejabat pemerintah. Namun dari kalangan pejabat ini beliau banyak mendapat tantangan karena adanya fitnah dari ulama’ fiqh, namun beliau selalu terhindar dari kejadian-kejadian yang tidak dikehendaki. Setelah mendapat tantangan dan fitnah dari ahli fiqh, akhirnya beliau memutuskan untuk pindah ke Mesir dan menetap di Iskandariyah.

Selama tinggal di Tunisia, beliau banyak berdiskusi dan berdialog dengan tokoh sufi, seperti Syekh Abul Hasan Ali Ibnu Makhiuf al Suazli Abu Abdullah al Shabuni Abu Muhammad Abdul Aziz al Paituni, Abu Abdillah at Binai at rayyah dan Abu Abdillah al Jarihi.

Disamping beliau banyak berdialog dengan para ulama’ beliau juga mendirikan majlis pengajian yang banyak dihadiri oleh para ulama’ diantara para ulama yang hadir dalam majlis pengajiannya adalah Izzudin bin Abdul Salam, Taqyyudin ibnu Daqiqiid, Abut Adzim al Munziri, Ibnu Shaleh, Ibnu Hajib, Jamaluddin Usfur, Nabihuddin bin Auf, Muhyiddin bin Suradah, Ibnu Yasin dan lain-lain

KEISTIMEWAAN ASY SYAADZILI

Sebagai seorang sufi ada beberapa kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki oleh Asy Syaadzili, diantaranya adalah :

1.   Sebagai seorang yang mempunyai jalur keturunan dengan Rasulullah, ada beberapa titisan warisan yang ada pada diri Asy Syaadzili, diantaranya kewalian. Syazili sudah Nampak dan diraskan oleh gurunya, sehingga beliau dikirim ke Tunisia.

2.   Beliau pernah bermimpi bertemu Rasulullah dan diperintah untuk pindah ke Mesir membina 40 orang wali yang sedang menunggu kedatangannya. Akhirnya mimpi tersebut dilaksanakan dan beliau pindah dari Tunisia ke Mesir dan tinggal di Iskandariyah.

POKOK-POKOK PIKIRAN ASY SYADZILI.

Ada beberapa pokok pikiran yang dikembangkan Asy Syaadzili, diantaranya adalah :

1.   Seseorang yang ingin mendalami ajaran Tasawuf, maka harus terlebih dahulu mendalami dan memahami ajaran Syari’ah.

2.   Pelajaran tasawuf Asy Syaadzili yang diajarkan kepada murid-muridnya diambil dari 7 kitab yang penting diantaranya adalah :

a.   Kitab Khatam al auliyah karya al Hakim al Tarmizi, kitab ini banyak menguraikan tentang masalah kewalian (wilayat) dan kenabian (nubuwwat).

b.   Kitab al Mawaqiif Wa al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbat an Niffari. Menurut pengarangnya kitab ini ditulis berkat pemberian Tuhan tatkala pengarangnya sedang berkhalwat (menyendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah). Dan kitab ini juga menguraikan tentang kerinduan seorang sufi kepada Tuhannya.

c.   Kitab Qutub Qulub karya abu thalib al Makki. Kitab ini ditulis menurut acuan syara’ dengan uraian-uraian dan pandangan-pandangan sufi hingga syariat dan hakikat sejalan dan bersatu.

d.  Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali. Kitab ini ditulis dengan memadukan antara syariah dan tasawuf.

e.   Kitab At Syifa’ karya Qadhi ‘Iyadh. Kitab ini oleh al Syazili dipergunakan untuk mengambil berkah dan juga mengambil sumber syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang ahli fiqh.

f.    Kitab Ar Risalah karya Imam Qusyairi. Kitab ini dipergunakan oleh Al Syazili sebagai permulaan dari dalam pengajaran tasawufnya.

g.   Kitab Ar Muharrar al Wajiz. Karya Ibnu Athiah. Kitab ini diuraikan oleh Syazili untuk melengkapi pengetahuan dalam pengajian.

3.Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka beribadah dan menempatkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Ilahi.

WAFATNYA ASY SYAADZILI

Beliau meninggal dunia di Iskadariyah pada tahun 656 H.

WIRID CHIZIB NASHAR

Chizib yang cukup populer dan dikenal oleh masyarakat luas salah satunya adalah Hizib Nashar. Chizib Nashar dikenal pula dengan nama Chizib Qahr. Hizib ini merupakan wirid yang istiqamah diamalkan para penganut tarekat Qadiriah dan Syaadziliyyah. Hal ini tak lepas dari peran penyusun dari Chizib ini yang juga merupakan ‘kiblat’ dari tarekat Syaadziliyyah, yakni Wali Qutb Syekh Abi Hasan Asy-Syaadzili.  

