DZIKIR QOLBU MA'RIFAT
Baca Subhanallaah, mulai baca subhanallah dengan makrifat bukan hanya dengan hitungan angka. Sekarang kelompok yang sangat terikat dengan angka, baik kelompok anti sufi ataupun kelompok sufi. Yang anti sufi bilang, hanya 33 kali. Nggak boleh lebih, yang dicontohkan itu cuma 33 kali. Memangnya kalau lebih enggak boleh ? Kalau ada ayat Al Qur'annya gimana ? Orang beriman berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya. Dzikir versi Al Qur'an. Mulailah berdzikir dengan Ma'rifat. Berdzikir Ma'rifatullah dengan Qolbu Lathiif.
Di akhir zaman ini kan ujian kita banyak ujian kita pakai handphone smartphone kayaknya kita ini. Sok sibuk atau sibuk beneran nggak tahu ya. Maka nggak ada caranya kecuali mengaktifkan dzikir yang dulu sudah nabi kasih klunya. Sekarang kita eksplorasi sebanyak-banyaknya, itu harapan kita sih. Di akhir zaman ini karena umur sudah banyak terbuang itu hal-hal yang enggak penting !
Dulu di zaman Ibnu 'Athoillah As-Sakandari beliau sudah menulis *Kitab Adabus-Suluk* sebagai klunya. Waktu itu belum ada yang mengganggu orang untuk suluk. Pada kitab itu diajarkan kalau dzikir itu,, Ada Khalwatnya, ninggalin makannya, ninggalin anak istrinya* Jarang ada yang kuat/mau ?
*ASH-SHOLAATU NURUN WASH-SHOBRU DHIYAA'*
Nur itu membuat apa yang ada di sekitar cahaya terlihat. Maka ayatnya
*واستعينوا بالصبر والصلاه*
Makanya kalau minta tolong dengan *Shabar Dan Shalat* Tidak cukup dengan shabar saja, mesti ada shalatnya. Karena kalau kita shalat nanti akan *Ada Pijar Dalam Qolbu.* Allah hidupkan, Allah nyalakan. Dengan *NYALANYA HATI* hingga kita jadi tahu apa permasalahan & cara penyelesaiannya. Orang yang tidak menghadapi persoalannya *BISH-SHOLAH* dia takkan tahu tentang apa persoalan & bagaimana penyelesaiannya.
Kita doakan supaya orang-orang yang mengurus negeri Ini, dia kalau ada masalah dia shalat. shalat dua rakaat itu bagus. Kita ada masalah apa aja, pakai shalat. Persoalan rumah tangga sampai kepada anak-anak, pekerjaan, kalau ada satu niat tertentu, ada urusan, Punya masalah kalau *Kepalanya Enggak Ditundukkan* itu nanti akan merasa panik ! Dengan ditundukkan kepala, energi kita bisa full kembali, sehingga dapat melihat masalah itu secara utuh dan terhindar dari panik.
Sahabat Nabi kehilangan sandal saja sudah panik. Tuh coba bayangkan ... itu kan manja banget tuh sahabat! Sahabat Rosul itu manja manja. Nabi ngajarin mandiri, apa kata Nabi ? *Shollu Rokatain* (Sholat dua rakaat). Jangan ngadu kepada saya, tapi ngadu kepada Allah !
Sedekah itu Burhan. Apa arti Burhan ? Burhan itu argumentasi atau bukti. Maka sedekah itu adalah bukti. Kalau orang ini bener nggak cinta harta. Yang Allah kasih itu yang dimilikinya itu sebenarnya milik Allah. Kalau mau DIA ambil, ya pasti diambil gitu. Dengan bersedekah, seperti sedekahnya badan *Shalat Dhucha, Sedekahnya harta berbagi, Sedekahnya ilmu mengajar* gitu.
Makanya di malam hari Anda *Shalat Malam,* itu sedekahnya badan. Siang hari ada *Shalat Dhucha* itu sedekahnya badan. Kita boleh menyebutnya Sedekah Badaniyah atau Sedekah Fisik.
