Kamis, 09 November 2023

NASEHAT NABI 'ISA AS

Dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal mencatat satu riwayat yang berisi wasiat atau nasihat yang diberikan Nabi Isa kepada para pengikutnya. Berikut riwayatnya:

 حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أبِي، حَدَّثَنَا هَاشِمٌ، أَخْبَرَنَا صَالِحٌ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ، عَنْ أَبِي الْجَلْدِ أَنَّ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَوْصَى الْحَوَارِيِّينَ: لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَتَقْسُوَ قُلُوبُكُمْ، وَإِنَّ الْقَاسِيَ قَلْبُهُ بَعِيدٌ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى ذُنُوبِ النَّاسِ كَأَنَّكُمْ أَرْبَابٌ وَلَكِنَّكُمُ انْظُرُوا فِي ذُنُوبِكُمْ كَأَنَّكُمْ عَبِيدٌ، وَالنَّاسُ رَجُلَانِ: مُعَافًى وَمُبْتَلًى، فَارْحَمُوا أَهْلَ الْبَلَاءِ فِي بَلِيَّتِهِمْ، وَاحْمَدُوا اللَّهَ عَلَى الْعَافِيَةِ 

Abdullah bercerita, ayahku bercerita, Hasyim bercerita, Shaleh mengabarkan padaku, dari Abu ‘Imran al-Jauniy, dari Abu al-Jald, bahwa sesungguhnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam berwasiat kepada hawari-hawarinya (sahabat/murid): “Janganlah kalian banyak bicara tanpa mengingat Allah ‘Azza wa Jalla, karena hati kalian akan membatu. Sesungguhnya orang yang membatu hatinya jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla, tetapi dia tidak mengetahuinya. Janganlah kalian memandang dosa-dosa manusia seakan-akan kalian adalah tuhan. Sebaliknya, kalian harus memandang dosa-dosa kalian seakan-akan kalian adalah budak. Manusia itu ada dua: (1) orang yang diberi kesehatan, dan (2) orang yang diuji (dengan musibah). Maka, berkasih-sayanglah pada orang-orang yang diuji karena musibah (yang menimpa) mereka, dan pujilah Allah atas (anugerah) sehat (yang diberikan-Nya).” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo: Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 73) **** Nasihat Sayyidina Isa ‘alaihissalam di atas adalah penyejuk. Ia tak menyukai kekerasan. Ucapannya adalah penanda, bahwa perkataan tanpa hati yang tertaut dengan Allah mudah tergelincir dan menggelincirkan, apalagi jika perkataan itu berjumlah-jumlah. Karena itu, ia menempatkan dzikir (ingat) kepada Allah sebagai pembatasnya. Ia takut perlahan-lahan hati manusia akan mengeras. Ketika hati manusia sudah mengeras, ia akan jauh dari Allah, tapi mereka tak merasakannya.  Sayyidina Isa berkata: “Sesungguhnya orang yang membatu hatinya jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla tapi dia tidak mengetahuinya.” Kata, “lâ ya’lamu—tidak mengetahuinya,” ini agak berbahaya. Karena mereka tidak merasa jauh dari Allah, bahkan terkadang merasa dekat dengan-Nya. Akibatnya, mereka mudah menilai orang lain, apalagi jika yang dinilainya adalah seorang pendosa, mereka akan berlagak selaiknya tuhan. Ini yang ditakuti Sayyidina Isa ‘alaihissalam dari murid-muridnya, para hawari itu. Sebab, mereka adalah orang yang mempelajari ilmu kebenaran. Ilmu yang bisa membedakan kebaikan dan keburukan, sehingga akan sangat terang bagi mereka, mana perbuatan dosa dan amal; mana pendosa dan ahli ibadah. Karena itu, Sayyidina Isa menambahkan nasihatnya: “Janganlah kalian memandang dosa-dosa manusia seakan-akan kalian adalah tuhan. Sebaliknya, kalian harus memandang dosa-dosa kalian seakan-akan kalian adalah budak.” Nasihat ini digunakan sebagai penghidup kesadaran mereka. Sayyidina Isa ingin menjauhkan murid-muridnya dari perasaan unggul dalam amal, yang bisa menyebabkan kebencian terhadap pelaku dosa, bukan terhadap dosanya. Ketika kebencian telah menggunung, kasih sayang akan tenggelam ke dasarnya. Untuk menghindari itu, Sayyidina Isa menekankan pentingnya melihat ke dalam diri, melakukan perjalanan ruhani, menelusuri lekuk-lekuk jiwa, dan meraba terbolak-baliknya hati. Dengan cara menganggap dosa-dosa mereka sendiri laiknya budak, yang tidak memiliki kuasa apa-apa dan dikuasai, hingga mereka merasa rendah sekaligus merasa berhak dikasihani Tuhan. Dengan menggunakan kata “budak”, Sayyidina Isa mengembalikan manusia ke tempatnya semula, sebagai yang dinilai (objek), bukan yang menilai. Hanya Allah lah yang berhak menilai, dan manusia hanyalah makhluk yang dinilai. Karena itu, Sayyidina Isa ‘alaihissalam memerintahkan murid-muridnya jangan banyak bicara dan menilai dosa orang lain seakan-akan diri kalian adalah tuhan. Jika mereka melakukannya, tidak hanya mereka telah menyerobot hak Tuhan, tapi juga merenggangkan ruang dakwah yang seharusnya dimasuki. Apa yang dikatakan Sayyidina Isa bukan tanpa dasar. Sebagai seorang nabi, tentu Sayyidina Isa mendapat petunjuk langsung dari Allah. Dalam satu riwayat dikatakan: 

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أبِي، حَدَّثَنَا سَيَّارٌ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ دِينَارٍ قَالَ: أَوْحَى اللَّهُ إِلَى عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنْ يَا عِيسَى عِظْ نَفْسَكَ، فَإِنِ اتَّعَظْتَ فَعِظِ النَّاسَ، وَإِلَّا فَاسْتَحِ مِنِّي 