Chizib Nashar terkenal sebagai bacaan Chizib yang berfaedah untuk menangkal ‘serangan’ dari musuh yang merasa dengki dengan perjuangan dan pencapaian seseorang. Hal demikian seperti yang dijelaskan dalam referensi berikut:

  وهو حزب مشهور ومعروف بعظمته بالإنتصار على الخصوم والأعداء حتى لا يبقى منهم ولا يذر ويسميه البعض حزب القهر لشدة ما يفعله بالعدو

  “Chizib ini merupakan chizib yang masyhur dan terkenal keagungannya dengan menolong pembacanya untuk mengalahkan terhadap musuh, hingga musuh menjadi tak tersisa sama sekali. Chizib ini juga dinamakan dengan chizib al-qahr (penakluk) karena kerasnya efek penaklukkan hizib ini terhadap musuh”

(Sayyid Mukhlif Yahya al-‘Ali al-Hudzaifi al-Husaini, al-Kunuz an-Nuraniyah, hal. 366).  

Mengamalkan Chizib Nashar perlu sangat berhati-hati, terutama saat meniatkan wirid ini untuk seseorang yang dianggap musuh oleh pengamal Chizib Nashar. Jangan sampai musuh yang dimaksud adalah orang yang hanya sebatas tidak disukai karena alasan yang bersifat pribadi (Hadzzin Nafsi). Sebab, jika demikian maka dampak dari bacaan chizib ini akan kembali pada pembaca. Hal demikian seperti yang disinggung dalam kitab al-Mafakhir al-‘Aliyah fi al-Ma’atsir as-Syadziliyah:  

وقد ذكر بعض العارفين أنها جربت مرارا وأهلك الله بها أفرادا من الجبابرة المتمردين والظلمة الباغين ، وإياك والدعاء على من لم يستحق بالوجه الشرعي فتدعو عليه لحظ نفس فيرجع وبال الدعاء عليك -وقد يدعي بها على الأعداء الباطنة المانعة من سبيل الرشاد السالكة سبيل المخالفة والعناد ، فيقصدهم في الدعوة وعند ذكر الأعداء، فافهم هذا التنبيه.

"Sebagian orang 'Aarif menjelaskan bahwa chizib Nashar berulangkali mujarab. Dengan perantara hizib ini, Allah menghancurkan kaum yang sewenang-wenang yang durhaka dan orang-orang zalim yang melampaui batas. Janganlah engkau memanfaatkan doa ini untuk menyerang orang yang tidak berhak secara syara’, maka doa seperti ini hanya bersifat menguntungkan diri sendiri dan akibatnya akan kembali pada engkau sendiri. Doa ini terkadang pula ditujukan atas musuh yang bersifat samar (Jin, Setan) yang mencegah dari jalan petunjuk dan merambah jalan yang berbeda dan menyeleweng dari ketentuan syara’. Maka seseorang dapat menentukan pada mereka (musuh yang samar) saat berdoa dengan hizib ini dan TATKALA MENGUCAPKAN KATA AL-A’DA’(musuh) yang terdapat dalam Hizib Nashar. Maka pahamilah keterangan penting ini”

(Syekh Ahmad bin Muhammad bin ‘Ibad al-Mahalli, al-Mafakhir al-‘Aliyah fi al-Ma’atsir as-Syadziliyah, hal. 213, Cet. Al-Maktabah al-Azhariyah li at-Turats).  

Musuh yang patut untuk dibentengi dengan membaca chizib ini semestinya adalah mereka yang menghalau perjuangan kita dalam berdakwah meluhurkan Agama Islam atau dalam melaksanakan kewajiban syara’. Baik musuh yang bersifat zhahir, seperti manusia atau musuh yang bersifat samar, seperti jin dan setan.   Syarat utama dalam membaca chizib ini adalah membaca terlebih dahulu bacaan “Hasbunallahu wa Ni’mal Wakil” sebanyak 450 kali. Lalu selanjutnya membaca Chizib Nashar. Seain itu, membaca chizib Nashar harus dilakukan dengan khusyu’ dan rendah diri saat serta menghadirkan tujuan yang dimaksud pada saat pertengahan membaca hizib.