Nabi mengatakan setiap badan itu terdapat 360 persendian. Ulama setiap sendi 360 harus disedekahi. Kalau satu sendi 1 sedekahnya Rp 10.000 maka jadi berapa tuh? Kuat nggak ? Kalau satu sendinya sejuta ? Waah Berat !! Nanti pasti ketahuannya, kalau pas udah sakit-sakitan. Coba kalau sakit-sakitan ! Yang punya masalah mata, kalau mata dioperasi berapa sekarang ? Ngeri kan ? Belum lagi Telinga, Gigi, Paru-Paru? Apalagi sampai Otak Syaraf ? Bayarnya pas berobat atau Pakai sedekah ? Cuma kalau sudah telat, ya sudah tua baru sedekah. Sedekahnya dari sekarang.
Sedekahnya seharusnya dari sekarang ! Ternyata orang barat kasih penelitian itu terjadi oleh olahraga. Disini Nabi nggak pernah melakukan penelitian, tapi Nabi di perjalankan Ruhaninya. Jadi Nabi bisa lihat masa depan, hasil penelitian sekarang, Nabi sudah tau semua !
Nabi telah memberi yang inti-intinya, selebihnya tinggal mengikuti versi zaman sekarang.
*Ash shobru Dhiyaa'* , jika shalat itu cahaya maka Sinarnya adalah Shabar. Shalat yang penuh kesabaran itu disebut *Tuma'ninah.* Ash *Ash-Sholatu Nuurun*, Sholat itu artinya doa, dan bisa juga diartikan bahwa Shalat itu Cahaya. Sinarnya dari shabar.
Maka orang yang kuat shabarnya itu dirinya BERSINAR. Sinar inilah yang permanen, kalau dilihat dari langit akan kelihatan BERPIJAR.
Jadi setiap hari, dimana malaikat naik dan turun. Malaikat melihat orang-orang yang shalat Shubuh itu kelihatan bercahaya.
Sampai sekarang kalau bapak ini duduk begini ini kenceng sekali cahaya ke atas, itu seperti Satu Bintang. Nah yang baru shalat sekarang, cahaya masih kelip kelip & redup. Tapi yang kita sudah shalat dari tadi itu, cahayanya seperti kita melihat Planet Venus. Kalau kita melihat ke bagian terbit matahari, di atasnya itu ada Venus. Cahayanya kita sebut Bintang Kejora.
Dilihatnya asyik, maka malaikat menggosipkannya di langit, itu cahaya siapa ? Inilah yang viral dilangit !
Mau viral dilangit ? Jangan sekedar viral di bumi, sebab viral di bumi itu nggak seru ! Kemana-mana terganggu, nggak bisa nyaman. Viral di langit, kita betul-betul diaminkan oleh bershof shof para malaikat. Kadang ngomong apa aja, belum belum kita ingin beneran, cuma baru terucapkan saja, itu sudah para malaikat sudah datang. Itu malaikat yang datengin dengan Idzin Allah tentunya. Makanya para kyai-kiai para wali, kalau mau ngomong nggak asal nyeplos, harus di tahan-tahan, takut ngerepotin makhluk-makhluk yang lain (malaikat).
Maka kita ini, kalau ketemu guru kita yang sekarang, beliau nggak minta, cuma bilang saya suka ini, muridnya maunya memberinya. Itu baru Kyai yang viral di bumi ! Gimana kalau viralnya di langit ... heboh itu.
Al-Qur'an itu dapat menjadi hujjah, hujjah itu argumentasi yang menguatkan dan menyelamatkan engkau tapi juga malah bisa menjadi bumerang bagi kamu. Jadi Tidak semua orang hafizh Alquran itu selamat! Kaum khawarij membunuh orang pakai dalil Alquran dengan pemahamannya, benar nggak ? Ada teroris yang biasanya berdebat dengan orang dan mereka ngomong pakai *antum-antum-an,* eh lama-lama pakai *dentum-dentuman* (mengebom). Ngeri, ngeri ngeri sekali. Seharusnya bilang aja, jika saya menyebabkan engkau sesat Maafkan saya seharusnya selesai begitu. Jangan pakai dibolak-balik dibolak-balik ... ya.