“Abdullah bercerita, ayahku bercerita, Sayyar bercerita, Ja’far bercerita, Malik bin Dinar bercerita kepada kami, ia berkata: “Allah mewahyukan kepada Isa ‘alaihissalam. (Dia berfirman): “Wahai Isa, nasihatilah dirimu sendiri (terlebih dahulu). Jika kau sudah menasihati dirimu (sendiri) maka nasihatilah manusia, (jika kau belum melakukannya) maka malulah kepada-Ku.” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, 1992, h. 71) Nabi yang tugas utamanya menyampaikan pesan-pesan Allah (berdakwah) diharuskan menasihati dirinya sendiri sebelum menasihati orang lain, apalagi kita. Namun, kita seringkali lupa kedudukan kita sebagai yang “dinilai”. Kita terlalu sibuk menilai orang lain, hingga kita lupa meraba diri sendiri. Padahal, kebaikan dan keburukan ada di setiap manusia. Sebaik-baiknya manusia pasti pernah berdosa, dan sejahat-jahatnya manusia pasti pernah berpahala. Jika syarat untuk menasihati orang lain saja harus menasihati diri sendiri, apalagi menilai. Syarat apa yang dibutuhkan sampai Nabi Isa sendiri tak terlalu berani melakukannya, bahkan Allah memerintahkannya untuk “tahu malu”, apalagi kita manusia biasa. Pada kalimat selanjutnya Sayyidina Isa memberitahu murid-muridnya bahwa manusia terbagi dua; pertama, orang yang diberi kesehatan (mu’âfan), dan kedua, orang yang diuji dengan musibah (mubtalan). Dua pembagian tersebut bukan predikat pasti, melainkan perputaran roda kehidupan; terkadang di atas, terkadang di bawah. Setiap manusia pasti mengalami “ganti peran” dalam kehidupannya. Beberapa tahun lalu ia masuk kategori pertama, beberapa tahun kemudian ia masuk kategori kedua. Karena seringnya manusia berganti peran, Nabi Isa memerintahkan murid-muridnya untuk mengasihi dan bersyukur, sesuai dengan peran yang tengah dijalaninya, bukan malah saling memaki dan menjatuhkan. Dengan mengatakan, “maka, berkasih-sayanglah pada orang-orang yang diuji karena musibah (yang menimpa) mereka, dan pujilah Allah atas (anugerah) sehat (yang diberikan-Nya),” Sayyidina Isa ‘alaihissalam ingin membangun pergaulan hidup selaras. Baginya, keberuntungan bukan alat untuk menghina dan merendahkan orang lain, dan kemalangan bukan keadaan yang perlu disesali berlebihan. Karena “mu’âfan” dan “mubtalan” adalah kategorisasi keadaan, bukan sebuah predikat pemanen. Artinya, siapapun orangnya pasti mengalami dua keadaan tersebut. Karena itu, Sayyidina Isa menghendaki manusia belajar dari hidupnya yang seperti roda, dan merasai kenyamanan dan kesusahannya sekaligus, kemudian mulai memandang orang lain dari kacamata yang lebih luas, tidak hanya dari “keberuntungan” dan “kemalangan”. Tujuannya adalah, agar tercipta budaya saling asuh, tolong menolong dan maju bersama. Mungkinkah itu terjadi? 

Wallahu a’lam bish shawwab. Muhammad Afiq Zahara, alumnus PP. Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.

Senin, 30 Oktober 2023

NASEHAT GUS SAMSUDIN

 NASEHAT GUS SAMSUDIN


Ilmu harus dimuliakan

Jangan menggunakan ilmu hanya untuk perkara sepele 

Kemuliaan itu terletak dikeshabaran. Kesaktian itu adalah keshabaran. Kita mulia karena dimuliakan Allah, kita hina karena kehendak Allah. 

Walaupun dipuji oleh semua orang, Tak ada yang dapat memuliakan diri kita selain Allah. Walaupun dihina oleh semua orang, tak ada yang dapat menghinakan diri kita selain Allah.


Kita mulia dengan memuliakan Orang Tua, karena keduanya adalah Rochman Rochimnya Allah. Dan Memuliakan Rosulullah karena beliau kekasih Allah. Dan barangsiapa yang memuliakan Rosulullah maka Allah akan mencintainya.


Tanah menjadi Genteng itu dimuliakan diletakkan diatas karena mau dihinakan dulu, diinjak-injak, dibentuk dan dibakar dahulu !

Besi menjadi pedang itu bermanfaat setelah dibakar ditempa dan dibentuk lebih dahulu !

Tidak ada kemuliaan yang instan ! Semua harus dengan pengorbanan diri. Mengalahkan hawa nafsu dengan cara memenangkan Allah dan Rasulullah !

Berguru kepada seseorang yang dapat menghantarkan diri kita kepada Allah. Bukan asal ada perkataan dari seseorang lalu kita jadikan guru. Karena guru itu harus mencontohkan kebaikan dan kebenaran terlebih dahulu untuk menghantarkan kita kepada Ridho Allah.


Segala persoalan kehidupan jangan dijadikan persoalan. Karena semua persoalan sudah dipersiapkan penyelesaiannya. Tinggal kita yang bershabar dalam menjalani apa yang sedang dihadapi dan bertawakkal kepada Allah akan semua itu. Persoalan itu kita selesaikan dan agar dapat pula menyelesaikan persoalan lain dimasa akan datang.

Banyak yang tak memahami bahwankita sebenarnya sudah diberikan kekuatan untuk menghadapi persoalan-persoalan yang kita hadapi. Dan tetap mau menghadapi dan menjalani dengan ketabahan dan keshabaran. 


Shabar dalam keadaan pasrah, pasrah itu bukan menyerah. Pasrah itu benar benar menuhankan Allah didalam hati kita. Bukan menuhankan hawa nafsu atau emosi atau keinginan kita, tapi mengikuti Kersane Gusti Allah. 


Inilah kehidupan, banyak hal yang tak menyenangkan kepada diri kita tapi itu terbaik bagi kita. Maka tetaplah memegang kepercayaan dari Tuhan kita Allah untuk selalu berbuat sesuai dengan tuntutan Allah, agar kita selamat dan mulia. Oleh sebab itu setiap hal yang kita rasakan dan dapatkan, kita harus yakin tentang keadilan Tuhan Yang Maha Adil. 