SEDANGKAN TATA CARA

Tata cara mengamalkan Chizib Nashar cenderung dapat diamalkan dengan berbagai cara, sesuai dengan petunjuk dari orang yang mengijazahkan chizib ini (mujiz).misalnya dengan cara berikut:

Pertama

Dibaca seperti halnya wirid sehari-hari dengan membaca saat pagi dan sore hari. Caranya adalah saat pagi hari membaca chasbanah : “Chasbunallahu wa Ni’mal Wakil” 450 kali, lalu setelah itu membaca doa chizib ini 3 kali atau satu kali. Begitu juga hal demikian sama halnya dilakukan tatkala sore hari.  

Kedua, Wirid ini juga dapat mendatangkan kewibawaan dengan melakukan cara berikut, setiap setelah shalat lima waktu membaca chasbanah : “Chasbunallahu wa Ni’mal Wakil” 450 kali, lalu membaca chizib ini sebanyak tiga kali. Membaca dengan cara demikian dilakukan secara istiqamah.  

Ketiga

Bagi orang yang dikuasai oleh musuh atau oleh orang yang menzaliminya, maka chizib ini diamalkan dengan cara berikut,

setelah melaksanakan shalat isya’, berwudlu dan berdiri kembali untuk melaksanakan shalat hajat sebanyak 2 rakaat. Selanjutnya membaca chasbanah : “Chasbunallahu wa Ni’mal Wakil” 450 kali lalu membaca chizib ini sebanyak 7 kali dalam satu kali duduk.

Keempat

* Jika menghadapi problem atau masalah yang serius, penting dan mendesak, chizib di atas dapat dibaca sampai 41 kali, setelah sebelumnya membaca Chasbanah seperti di atas.

* Saat menghadapi persoalan dan urusan sangat penting, serius dan mendesak,

Bacalah 

- Hasbanah 100X dan Chizib Nashr 3X (begini sebanyak 10X atau sampai Chasbanah dibaca 

sebanyak 1000X dan Chizib mencapai jumlah 30X)

Sebelum mengamalkan hizib ini, hendaknya didahului dengan bacaan :

1) ISTIGHFAR,   

2) SHALAWAT NABI

Semoga kita dapat istiqamah mengamalkan chizib ini dengan penuh kekhusyu’an, sehingga kita mendapatkan faedah dari chizib ini serta dikaruniai barokah dari penyusun Chizib Nashar. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.    

DOA  HIZIB  NASHR

Pendahuluan : 

Sebelum membaca Hizib Nashr, hendaknya membaca bacaan berikut ini :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. تَحَصَّنْتُ بِذِى الْمُلْكِ وَالْمَلَكُوتِ, وَاعْتَصَمْتُ بِذِى الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوتِ, وتَوَكَّلْتُ عَلَى الْمُلْكِ الْحَيِّ الْقَيُّومِ الحَلِيْمِ الَّذِى لاَ يَنَامُ وَلاَ يَمُوتُ, دَخَلْتُ فِى حِرْزِ اللهِ, دَخَلْتُ فِى حِفظِ اللهِ, وَ دَخَلْتُ فِى أَمَانِ اللهِ, بِحَقِّ كهيعص كُفِيْتُ, وبحمعسق حُمِيْتُ, وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ.

BACAAN  CHIZIB  NASHOR :

وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لاَ يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ. اللّهُمَّ بِسَطْوَةِ جَبَرُوتِ قَهْرِكَ, وَبِسُرْعَةِ إغَاثَةِ نَصْرِكَ, وَبِغَيْرَتِكَ  ِلانْتِهَاكِ حُرْمَاتِكَ, وَبِحِمَايَتِكَ لِمَنِ احْتَمَى بِآيَاتِكَ, نَسْئَلُكَ يَا أللهُ يَا أللهُ يَا أللهُ يَا سَمِيْعُ   يَاقَرِيْبُ يَامُجِيْبُ يَاسَرِيْعُ,  يَامُنْتَقِمُ يَاقَهَّارُ, يَاشَدِيْدَ الْبَطْشِ يَاجَبَّارُ, يَاعَظِيْمَ الْقَهْرِ, يَامَنْ لاَيُعْجِزُهُ قَهْرُالجَبَابِرَةِ,  وَلاَ يَعْظُمُ عَلَيْهِ هَلاَكُ الْمُتَمَرِّدَةِ, مِنَ الْمُلُوْكِ وَاْلأَكَاسِرَةِ, وَاْلأَعْدَاءِ الْفَاجِرَةِ, أَسْئَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كَيْدَ مَنْ كاَدَنَا فِى نَحْرِهِ, وَمَكْرَ مَنْ مَكَرَ بِنَا عَائِدًا عَلَيْهِ, وَحُفْرَةَ مَنْ حَفَرَلَنَا  حُفْرَةً وَاقِعًا فِيْهَا, وَمَنْ  نَصَبَ لَنَا شَبَكَةَ الْخِدَاعِ, اِجْعَلْهُ يَاسَيِّدِى مُسَاقًا إِلَيْهَا, وَمُصَادًا فِيْهَا وَأَسِيْرًا لَدَيْهَا.