Kalau didalam diri kita ada Nur, *Nurul Afwu* Cahaya Memaafkan, Cahaya Minta Maaf ya minta maaf saja ... Minta maaf aja koq susah amat ? Nanti di akhirat kan kita begitu semua tuh. Ini baru persidangan bumi lho ! Diakhirat nanti, orang-orang di sidang, mulutnya ngomong, nggak ada saksi, tangannya ngomong, eh gara-gara kamu tuh kami tidak selamat ! Kakinya ngomong juga, badannya ngomong juga, semuanya ngomong ! Sedangkan lidahnya cuma sendirian. Ini chadis Imam Tirmidzi dikatakan begitu. Semua anggota tubuh berkata kepada lisan, "Wahai lisan, jaminan kami adalah kamu, kalau engkau selamat, kami juga selamat."
Jadi nanti kita ini berdebat dengan diri sendiri. Kalau disini kan masih antar jamaah dengan jamaah !
Kita masih nggak tahu hakikatnya siapa yang benar siapa yang salah. Kita tunggu aja hasil sidangnya kita doakan baik-baik saja mereka ya. Jadi Al-Qur'an itu ayat-ayatnya suci, tapi kalau sudah sampai di pikiran manusia belum tentu Pemahamannya Sesuci Al-Qur'an.
Tapi masih banyak orang-orang yang mengklaim "Pemahamannya Suci" ! Cuma karena telah baca ayat tertentu. Tolong dibedakan antara Al-Qur'an Yang Suci dengan Pemahaman Manusia yang pasti tidak suci. Chafizh Quran, punya pemahaman Al-Quran, Kita baca Al-Qur'an, punya pemahaman Al-Qur'an. Al-Qur'an, yang kita hafal itu Suci, Tapi pemahaman kita, dan Pemahaman Chafizh itu nggak suci. Sepakat ya !
Nah, Masih banyak orang-orang yang mengklaim "Pemahamannya Suci" ! Cuma karena telah baca ayat tertentu. Mohon dibedakan antara *Al-Qur'an Yang Suci dengan Pemahaman Manusia Tentang Al-Qur'an yang pasti tidak suci.* Chafizh Quran, punya pemahaman Al-Quran, Kita baca Al-Qur'an, punya pemahaman Al-Qur'an. Al-Qur'an, yang kita hafal itu Suci, Tapi pemahaman kita dan Pemahaman Chafizh itu nggak suci. KELOMPOK KHAWARIJ di akhir zaman ini, mereka menganggap *PEMAHAMANNYA terhadap ayat Al Qur'an ITU SUCI* ! Jadi ketika berbeda dengan mereka, itu mereka artikan sebagai *BERBEDA DENGAN AL-QURAN* ... Gimana tuh ??? Kayaknya sudah jadi Allah saja mereka. Inilah ciri-ciri khawarij akhir zaman, *Beda dengan mereka dalam memahami Al Qur'an, diartikan beda dengan Allah?* Dan itu sudah muncul sekarang ! Na'udzubillah Min dzalik !
*Setiap manusia berangkat, ada yang menjual dirinya, menggantikan dirinya dengan surga, ada yang menggantikan dirinya dengan neraka.* Semoga kita termasuk golongan yang pertama, Amin ya Robbal 'Aalamiin.
Ini baru hadits yang pertama selesai. Sekarang Chadits yang kedua ! Kalau baca chadis dimulai dengan membaca Fatihah maka selalu kebuka kebuka. Yang sebelum ngaji nggak kebuka. Jadi sebelum ngaji saya belum paham juga chaditsnya, tapi kalau sudah mulai Al-Faatichah itu Allah buka aja satu satu. Kalau diterus-terusin satu kalimat nggak selesai-selesai. Kita baru paham kenapa ada namanya *Ilmu Tafsir, Ada Ilmu Sarah.* Ada Tafsir Periwayah, ada Tafsir Bil Ma'tsur, ada Tafsir Birruuh, namanya Tafsir 'Isyari. Kalau saya menyebutnya dengan Tafsir Dzawqiy atau Tafsir Rasa. Jika ada banyak sungai berarti ada sumber airnya. Kalau ada ilmu ya ada ahlinya. Seperti Sungai ilmu, Samudera ilmu. Seperti kitab-kitab jadul zaman dahulu pasti ada orangnya.