Untuk itu harus berusaha selalu menjadi manusia yang Sejati yaitu Manusia yang sadar akan Ketuhanan. Kita hanyalah hamba dan Allah yang menentukan. Allah adalah Dzat yang memegang Keadilan Seadil adilnya dan DIALAH KEBENARAN. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. 


Dan teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Jangan pedulikan penilaian manusia, karena setiap manusia itu berbeda pandangannya (ilmunya) dan hatinya. Jika baik hatinya maka akan baik pula perkataannya, tapi bila buruk hatinya makan akan buruk pula perkataannya. Dan kebenaran itu akan selalu benar dan tidak memerlukan pembenaran. Kebenaran itu Chaqq Allah Milik Allah dan Allah-lah Penjaganya.

Menjaga persaudaraan selamanya, Berpegang selalu kepada Tali Allah, Jalankan Sholat, Amalkan Sholawat,  Berbakti kepada kedua orang tua dan baik kepada sesama dan Cinta kepada Negara.


Kata Gus Samsudin: "Yang dibersihkan nggak jadi bersih, eh malah yang membersihkan jadi kotor. Itu karena yang membersihkan tidak menggunakan Hati. Sulit membersihkan yang Bersih Bersih Tanpa Hati. Baru bisa bersih Jika menggunakan Ketauhidan !"


Inti Atau Kesimpulannya : "Yang Mendidik Kepada Kebaikan & Kebenaran Haruslah Dari Hati Yang Suci" ... jika tidak, hal itu akan menjadikan kotoran hati sulit membersihkannya. Kalau Penasehat ber Hati Hitam, maka ia takkan menyadari jika dirinya kotor (hatinya penuh dosa).... itu yang dapat saya ambil pelajarannya.


"Makanan jangan disia siakan !" Makanan itu dari pemberian Allah, Jika tak menghargai pemberian Allah maka sama saja tak menghargai Allah ! 

"Jika Allah memberi, maka senangilah pemberian-NYA" dengan berterima kasih (syukur), maka engkau akan disenangi Allah dan akan diberi tambahan Pemberian dari-NYA. "Doa mustajab" ... Harus senang dengan pemberian Allah dan dipergunakan untuk beribadah dan menyenangkan hati sesama.


"Berikanlah manfaat kepada sesama"


"Ingat Kematian !"

"Ingat Neraka !"

"Jangan seperti hewan !"


"Yang mengenali wali Allah hanyalah wali Allah"


"Daun Sirsak 7 Lembar untuk Mengobati Sakit Dada (Paru Paru Jantung Asma).


"Berdzikir Berthoriqoh"


"Air .. itu dengannya Allah menghidupkan !" Air tak bisa mematikan ! Tapi air mulai marah kepada manusia, karena manusia banyak yang bermaksiat kepada Allah (tak menjalankan aturan syari'at, bermusuhan, adu domba, iri dengki dan lainnya).


" BERSHOLAWAT , Sholawat itu "Nur Muhammad"

"Bashiiroh Robbaaniyyah dan Malamatiyyah"


"Guru" ... Walaupun hanya sehuruf, tetaplah harus berguru ! Agar tersambung dengan Rosulullah !


*


TERHITUNG BERSYUKUR

 

TERHITUNG BERSYUKUR

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ وَّلَا نَبِيٍّ اِلَّآ اِذَا تَمَنّٰىٓ اَلْقَى الشَّيْطٰنُ فِيْٓ اُمْنِيَّتِهٖۚ فَيَنْسَخُ اللّٰهُ مَا يُلْقِى الشَّيْطٰنُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ۙ

52. Dan Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Muhammad), melainkan apabila dia mempunyai suatu keinginan (cita cita), setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu. Tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu, dan Allah akan menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

hadits tentang keutamaannya. Misalnya seperti dzikir berikut:

  مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ
*اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي (مَا أَمسىَ بِي) مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ، لاَ شَرِيكَ لَكَ ، فَلَكَ الْحَمْدُ، وَلَكَ الشُّكْرُ*
فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ يَوْمِهِ، وَمَنْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ يُمْسِي فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ لَيْلَتِهِ.

“Barangsiapa di pagi hari melafalkan:  (Ya Allah, kenikmatan yang kami dapatkan di waktu pagi, maka kenikmatan tersebut hanya dari-Mu, tak ada yang menyekutukan-Mu. Bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu segala rasa syukur).

“Barangsiapa di pagi hari melafalkannya maka dia telah melaksanakan wujud syukur di hari itu. Dan barang siapa yang melafalkan kalimat tersebut di sore hari, maka ia telah melaksanakan wujud syukur di malam itu” (HR. Abu Daud)  

TERHITUNG AHLI SYURGA

 TERHITUNG AHLI SYURGA

Bacaan lain yang tercantum keutamaannya dalam hadits adalah dzikir berikut:  

سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ. البخاري

"Sayyidul istighfar (Tuannya permintaan maaf) adalah lafal: “Allâhumma anta rabbî, lâ ilâha illâ anta khalaqtanî. Wa anâ ‘abduka, wa anâ ‘alâ ‘ahdika wa wa‘dika mastatha‘tu. A‘ûdzu bika min syarri mâ shana‘tu. Abû’u laka bini‘matika ‘alayya. Wa abû’u bidzanbî. Faghfirlî. Fa innahû lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta” (Ya Allah, Engkau Tuhanku. Tiada Tuhan selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang pernah aku perbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu (yang Engkau berikan kepadaku). Aku mengakui dosaku, maka ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau). Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang melafalkan kalimat tersebut di siang hari dengan keadaan yakin, lalu ia meninggal sebelum masuk sore hari, maka dia termasuk golongan penghuni surga. Dan barangsiapa yang melafalkan kalimat tersebut di malam hari dengan keadaan yakin, lalu ia meninggal sebelum masuk pagi hari, maka ia termasuk golongan penghuni surga” (HR al-Bukhari).