“Dengan menyebut asma’ Allah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. Aku berbenteng kepada Tuhan Yang memiliki kerajaan dan kekua-saan; aku berpegang teguh pada Yang memiliki kemuliaan dan kekuasaan; aku bertakawakkal kepada Sang Raja Yang Hidup Abadi lagi Terus Menerus mengurus makhluk-Nya, Yang Maha Penyantun, Yang tak pernah tidur dan tidak mengenal mati. Aku masuk kedalam penjagaan Allah. Aku masuk kedalam Pemeliharaan Allah. Aku masuk kedalam Penga-manan Allah. Berkat kebenaran kaaf haa yaa ‘aiin shaad  aku dijaga dan berkat Chaa Miim ‘Aiin Siin Qaaf  aku dilindungi. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

اللَّهُمَّ بِحَقِّ كهيعص كهيعص كهيعص إِكْفِنَا هَمَّ الْعِدَا, وَلَقِّهِمُ الرَّدَى, وَاجْعَلْهُمْ لِكُلِّ حَبِيْبٍ فِدَا, وَسَلِّطْ عَلَيْهِمْ عَاجِلَ النِّقْمَةِ فِى الْيَوْمِ وَاْلغَدَا,

Ya Allah! Berkat kebenaran Kaaf Haa Yaa ‘Aiin Shad (3x) tolonglah kami dari maksud/rencana musuh. Lemparkan mereka kedalam kebinasaan. Jadikan mereka sebagai korban bagi setiap orang yang dicintainya. Kuasakan atas mereka segera mendapatkan balasan pada hari ini dan esok.

اللّهُمَّ بَدِّدْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ, اللّهُمَّ أَقْلِلْ عَدَدَهُمْ, اللّهُمَّ فُلَّ حَدَّهُمْ, اللّهُمَّ أجْعَلِ الدَّائِرَةِ عَلَيْهِمْ, اللّهُمَّ أَرْسِلِ الْعَذَابَ إِلَيْهِمْ,

Ya Allah! Cerai beraikan persatuan mereka dan pisah-pisahkan jamaah/organisasi mereka. Ya Allah! Sedikitkan jumlah mereka. Ya Allah! Buatlah batas-batas (barisan) mereka menjadi kocar kacir. Ya Allah! Jadikan lingkaran/melapetaka atas mereka. Ya Allah! Turunkan azab siksaan kepada mereka.

اللَّهُمَّ أَخْرِجْهُمْ عَنْ دَائِرَةِ الْحِلْمِ وَاللُّطْفِ, وَاَسْلُبْهُمْ مَدَدَ اْلإِمْهَالِ, وَغُلَّ أَيْدِيَهُمْ إِلَى أَعْنَاقِهِمْ, وَارْبُطْ عَلَى قُلُوبِهِمْ, وَلاَ تُبَلِّغْهُمُ اْلآمَالَ,

Ya Allah! Usirlah mereka dari kawasan sifat Penyantun dan Kelamahlembutan-Mu. Rampaslah dari mereka bantuan keramahan. Kuncilah tangan-tangan mereka pada leher-lehernya dan ikatlah pada hati-hati mereka, serta jangan sampaikan/sukseskan angan-angan mereka.

اللَّهُمَّ قَلِّبْ  تَدْبِيْرَهُمْ, وَقَرِّر  تَدْمِيْرَهُمْ, وَاقْطَعْ  دَابِرَهُمْ, وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ  مُقْتَدِرٍ,

Ya Allah! Ubahlah langkah mereka, tentukan penghancuran terhadap mereka, berantaslah mereka, dan siksalah mereka dengan siksaan yang sangat pedih.

اللّهُمَّ مَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ مَزَّقْتَهُ لأَعْدَائِكَ, إِنْتِصَارًا ِلأَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَأَوْلِيَائِكَ,

Ya Allah! Cabik-cabiklah mereka, sebagaimana Engkau mencabik-cabik para musuh-Mu untuk membantu para Nabi, Rasul dan auliya’-Mu.

