Jumat, 17 Oktober 2025

ANTARA AKAL & HAWA NAFSU

 

ANTARA AKAL & HAWA NAFSU

Keduanya adalah AJANG PEPERANGAN yang tak ada hentinya. Antara Benar & Salah, Baik & Buruk, Lurus & Sesat, Manfaat & Sia-Sia, Segera & Terlambat, Malaikat & Iblis. Dan akan MENEMUI ANTARA 2 KENYATAAN: Baik / Sehat, Menang / Kalah, Mudah / Sulit, Beruntung / Merugi, Mendapat / Kehilangan, Bahagia / Berduka, Selamat / Celaka, Surga / Neraka.

Mereka yang mau MEMAKAI AKALNYA (mengikuti petunjuk Allah & Rasulullah) akan mendapatkan KEBAIKAN.
Sedangkan PENURUT HAWA NAFSUNYA (tertipu oleh Iblis & Syetan) akan mendapatkan KEBURUKAN.
Itulah UJIAN DARI ALLAH atas manusia untuk dilihat SIAPA YANG TERBAIK AMALANNYA.

AKAL & SHOLAT

JANGAN CUMA MELIHAT!
Tetapi PERHATIKANLAH & gunakan AKAL agar tetap terposisi sebagai MANUSIA SEUTUHNYA!

Sebab yang MEMBEDAKAN manusia dengan hewan, syetan, dan benda mati terdapat pada AKAL & HATI!
Dan yang membedakan antara KAFIRIN & MU'MININ itu adalah SHOLAT!
Di mana saat melaksanakan sholat itu, kita dilatih dengan KHUSYU'.

Jika insan yang telah DIKARUNIAI HATI untuk memperhatikan & DIKARUNIAI AKAL untuk berpikir lurus itu tidak digunakannya, maka ia akan TURUN HARKAT & MARTABATNYA lebih rendah daripada hewan, syetan kafirin, dan benda mati!

HAKIKAT AKAL DAN NAFSU

Allah menciptakan akal dan kemudian berfirman,
“Wahai akal, menghadaplah engkau.” Maka akal pun menghadap Allah.
Kemudian Allah berfirman, “Wahai akal, berbaliklah engkau.” Lalu akal pun berbalik.
Kemudian Allah berfirman, “Wahai akal, siapakah Aku?”
Lalu akal pun menjawab, “Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu yang lemah.”

Lalu Allah berfirman,
“Wahai akal, tidak Aku ciptakan makhluk yang lebih mulia dari engkau.”

Setelah itu Allah menciptakan nafsu. Allah pun berfirman,
“Wahai nafsu, menghadaplah kamu.”
Nafsu tidak menjawab sepatah kata pun, malah mendiamkan diri.
Kemudian Allah berfirman lagi,
“Siapakah engkau, siapakah Aku?”

Nafsu berkata, “Aku adalah aku, Engkau adalah Engkau.”
Lalu Allah menghukum nafsu selama 1000 tahun di neraka yang sangat panas.

Setelah itu, Allah mengeluarkannya dan berfirman,
“Siapakah engkau dan siapakah Aku?”
Nafsu berkata, “Aku adalah aku, Engkau adalah Engkau.”
Lalu Allah menghukumnya selama 1000 tahun di neraka yang sangat dingin.

Setelah itu, Allah mengeluarkannya dan berfirman lagi,
“Wahai nafsu, siapa kamu?”
Nafsu menjawab, “Aku adalah aku, Engkau adalah Engkau.”
Lalu Allah berfirman, “Masih begitu juga engkau, nafsu?”
Kemudian Allah memasukkan lagi nafsu ke neraka selama 1000 tahun dan dilaparkan.

Setelah itu Allah berfirman kepada nafsu,
“Wahai nafsu, siapa kamu?”
Lalu nafsu menjawab, “Aku adalah hamba-Mu, dan Engkau adalah Tuhanku.”

Lalu Allah berfirman,
“Wahai nafsu, sekarang engkau masuklah bersama tubuh anak Adam.”

Akal adalah makhluk suci dengan fitrah Ilahi. Akal itu ibarat kusir yang mengendalikan nafsu.

Sesungguhnya Allah menciptakan nafsu sebagai cobaan dan juga sebagai penyaring bagi perbuatan anak cucu Adam. Tiap-tiap perbuatan anak cucu Adam yang dilandasi sifat riya’, sombong dan sebagainya, akan tinggal dalam saringan nafsu sebagai ampas. Sedangkan segala perbuatan anak cucu Adam yang ikhlas karena Allah akan melewati saringan hawa nafsu dan sampai kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah:
"Tiadalah Aku ciptakan sesuatu dengan sia-sia."