KOMPLEKSITAS MANUSIA

 

KOMPLEKSITAS MANUSIA

Manusia itu memiliki kompleksitas atau keanekaragaman yang rumit baik penyusun tubuhnya maupun jiwanya. Seluruhnya saling mempengaruhi satu sama lain dalam menyata keadaan tubuh dan kejiwaan itu. terutama lagi pada saat terinteraksikan dengan lingkungan yang juga kompleks keadaannya.

Dalam pada itu mengharuskan manusia membekali dirinya dengan segala macam hal untuk dapat sehat atau eksis berkebaikan, baik tubuh maupun jiwanya.

Bekalan yang perlu dan penting adalah mengenali apa apa saja yang dapat membaik kan dirinya dimasa kini dan yang akan datang.
Terutama kemampuan akal untuk mengalisa segala hal keadaan yang berkaitan dengan dirinya.

Sehingga ia mampu menimbang, memilah dan memilih serta menganalisa segala hal yang dapat atau mungkin mempengaruhi dirinya lalu kemudian berkemampuan memutuskan kapan, apa dan bagaimana ia mengatasi semua yang mempengaruhi dirinya agar ia tetap dalam keadaan yang ideal (baik) yang diharapkannya.

Hal hal yang dapat mempengaruhi diri seseorang adalah yang sangat dekat dengan dirinya yaitu Lingkungan dirinya sendiri dan orang lain, Agamanya,  Pengetahuan, Pengalaman, Kedudukannya dilingkungan keluarga dan masyarakat, Pangkat atau jabatan, Tempat tinggalnya dan Harta yang dimilikinya, keadaan fisiknya dan latar belakang kesukuan dan kehidupannya.

Tiada alasan menjadi salah karena merasakan dalam anggapan pribadinya ada kekurangan, tiada kekuasaan dan kemampuan.
Tiada alasan "perkataan tiada manusia yang sempurna" dapat dijadikan penyesalan atau dijadikan kambing hitam yang memantaskan untuk dipersalahkan.
Tiada ada satu alasan pembolehan menjustice atau melabelkan predikat buruk dalam diri sendiri apalagi orang lain seperti bodoh, dungu, kurang ajar, sesat dan hal yang tidak pantas atau menyakitkan hati lainnya.

Manusia itu diciptakan untuk berinteraksi dan saling mengenal (lita'aarofu) dan bergaul dengan baik dalam segala aspek kehidupan dengan misi saling memberi atau saling mengisi serta mengingatkan dalam rangka mencapai kebaikan atau kemaslahatan fisik maupun kejiwaan. Yang paling banyak menyuguhkan sokongan kemanfaatan bagi manusia lain itulah manusia yang terbaik (khoyrunnaasi anfa'hum linnaas).

Mengapa manusia tiada yang sempurna ? Karena agar dengan itu manusia mau untuk saling berinteraksi dan saling isi. Satu dengan lainnya saling memberi atau membantu. Maka kerendah-hatian (tawadhu') merupakan sikap layak sebagai wujud kesadaran diri seseorang yang pasti memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu kesombongan dipandang sebagai suatu sikap buruk (tak tahu diri) karena keblinger dimana ia tak menyadari kekurangan atau kelemahan dirinya.

5 PERKARA YANG TAK BOLEH DIUNGKAPKAN

 5 PERKARA YANG TAK BOLEH DIUNGKAPKAN

Ada 5 perkara yang tidak boleh diceritakan kepada orang lain :
1. Aib atau dosa sendiri.
2. Aib atau dosa arang lain.
3. Soal privasi dan aib dalam urusan suami dan istri.
4. Pembicaraan rahasia seseorang atau amanah
5. Soal aib mayyit saat dimandikan.

1. Aib atau dosa sendiri.
Mendapati diri sendiri sebagai pelaku maksiat, tidak boleh diceritakan kepada orang lain, selain untuk mencari fatwa dan nasehat karena ingin segera bertaubat. Itupun tidak boleh vulgar, cukup dengan perumpamaan saja. Tidak boleh menceritakan kepada seorang pun soal diri sendiri soal dahulu telah bermaksiat begini dan begitu

2. Aib atau dosa arang lain.
Mendapati orang lain bermaksiat seperti berzina, mencuri dsb dan berbuat secara terang terangan, maka boleh menindaknya. Tapi jika seseorang berbuat dalam keadaan tersembunyi dan maksiat itu hanya dirinya  sendiri yang melihat tanpa ada orang lain juga yang melihat sebagai saksi (yaitu minimal 4 orang penyaksi),  maka hendaklah ia mengingkarinya (tidak mempersoalkan atau menceritakannya). Namun jika ia mampu berhizbah (ber'Amar Ma'ruf Nahi Munkar), maka hendaklah ia menghentikan dan memperingatkannya.

Jika ia sebagai pemilik harta maka ia bolehlah ia mengusir pencurinya untuk membela haknya. Bila sampai ia mati sebab itu ia telah mati syahid.

Tidak boleh menceritakan masa lalu kemaksiatan seorangpun tanpa kecuali ia Keluarga atau orang lain,  walaupun untuk keperluan pernikahan, selain kejahatan atau maksiat dalam kasus yang sudah masuk keranah hukum (dalam penanganan aparat).
Tidak boleh juga menceritakan aib cacat seseorangpun selain kepada dokter atau sedang berobat ke pengobat.
Tidaklah boleh menerima atau membenarkan terhadap maksiat yang dilihatnya apalagi masih hanya dalam tahap mendengar saja dari pengghibah. Semua

3. Soal privasi dan aib dalam urusan suami dan istri.
Tidaklah menceritakan soal hubungan suami istri ataupun aib istri dan suami dalam rumah kepada orang lain.

SHABAR

 SHABAR

Shabar itu 3 :
1. Shabar Dalam menghadapi mushibah
2. Shabar dalam menjalani Perintah Allah
3. Shabar dalam mencegah untuk tidak melanggar Larangan Allah.