اَللَّهُمَّ انْتَصِرْلَنَا اِنْتِصَارَكَ  ِلأَحْبَابِكَ عَلَى أَعْدَائِكَ (3×).

Ya Allah! Menangkanlah kami, seperti kemenangan yang Engkau berikan kepada para kekasih-Mu.

اللَّهُمَّ لاَ تُمَكِّنِ اْلأَعْدَاءَ فِيْنَا وَلاَمِنَّا, وَلاَ تُسَلِّطْهُمْ عَلَيْنَا بِذُنُوبِنَا (3×),

Ya Allah! Jangan Engkau kokohkan para musuh pada kami dan dari kami dan jangan Engkau berikan kekuasaan pada mereka untuk menguasai kami disebabkan dosa-dosa kami.

حم حم حم حم حم حم حم.  حُمَّ  اْلأَمْرُ وَجَاءَ النَّصْرُ فَعَلَيْنَا لاَ يُنْصَرُونَ (7×).

Haa miim (7x). Telah ditakdirkan suatu urusan dan telah datang pertolongan, sehingga mereka tidak mampu mengalahkan kami.

حمعسق حِمَايَتُنَا مِمَّا نَخَافُ, اَللَّهُمَّ بِحَقِّ طَهَ وَقَافِ, وَسُورَةِ اْلأَحْقَافِ, بِلُطْفِكَ يَاخَفِيَّ اْلأَلْطَافِ, نَجِّنَا مِمَّا نَخَافُ,

Chaa Miim ‘Aiin Siin Qaaf adalah perlindungan kami dari apa saja yang kami takuti. Ya Allah! Berkat Thaha, Qaf dan surat al-Ahqaf, berkat kelemah-lembutan-Mu, wahai Yang Samar kelemah lembutannya, Selamatkan kami dari apa saja yang kami takuti.

اللّهُمَّ قنِاَ شَرَّ اْلأَسْوَى, وَلاَ تَجْعَلْنَا مَحَلاًّ لِلْبَلْوَى, اللّهُمَّ أَعْطِنَا أَمَلَ الرَّجَاءِ وَ فَوْقَ اْلأَمَلِ,

Ya Allah Lindungi kami dari kejahatan yang paling buruk dan jangan Engkau jadikan kami sebagai tempat sasaran balak-bencana. Ya Allah! Anugerahilah kami pengharapan dan di atas harapan.

يَاهُوَ يَاهُوَ يَاهُوَ, يَامَنْ بِفَضْلِهِ لِفَضْلِهِ نَسْئَلُكَ, إِلَهِى الْعَجَلَ الْعَجَلَ الْعَجَلَ, إِلَهِى اْلإِجَابَةَ  اْلإِجَابَةَ اْلإِجَابَةَ,

Wahai Dia, wahai Dia, wahai Dia! Wahai Dzat yang dengan kelebihan-Nya bagi kelebihan-Nya, kami memohon, wahai Tuhanku, segera (kabulkan), segera (kabulkan), segera (kabulkan). Tuhanku, semoga terkabul, semoga terkabul, semoga terkabul.

يَامَنْ أَجَابَ نُوحًا فِى قَوْمِهِ, يَامَنْ نَصَرَ إِبْرَاهِيْمَ عَلَى أَعْدَائِهِ, يَامَنْ رَدَّ يُوسُفَ عَلَى يَعْقُوبَ, يَامَنْ كَشَفَ الضُّرَّ عَنْ أَيُّوبَ, يَامَنْ أَجَابَ دَعْوَةَ زَكَرِيَّا, يَامَنْ قَبِلَ تَسْبِيْحَ يُونُسَ ابْنِ مَتَّى,

Wahai Dzat Yang mengabulkan doa Nabi Nuh dalam masalah kaummnya. Wahai Tuhan Yang menolong Nabi Ibrahim atas para musuhnya. Wahai Tuhan Yang mengembalikan Nabi Yusuf kedalam pangkuan Nabi Ya’qub. Wahai Tuhan Yang menghilangkan penderitaan (bahaya) dari Nabi Ayyub. Wahai Tuhan Yang mengabulkan doa Nabi Zakariyya. Wahai Tuhan Yang menerima tasbihnya Nabi Yunus bin Matta.