Bila meninggal wali Allah, itu sekedar untuk ibroh. Ada wali yang kalau dia wafat akan ada penggantinya. Kalau ada persoalan-persoalan zaman dulu. Zaman dahulu nggak ada smartphone, nggak ada Bank, nggak ada asuransi, Nggak ada komplek. Belum ada imunisasi, belum ada vaksin. Di zaman dahulu nggak ada belum ada BPJS ! Jadi kalau kita membahas persoalan sekarang pakai kitab sebelum masalah ini ada, masalahnya nggak bisa selesai, bahkan bisa menjadi masalah baru. Nah ini PR untuk ulama-ulama!
Jangan cari dalil hukumnya crypto, forex, saham dengan kitab-kitab itu sebelum masalah ini ada. Bener nggak ? Money changer, orang dulu orang bilang riba. 1 dolar jadi 14.000 ! Satu kok jadi 14.000 ?
Selisihnya itu riba kata kawan kita dahulu ! Nah kalau sekarang kita doyan. Jangan-jangan yang disebut dengan Money Changer, Forex dan sebagainya itu sama saja ! Cuman zaman dahulu nggak pakai digital. Karena kita berhukum dengan hukum yang dibuat zaman dahulu, lalu dipakai untuk menyelesaikan masalah yang ada sekarang, ya nggak selesai ! Setelah kyai-kyai berdebat masalah hukum ini dan itu, maka tetap tidak selesai. Maka riba tetaplah riba, haram. Tidak pernah ada yang mengatakan riba itu halal, iya kan ! Lalu anda menggunakan penjelasan para ulama di zaman Bank belum ada, untuk menjelaskan hukum bank, ya nggak selesai masalahnya.
Jadi jangan selesaikan masalah-masalah kita sekarang dengan kitab kitab yang lama. Kecuali Al-Qur'an, Al-Qur'an shifatnya umum, ada babnya, bab ijmani. Jarang-jarang sekali Allah mengatakan Hukum Bab Muamalat secara tafsiri. Betul-betul Allah kasih kelonggaran semacam AN-TAROODHIN.
Para Imam mazhab kita, keilmuannya sudah mencapai pada "Level Ruh." makanya keilmuannya selalu relevan sampai sekarang. Seperti orang-orang dahulu, kalau berzakat selalu pakai benda. Tapi abu Hanifah bilang, *Boleh Dengan Yang Senilai.* Di zamannya beliau disebut Najis oleh Hammad bin Zain. Tapi zaman sekarang tidak ada yang menolak zakat fitrah boleh dengan uang sebagai gantinya, caranya tidak harus pakai beras.
Dan hal itu telah dipakai oleh *Lembaga Zakat Internasional*, masa kita belum mau memakainya? Sehingga zaman sekarang bisa kapan saja mengeluarkan sedekah maupun zakat tinggal pencet-pencet sudah terkirim. Perkataan ini telah disampaikan oleh Abu Hanifah di tahun 130 Hijriyah yang lalu dan baru relevan di tahun 1440 Hijriyah saat ini. Maka kecerdasan beliau melewati melewati akal dan riwayat pada zaman itu, ini telah mencapai level Dzawqi Nyambung Kesana (Allah).
Orang-orang anshor mau minta-minta kepada Nabi, tapi tidak mau memberi. Nabi itu kaya atau miskin ? Kaya ! Terus siapa yang bilang beliau miskin ? Nabi itu orang kaya yang bergaya miskin atau sederhana.
Nabi tidak miskin! Nabi itu presiden gajinya berapa ? Lalu mereka terus saja meminta kembali. Kemudian Nabi memberinya. Sehingga tidak ada lagi yang tersisa harta pada diri Nabi. Yang ada pada beliau habis. Tidak ada yang sanggup untuk menjadi seperti Nabi. Kita aja, ketika ada orang minta-minta di pinggir jalan, kita tutup pintu mobil kan? Alasannya dilarang oleh pemerintah.