Macam-Macam Sabar

Menurut ulama ada tiga macam sabar yang harus kita miliki, berikut penjelasan ke tiga sabar tersebut:

1. Sabar dalam Ketaatan

Menjadi hamba yang taat tentunya membutuhkan kesabaran yang terus-menerus dan diusahakan bertambah dari hari ke hari. Karena sabar sangat dibutuhkan dalam beribadah kepada Allah, didalam menjalankan kewajibannya, sedekahnya dan dalam membina hubungan baik dengan sesama umat.

2. Sabar dalam Menjauhi Maksiat

Menahan diri untuk tidak mendekati atau bahkan tidak melakukan maksiat menjadi rangkaian sabar yang harus kita miliki, ingat selalu bahwa ada Allah SWT selalu mengawasi dalam setiap aktifitas yang kita jalani.

3. Sabar Menerima Takdir Allah

Seringkali kita menyangkal setiap hal yang telah Allah gariskan namun tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Musibah dan ketidaknyamanan hidup sesungguhnya diturunkan Allah untuk menguji kesabaran hambanya. Sejauh mana kita mampu bersabar, menerima dan berusaha kuat menjalani setiap ujian. Maka setelah mampu melewati ujian Allah akan memberikan kabar gembira sebagai hasil dari kesabaran.

Kiat Menjadi Orang Yang Sabar

Dalam buku “Sabar Paling Dalam” karya Fajar Sulaiman diterangkan bahwa sabar merupakan sebuah seni dalam menjalani hidup yang sudah pasti tidak mudah. Dalamnya kesabaran merupakan kekuatan terhebat untuk menghadapi segala rintangan. Berserah diri kepada Tuhan menjadi cara agar beban menjadi ringan dan kaki tetap lincah melangkah menjelajahi hari-hari. Tidak perlu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain karena hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang tidak pandai bersyukur. Padahal syukur adalah salah satu wujud dari sikap sabar, hargai hidup dengan tidak mengukur pencapaian kita dengan pencapaian orang lain. Karena terjalnya jalan dan tanjakan yang dilewati tentulah berbeda.

Semakin sulit jalan yang dilewati maka dibutuhkan kesabaran yang lebih tinggi. Cemooh dan ejekan akan mengiringi, namun sekali lagi sabar merupakan kunci utama untuk memperbaiki keadaan agar mampu membuktikan bahwa kehidupan kita tidak seburuk yang dipikirkan oleh orang lain. Tidak ada ujian datang kecuali untuk menguatkan, terimalah dengan sabar dan ikhlas. Ukuran sukses tidak mampu dinilai dengan materi ataupun pencapaian besar, namun lebih kepada seberapa besar kita menjadi orang yang bermanfaat dan selalu berusaha menjadi lebih baik. Jalani hidup dengan baik tanpa perlu merasa banyak kekurangan. Tidak masalah jika sampai sekarang kita belum mencapai kesuksesan. Suatu saat kita akan sampai pada fase menikmati hasil yang telah diusahakan. Bersyukur atas apa saja yang telah kita raih, dan tetapi bersabar untuk mengusahakan semua hal yang belum terwujud.

Dalam surat Al-Baqarah: 45, Allah memerintahkan kita untuk meminta pertolongan dan tidak melalaikan shalat. Adapun arti ayat Al Baqarah 45 adalah : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.(Al-Baqarah:45)

Shalat menjadi cara terbaik untuk mendatangkan jalan keluar, bersujudlah dan rendahkan diri kita dihadapan Allah. Akuilah bahwa kita hamba yang tidak berdaya terhadap apapun, mintalah petunjuk dan ketenangan. Kemudian terimalah bahwa musibah maupun masalah datang sebagai pengingat akan kelalaian kita kepada Allah. Seringkali sebagai hamba Allah kita merasa tinggi hati karena merasa mampu mencari solusi sendiri dan lupa untuk melibatkan Allah. Setelah ketenangan diraih, maka pikiran akan menjadi jernih dan bersabarlah untuk sampai kepada jalan keluar dari setiap masalah.

Syekh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin Rahimahullah berkata, “Adapun salat maka akan menjadi penolong dalam setiap urusan dunia maupun agama, sehingga disebutkan dalam sebuah hadis: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengalami sesuatu masalah serius, beliau segera melakukan salat” (HR. Abu Daud, hasan).

Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar kita tetap bersabar dalam berbagai keadaan:

1. Niat Karena Allah

Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah maka akan mendapatkan ridha-Nya, dengan harapan akan diberi kemudahan, kelancaran dan tentunya kesabaran.

2.  Mendekatkan Diri Kepada Allah

Mendekatkan diri kepada Allah bisa dengan membaca Al-Qur’an ataupun dengan sering berdzikir. Memahami Al-Qur’an mampu membuat kita lebih mengerti bahwa apa yang terjadi dikehidupan kita adalah atas kehendak Allah, sehingga bisa lebih menerima dan bersabar atas segala yang kita peroleh dan harus dijalani. Sedangkan dengan berdzikir hati akan menjadi lebih tenang, pikiran lebih fokus dan bisa membuat keputusan ataupun mencari solusi dengan tepat.

3. Mengambil Hikmah

Banyak hikmah tersembunyi dari setiap yang kita alami, maka disarankan untuk tidak mengeluh. Tetap ber-husnudzon kepada Allah, tetap meyakini bisa melewati segalanya dengan ijin Allah, berharap iman kita bertambah dan akan diganti dengan yang jauh lebih baik.

Segala sesuatu tentu diharapkan bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan, namun sebagai hamba yang terkait satu sama lain tidak akan mungkin kita hidup tanpa hambatan. Tidak ada hal yang tidak mungkin diraih dengan kesabaran, selama apapun waktu yang dibutuhkan untuk meraih sesuatu tetap jalani dan usahakan. Tidak ada kesuksesan yang tergapai tanpa usaha yang panjang dan persiapan yang teratur.

Kehidupan yang dijalani dengan kesabaran maka akan mendapatkan hasil yang baik, menjadi penguat hati yang utama. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang tangguh dan selalu dalam bimbingan Allah. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang berhasil. Maka bersabarlah, karena sabar menempati kedudukan tertinggi dalam iman. Semoga dengan sabar kita termasuk dalam hamba yang mulia dalam pandangan Allah SWT. Aamiin ….