نَسْئَلُكَ اللَّهُمَّ بِأَسْرَارِ أَصْحَابِ هَذِهِ الدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَاتِ, أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنَّا مَابِهِ دَعَوْنَا, وَأَنْ تَعْطِيَنَا مَاسَأَلْنَاكَ, أَنْجِزْ لَنَا وَعْدَكَ الَّذِى وَعَدْتَهُ لِعِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ, بِالنَّصْرِ وَالظَّفَرِ وَالْفَتْحِ الْمُبِيْنَ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتَ مِنَ الظَّالِمِيْنَ,

Kami memohon kepada Engkau, Ya Allah, dengan perantaraan berbagai rahasia para pendoa yang terkabul tersebut, kiranya Engkau menerima dari kami apa saja yang kami mintakan kepada-Mu dan kiranya Engkau memberikan kepada kami apa saja yang kami mohonkan kepada-Mu. Wujudkan untuk kami janji-Mu yang telah Engkau janjikan kepada para hamba-Mu yang shalih, janji berupa bantuan, pertolongan dan kemenangan yang gemilang. Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Aku sungguh termasuk golongan orang-orang yang zhalim.

إِنْقَطَعَتْ آمَالُنَا وَعِزَّتِكَ إلاَّ مِنْكَ, وَخَابَ رَجَاؤُنَا وَحَقِّكَ إلاَّ فِيْكَ (3×)

Terputus angan-angan kami, Demi Kemuliaan-Mu, selain yang berasal dari-Mu. Gagal harapan kami, Demi Hak-Mu, selain yang ada pada-Mu.

إِنْ أَبْطَأَتْ غَارَةَ اْلأَرْحَامِ وَابْتَعَدَتْ * 

فَأَقْرَبُ الشَّيْئِ مِنَّاغـَارَةُ الَّلهِ

Jika terlambat dan menjadi jauh pasukan kerabat, maka sesuatu yang paling dekat dari kami adalah pasukan Allah.

يَاغَارَةَ اللهِ  جِدِّى السَيْرَ مُسْرِعـَةً * 

فىِ حَلِّ عُقْدَتِنَا يَاغَـارَةَ اللهِ

عَدَتِ  الْعَـادُونَ وَجـــَارُوا * 

وَرَجــَوْنَا اللهَ مُجِــيْرًا

وَكَــــفَى  بِاللهِ وَلِـــيًّا * 

وَكَـــفَى بِاللهِ نَصِـيْرًا

Wahai Pasukan Allah, bergegas-gegaslah bergerak secara cepat, didalam mengurai tali simpul kami, wahai pasukan Allah

Telah kembali dan berlari orang-orang yang kembali, dan kami berharap kepada Allah sebagai orang yang lari.

Cukuplah Allah sebagai Pelindungku. Dan cukup Allah sebagai Penolongku.

يَاوَاحِدُ يَاعَلِىُّ يَاحَلِيْمُ, وَحَسْبُنَا الَّلهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ, وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالَّلهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ, سَلاَمٌ عَلَى نُوحٍ فِى الْعَالَمِيْنَ, إِسْتَجِبْ لَنَا آمِيْن آمِيْن آمِيْن. 

Wahai Yang Maha Esa, wahai Yang Maha Tinggi, wahai Yang Maha Penyantun!  Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Salam sejahtera atas Nabi Nuh di alam semesta. Kabulkan doa kami. Amin. Amin. Amin

فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.  وَصَلىَّ اللَّهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ, وَعَلَىآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Sehingga jadilah mereka tidak diperlihatkan selain tempat-tempat tinggal mereka Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Semoga Allah melimpahkan rahma ta’zhim kepada junjungan kami, Muhammad yang menjadi penghulu para Rasul, beserta keluarga dan sahabatnya seluruhnya.

اللّهُمَّ أَنْتَ تَعْلَمُ أَعْدَائَنَا عَدَدًا, فَبَدِّدْ شَمْلَهُمْ بِدَدًا, وَلاَ تُبْقِ مِنْهُمْ أَحَدًا, إِنَّكَ أَنْتَ الْبَاقِى سَرْمَدًا.

Ya Allah! Engkau mengetahui pusuh-musuh kami berbilang-bilang, cerai beraikan persatuan mereka dengan sungguh-sungguh dan jangan Engkau sisakan dari mereka seorang pun, karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Kekal abadi.

وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لاَ يَشْعُرُونَ. فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ. فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا.

Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. (QS an-Naml : 50).

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لاَ يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ .

Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. (QS al-Ahqaf : 25).

فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ. وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا. فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. (QS al-Haaqqah : 8).

Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (QS al-An’am : 45).

*****

 

0 komentar:

Posting Komentar