Lalu Nabi ngomong setelah hartanya habis, seperti orang tua ngomong kepada anaknya. Wahai ummatku, wahai sahabatku, jika aku ada punya kebaikan (uang: dinar - dirham) tentulah tidak akan pernah aku simpan simpan, tidak mungkin.
(Kayak kita yang nyimpen-nyimpan yang di bank, Nabi nggak pernah. Kita bisa ngomong nggak punya uang, padahal uangnya banyak. Nggak mau ngasih ya bilang aja maaf, nggak bisa ngasih. Lebih baik minta maaf, jangan sampai bilang nggak ada, nggak punya uang. Nanti nggak ada beneran gimana ?!) *"Siapa yang menjaga diri untuk tidak meminta-minta (bersikap 'iffah) maka Allah akan menjaga kehormatannya."*
Bayangkan saja, orang satu Kota Madinah meminta kepada Nabi. *Barang siapa yang merasa cukup dengan yang Allah berikan maka Allah akan kayakan dia.* Berarti kaya itu dari Allah, bukan dari harta. "Barang siapa yang berusaha shabar Allah akan menyertainya.*
Tidak ada rezeki yang lebih banyak, lebih bernilai daripada shabar ya! Jadi shabar ini luar biasa. *Ada shabar dari kepayahan ada sabar dari tidak meminta-minta.* Bahkan meminta kepada Allah saja ada juga yang malu.
Nabi bersabda, "Barang siapa yang sibuk dengan dengan dzikir kepada Allah, seperti membaca Al-Qur'an, Shalat, Riyadhoh sehingga tidak sempat meminta Kepada-KU, maka AKU akan berikan kepadanya apa-apa yang kuberikan kepada orang-orang yang meminta".
*MAKANYA SEHARUSNYA MEMILIH DZIKIR !*
*"Sungguh menakjubkan semua urusan orang mukmin (beriman percaya) itu selalu baik"*
Bisa jadi orang-orang yang menghafalkan Al-Qur'an / kitab itu tidak paham dengan apa yang dihafalkannya. Ada orang yang mengajar tapi ternyata yang lebih pintar malah muridnya. Makanya seorang ustadz, dai, ulama' yang mengajar / menghafal itu, jika *ILMUNYA TIDAK ADA AKSES KE QOLBUNYA,* menyebabkan ilmunya hanya sebatas yang ada di kitab atau hafalan saja. Jika masih selalu berorientasi kepada kitab, dimana penjelasannya belum lengkap. Dan jika para santri, para kyai zaman sekarang, mereka *MENGHUKUMI BAB QOLBU* hanya dengan apa yang ada di kitab, dan menolak/ nggak percaya jika tidak ada di kitab. Padahal semua yang *DITULIS DI KITAB ITU ASALNYA JUGA DARI QOLBU !
Mengapa sekarang tak mau menggunakan *DALIL-DALIL QOLBU ?* Maka jangan pernah menghakimi Ilmu Ma'rifatullah dengan kitab yang kita nggak ngerti dan banyak kawan-kawan kita *TERHIJAB / TERHALANG* untuk belajar *ILMU TENTANG MA'RIFATULLAH* hanya karena tidak ada menemukan didalam kitab-kitab pesantren. Ya bagaimana juga, kalaupun ada sebagian penjelasan tapi sang guru tidak pernah mengajarkan *SOAL MA'RIFATULLAH,* dengan alasan belum sampai kepada pelajaran itu, karena pelajaran itu menyesuaikan dengan umurnya. *Wallaahu A'lam Bish Showaab.*
Yang mendapatkan segala sesuatu menjadi kebaikan itu hanya orang beriman.
Pandemi itu baik apa tidak ? mungkin pada saat dia bekerja dia mengangankan ingin salat bersama keluarganya bisa berkumpul dengan keluarganya. Selama pandemi kita malah bisa mewujudkannya.
JIKA SESEORANG DIKENAI YANG KITA RASAKAN SEKARANG (MUSIBAH) YAITU DIUJI DENGAN KEBAIKAN YANG MENGGEMBIRAKAN MAKA IA BERSYUKUR. MUSIBAH ITU MEMBAHAGIAKANNYA MAKA DIA BERSYUKUR.
*
0 komentar:
Posting Komentar