Sabar adalah tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah.

Sabar adalah suatu rin menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya.

Sabar sendiri maknanya sangat luas, tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang tidak sesuai aturan Allah SWT, namun juga menahan diri dari nafsu, menahan diri saat di beri kelapangan maupun tatkala dihadapkan dalam situasi yang sempit.

Ali bin Abi Thalib RA, menjelaskan bahwa “kesabaran dan keimanan sangat berkaitan erat ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala manusia sudah tidak ada, maka tubuhnya tidak akan berfungsi. Demikian pula apabila kesabaran hilang maka imanpun akan ikut hilang”.

SEORANG AYAH SEBAGAI PENENTU

 

SEORANG AYAH SEBAGAI PENENTU


Dialah penentu arah ! Sejak bersama istrinya, ia ditetapkan sebagai penentu anak laki ataupun perempuan, Dialah yang memutuskan segala aturan / kebijakan bagi anak anaknya. Anak membutuhkan pengajaran langsung dari ayahnya, jika tak mendapatkan ayah, maka akan mencari ortu lain berupa WiFi, HP Canggih dan Aplikasinya sebagai ayah. Dari HP hingga Pengasuhan anak, ayah yang memilihkan, Ibu Bekerja atas izin Ayah, maka saat itu sudah kehilangan Orang Tuanya ! Dan Mengangkat HP & Aplikasinya sebagai orang tua ! Jangan lalai dari ini wahai Para Ayah !

https://youtu.be/03-NJO4Geos

DZIKRULLAH

 DZIKRULLAH

1. Mendapatkan Hati tenang tentram dan Mencerdaskan Akal.

2. Mendapatkan petunjuk Ilham Hidayah Allah.

3. Mendapatkan kenaikan pangkat derajat Kedekatan dengan Allah.

4. Mendapatkan pengakuan dari Allah sebagai Hamba- NYA dan Dapat Cinta Allah. 

5. Mendapatkan perlindungan dan pertolongan Allah utamanya melawan kejahatan hawa nafsu.

6. Mendapatkan Kebaikan yakni Balasan Di Perhatikan Allah.

7. Mendapatkan kesadaran Keimanan (Ketaatan & Taqwa) yang lebih kuat sehingga hidup Berbahagia dapat Mencintai Allah.

8. Mendapatkan Kemudahan Chusnul Khotimah dan Syurga Firdaus.


ADAB DAN FIQH

 

ADAB DAN FIQH

Ada perbedaan sudut pandang antara Adab Akhlaq dan Fiqh pada beberapa sisi atau sudut pandang yakni antara keutamaan dan sopan santun (tahu diri).

• Melihat kekurangan diri sehingga tak melayakkan diri pada keutamaan.

Contoh:
- Merasa tak pantas melihat Alah karena mata masih untuk bermaksiat.
- Merasa tak pantas berdiri di shof depan sebab diri masih bermaksiat.
- Mengunjungi Nabi itu adalah kebaikan dan keberkahan, tapi pada sisi lain itu memberatkan Nabi oleh sebab kedatangannya.
- Memandang Nabi itu keutamaan, pada satu sisi ada yang merasa sungkan memandang wajah Nabi Muhammad walaupun sedang berhadap-hadapan dengan Nabi disebabkan ta'zhim.

• Beristiqomah itu bagus
Beristiqomah itu baik seperti selalu menjadi imam, tapi pada satu sisi apakah sebenarnya ia sedang tak mau digantikan posisinya sebagai imam, maka memutuskan ke-istiqomahan-nya.
untuk menghindarkan muassasah.

• Memenuhi undangan itu baik dan kewajiban, akan tapi pada saat yang sama melihat jika ia hadir akan menjadikan pemberatan bagi yang mengundangnya pada sisi-sisi tertentu seperti akan merepotkan pengundang pada banyak hal, maka ia urungkan mendatangi undangan.

Orang orang yang mengutamakan fiqih akan nampak dengan pelbagai macam aturan yang mengikatnya. Sedangkan Adab Akhlaq akan lebih mengedepankan sikap sopan santun atau ta'zhim.

Semisal diangkat satu perkara seumpama "sholat" saja. Jika ada sebuah pertanyaan "Si Fulan tak sempurna sholatnya, apakah ia perlu sholat atau tak usah sholat saja, karena percuma sholat jika tak sah?"

Menjawab secara fiqih memang akan selalu mutlak yakni apasaj yang disyaratkan sebagai membantalkan ya batal.

Akan tetapi jika ditimbang dari segi "adab kepada Allah"  yakni Bahwa itu urusan Allah dimana Allah sebagai Tuhan Yang Menilai hamba-NYA. Maka diterima atau tidak adalah Kewenangan Allah sendiri. Ikut campur pada Hak Kewenangan Allah dinilai sebagai suatu yang tak beradab.

Bagaimana jika ditinjau dari sisi yang lain yakni SISI NIATNYA YANG BAIK yakni "Mau melaksanakan perintah Allah yakni Melaksanakan Perintah Sholat", maka pertimbangan antara masih perlu dan tak perlu sholat, akan lebih baik sholat daripada meninggalkannya.

Segala sesuatu pada sisi-sisi tertentu tetap ada kebaikannya dan sisi keburukannya. Bukan dari sebab perbuatan baiknya , akan tetapi masih ada keburukan dalam hatinya yang belum dibersihkan. Oleh sebab itu tak semua hal yang ada itu benar-benar sempurna.

Kadang pelaku kebaikan masih mengiringi kebaikan dengan keburukan saat ia berbuat kebaikan. Masih sempat memaki, menganggap orang lain buruk, sombong, 'ujub, riya' dan iri dengki, marah dan lain sebagainya.