Jika kita bertanya:
“Mengapa Allah menciptakan Iblis dan an-nafs (nafsu), yang kesemuanya itu menjauhkan manusia dari menyembah Allah? Bukankah Allah berkehendak agar semua manusia berbuat baik dan menyembah-Nya?”
Sebagaimana firman-Nya:
"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku."

Keberadaan nafsu dan akal sangat erat kaitannya dengan keberadaan Surga dan Neraka ciptaan Allah bagi manusia.

PENCIPTAAN SURGA & NERAKA

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Ketika Allah menciptakan surga dan neraka, Dia mengutus Jibril untuk melihat ke surga. Allah berfirman: 'Lihatlah ke surga dan lihatlah apa saja yang Aku telah sediakan untuk para calon penghuninya.'"

“Maka Jibril pun mendatangi surga, kemudian melihat kepada apa yang Allah sediakan di dalamnya.”

Lalu ia kembali dan berkata:
“Demi keperkasaan-Mu, tidak ada seorang pun yang mendengar tentang surga kecuali dia pasti ingin memasukinya.”

Kemudian Allah memerintahkan agar surga dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci oleh nafsu.

Lalu Jibril diperintahkan kembali, dan setelah melihatnya, ia berkata:
"Demi keperkasaan-Mu, sungguh aku takut kalau tidak akan ada seorang pun yang mau memasukinya.”

Kemudian Allah berfirman:
“Pergilah ke neraka, lihatlah ke neraka dan kepada apa yang Aku telah persiapkan untuk para penghuninya.”

Setelah melihat neraka yang sangat mengerikan, Jibril berkata:
“Demi keperkasaan-Mu, tidak ada seorang pun yang mendengar tentang neraka lalu ingin memasukinya.”

Lalu Allah memerintahkan agar neraka dikelilingi oleh hal-hal yang disenangi nafsu.

Setelah Jibril melihatnya, ia berkata:
“Demi keperkasaan-Mu, aku khawatir tidak akan ada yang selamat dari neraka kecuali ia pasti memasukinya.”
(H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi)

LETAK AKAL & NAFSU

Aqal (akal) dan nafsu itu terletak di dalam qalbu (hati).
Tempatnya bersusun, di mana akal berada di tempat yang lebih tinggi dan lebih dalam, sedangkan nafsu berada di luarnya.

Ibarat hati adalah Baitullah, dan nafsu itu tawaf mengelilinginya.
Atau seperti lalat yang mengerubungi buah masak.

Dalam pengertian hakiki, ‘aqlu atau akal bukanlah sekadar pikiran atau nalar, melainkan wadah dari Nur Ilmi, tempat ma'rifah dan pengenalan kepada Allah.
‘Aqlu inilah yang menerima pancaran cahaya kebaikan, tauhid, keimanan, dan segala ilmu yang berguna bagi manusia.

Adapun akal-pikiran yang berada di dalam otak hanyalah ibarat pesuruh atau alat dari ‘aqlu, namun terkadang pikiran ini bisa dikuasai oleh nafs.

Sehingga perbuatan dan pikiran manusia bisa menyimpang dari ketentuan dan kehendak kebaikan, mengikuti kehendak sang nafs.

Mengapa bisa demikian?
Masalah ini memang rumit, namun dapat dijelaskan melalui permisalan berikut:

Bayangkan ‘aqlu sebagai senter yang mengeluarkan cahaya ke arah pikiran (otak).
Sedangkan nafs sebagai kaca berwarna yang berada di antara ‘aqlu dan pikiran.
Maka cahaya terang dari ‘aqlu akan dibiaskan oleh warna kaca tadi.
Jika warna kacanya merah, maka cahaya yang diterima pikiran pun tampak merah—padahal cahaya dari ‘aqlu itu sejatinya putih terang tanpa warna.

Dari sinilah muncul nalar yang dikuasai nafsu, yang membisikkan hal-hal indah tentang maksiat dan kejahatan, dan akhirnya berkuasalah nafsu atas otak.

Dan kita semua tahu bahwa tubuh kita sangat bergantung pada otak—dialah yang menggerakkan seluruh anggota tubuh. Maka anggota tubuh pun berbuat sesuai dengan kehendak nafs.

Namun, nafsu juga berguna dalam kehidupan manusia. Tanpa nafsu, tidak akan ada semangat, perubahan, atau ambisi lahiriah. Semua perubahan besar dalam sejarah manusia sebagai khalifah di bumi terjadi karena peran nafsu juga.

0 komentar:

Posting Komentar