Rajin beribadah malam lalu memaki orang tidur dan berani menilai atau mengatakan jika orang lain yang sedang tidur sebagai pemalas dan tak pandai bersyukur misalnya.

atau seperti

Misalnya baru sempat menjadi dermawan selama seminggu, lalu sudah berani mengatakan orang lainnya dengan penilaian buruk seperti orang yang tak perduli dengan orang miskin dan menilainya sebagai orang yang pelit.

atau seperti

Memberikan kebaikan dalam bentuk pemberian kepada orang lain akan tetapi sambil mempermalukannya dihadapan manusia, masih suka mengundang pemberiannya, atau memberi sambil mengata-ngatai dengan perkataan yang buruk kepada si penerima pemberian.

atau seperti

Meluruskan atau menasehati seseorang tentang sesuatu yang bengkok atau salah dalam urusan agama. Namun dilakukan disaat dihadapan banyak orang lain berada disana, sehingga hal itu dapat menjatuhkan harkat martabatnya dihadapan orang banyak.

Itulah diantara perbedaan fiqh dan adab akhlaq. Yang memiliki tinjuan yang berbeda. Dan akan sangat sempurna bilamana setiap sesuatu urusan dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan sebijak-bijaknya. Agar yang baik tetaplah menjadi baik, dan yang buruk dapat diselesaikan dengan cara yang membaikkan.

Ada yang paling penting yakni "Me-Manusia-kan Manusia" dan "Mendudukkan nilai kehambaan dihadapan Allah" dan "Menyukai hal yang terbaik terjadi pada diri orang lain, sebagaimana diri sendiri menyukainya"
Dan "Berupaya mencegah sesuatu perbuatan buruk kepada orang lain sebagaimana diri sendiri berupaya sungguh-sungguh untuk menghindarinya"

*Berbuat kebaikan* itu tidaklah mudah, karena masih harus berupaya mempertahankan keutuhan kebaikannya. *Memperbaiki* itu juga tak mudah, karena harus menimbang aspek buruk yang harus tetap dihindarkannya. Agar tak terjadi keaniayaan kepada orang lainnya. Menjadi sempurna kebaikan dan memperbaiki bilamana sudah seimbang antara kefahaman *Nilai Kehambaan Dirinya* dihadapan Allah dan *Kedudukan Persaudaraannya* dihadapan manusia lainnya. Dengan *Mengenal Allah dengan Segala Asma' dan Shifat Kesempurnaan-NYA serta Mengasihi manusia sebagaimana mengasihi dirinya sendiri.*  Dengan Modal Kebersihan Hati Dan Kecerdasan Yang Bijak, barulah layak sebagai Ahlu Al Jannah.

*ADAB AKHLAQ HAMBA ALLAH*


*Tahu Diri* atau Mendudukkan posisi dirinya yang hanya sebagai _Hamba Allah dan Tak Sombong_ yang tak melayakkan dirinya ada pada kedudukan mulia.  *Kenal Diri* atau _Jiwa yang Menjauhi Shifat 'Ujub (Rumongso)_ yaitu Sadar mengenal diri sebagai orang yang berhias kelemahan & kekurangan lahir & bathin. Dan mengenal dirinya sebagai orang yang tak berkemampuan meraih kebaikan apapun selain dengan Allah. Sadar jika semuanya baru terlaksana jika telah difasilitasi oleh Allah dan mendapat Idzin Allah. Dan sadari pula bahwa *Hanya Allah Yang Mengetahui & Menilai Apakah Diri Kita Baik atau Buruk* Maka Takutlah kepada Allah !

Selain itu juga *"Adab Mulia Kepada Allah"* adalah Mengedapankan Allah dalam segala sesuatu yakni *Menyegerakan* urusan Perintah Allah dan *Mengemudiankan* segala urusan selain Allah. Demikian itu sebagai wujud  *Rasa Syukur* kepada Allah, Dzat Yang Kasih - Maha Penyayang - Maha Memberi - Maha Meluaskan dan Maha Membalasi Kebaikan. Dan juga *"Bersungguh-sungguh Ta'zhim saat Menghadapkan Diri Kepada Allah"* sebagai Rasa Takut sebab Allah adalah Dzat Yang Maha Mulia Maha Agung - Maha Sempurna dan Maha Perkasa. Dimana kita sebagai hamba pastilah tak luput dari kesalahan dan dosa, dengan merendah diri dihadapan-NYA seraya berharap Ampunan - Kemaafaan dan Ridho Dari-NYA.

*Keseimbangan Empat*
*Iman Syari'ati* pelaksanaan 'Amal Tha'at dan Keyakinan Taqlid, *Syari'at Imani* Pelatihan penghayatan 'Amal dan Iman secara nyata, dipaksa Allah untuk menjalani ujian kehidupan dan dipersiapkan Allah untuk meraih kebersihan hati untuk menempuhi Jalan Yang Lurus, *Iman Ichsani* Tercapai kebersihan hati dan telah menerima Allah sebagai satu-satunya pengharapan dan yang dicintai, dipersiapkan Allah untuk mengenal-NYA. *Iman Ma'rifati* Telah sampai (wushul) kepada kearifan dan telah meresap dalam jiwanya sehingga Hatinya bersinar dengan Nur Allah, Telah menjunjung tinggi Allah dalam kefahaman yang mendalam tentang Allah Esa.

DIALOQ RASULULLAH DENGAN IBLIS

 

DIALOQ RASULULLAH DENGAN IBLIS

TUJUAN IBLIS : Ialah untuk MENYESATKAN umat manusia dan MEMBELAKANGKAN ALLAH s.w.t di dalam kehidupan supaya sama-sama menyertai Iblis. (dalam pandangan kaum fiqih).

Sesungguhnya Iblis ditugaskan untuk memisahkan gandum yang busuk ( orang2 munafik. Musrik dan kafir )  dari gandum yang baik dan bermutu (orang2 beriman.. ihklas.. tawakkal dan taqwa )

“ Iblis  berkata : “Wahai Muhammad, aku tak bisa meyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikkan dan menggoda,”

“Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorang pun. Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya Rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun dimuka bumi ini.

Aku  hanya bisa menjadi penyebab untuk orang telah ditentukan sengsara. Dan Engkua Ya Rasul Allah telah menjadi penyebab bagi orang yang bahagia /diberi rahmat .. mereka orang yang telah ditulis bahagia sejak diperut ibunya.  Dan Aku hanyalah penyebab bagi orang yang sengsara / celaka ..  mereka orang yang telah ditulis sengsara / celaka semenjak dalam kandungan ibunya.” (nafi makhluk, Isbatkan Allah)

Rasulullah SAW lalu membaca ayat berikut: “Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud : 118 – 119). Juga membaca, “Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (Qs Al-Ahzab :38). Iblis lalu berkata: “Wahai Rasul Allah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. “

Untuk itu marilah kita kenali Iblis melalui Dialog antara Rasulullah s.a.w dengan Iblis untuk kita semua lebih peka akan tindak-tanduk Iblis dalam kehidupan kita. Semoga kita semua di beri Rahmat dan Pentujuk untuk menjadi hamba yang benar-benar Ikhlas kepada Allah s.w.t.

Dialog Iblis Dan Rasulullah s.a.w – Iblis Musuh Yang Nyata dan penguji yang tersembunyi tidaklah dia berkehendak atas sesuatu.. melainkan apa yang Allah kehendaki dan perintahkan kepadanya.

“Allah membimbing kepada cahaya-Nya kepada siapa yang dia kehendaki dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. Yunus: 99).

Dari Muadz bin Jabal, dari Ibu Abbas: Ketika kami sedang bersama Rasulullah saw di kediaman seorang sahabat Anshar, terdengar panggilan seseorang dari luar rumah, “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.” Rasulullah saw bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?” Kami menjawab: “Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

catatan : Laknatullah adalah gelar tertinggi yg dianugerahkan Allah kepada Azazil

Lalu Saidina Umar bin Khattab berkata:“Izinkan aku membunuhnya wahai Rasullulah.” Rasulullah menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas ra berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin”

Rasulullah saw lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah swt, sebagai makhluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “ Wahai Muhammad, aku datang kesini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa”.

“Siapa yang memaksamu?”

“Seorang malaikat utusan Allah mendatanganiku dan berkata: Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatanganimu. Tanyalah apa yang hendak Kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang yang dibenci Iblis

Rasulullah saw lalu bertannya kepada iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?” Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah makhluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?” tanya Rasulullah saw.

“Pemuda yang bertaqwa memberikan dirinya mengabdi kepada Allah swt.”

“Lalu Siapa lagi?”

“Orang alim dan wara’ (loyal)”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci (juga merujuk kepada orang yang tetap wudu’nya).”

“Siapa lagi?”

“Seorang yang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain?”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang – orang yang sabar.”

“Selanjutnya apa?”

“Orang yang bersyukur”

“Apa tanda kesukurannya ?”

“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya”.

“Pandanganmu mengenai orang seperti Abu Bakar?”

“Ia tidak menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar Bin Khattab ?”

“Demi Allah, setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur (ketakutan).”

“Usman Bin Affan?”

“Aku Malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali Bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. Tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali Bin Abi Thalib selalu berdzikir terhadap Allah swt)

Amalan yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”

“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba yang bersujud 1 kali kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat hamba terebut.”

“Jika seorang umatku berpuasa ?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca Al-Qur’an?”

“Aku merasakan diriku meleleh laksana timah di atas api”

“Jika ia bersedekah?”

“ Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu ?”

“ Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang dijalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Taubat orang bertaubat (orang yang benar-benar taubatnya).”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Istighfar diwaktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng (melukakan) wajahmu?”

“Sedekah yang diam-diam (contoh mudah ialah tangan kanan bersedekah walhal tangan kiri tidak mengetahui akan sedekah tangan kanan tersebut).”

“Apa yang dapat merusak wajahmu?”

“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Majlis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak-anak mu dimusim panas?”

“Dibawah kuku manusia (perintah supaya memendekkan kuku).”

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Lalu Baginda Rasulullah bertanya lagi: “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba”

“Siapa sahabatmu?”

“Penzina”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir (juga merujuk kepada orang yang menyesatkan)”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan Solat Jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan solatnya dengan sengaja”

Iblis Tidak Berdaya Dihadapan Orang yang Ikhlas

Rasullullah SAW lalu bersabda lagi: “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan ummatku dan menyengsarakanmu.”

“Iblis segera menjawab: “Tidak. Tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga Hari Akhir. Bagaimana Kau bisa berbahagia dengan ummatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku? Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang saleh, kecuali hamba Allah yang Ikhlas (Mukhlisin).”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu ?”

“Tidaklah Kau tahu wahai Muhammad, bahawa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat orang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan serta hatinya masih selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Iblis dibantu oleh 70 000 anak – anaknya

Iblis berkata lagi: “Tahukah kamu wahai Muhammad, bahwa aku mempunyai 70 000 anak dan setiap anak memilki 70 000 syaitan. Sebahagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama’. Sebahagian untuk mengganggu anak-anak muda, sebahagian untuk mengganggu orang tua, sebahagian untuk menggunggu wanita tua, sebagian anakku juga aku tugaskan kepada para zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. Tanpanya manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.”

“Aku juga punya anak yang suka menaburkan sesuatu dimata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur hingga pahalanya terhapus.”

“Aku juga punya anak yang senang berada di lidah manusia. Jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia ceritakan kepada manusia (membangga-bangga), maka 99% pahalanya akan terhapus.”

“Pada setiap seseorang wanita yang berjalan, anakku dan syaitan duduk dipinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”

Iblis berkata lagi: “Keluarkan tanganmu, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaitan pun menghiasi kukunya. Mereka, anak-anak ku selalu menyusup dan berubah

ke satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.”

“Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa akannya.”

Berkata lagi Iblis tersebut: “Tahukah kamu wahai Muhammad? Bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya sembuh seketika. Aku terus meggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”

Cara Iblis Menggoda

Iblis menyambung ceritanya: “Tahukah kamu wahai Muhammad? Dusta berasal dari diriku. Akulah mahluk pertama yang berdusta. Pendusta adalah sahabatku. Barang siapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku. Tahukah kau Muhammad? Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa derngan nama Allah bahwa aku benar-benar menasihatinya. Sumpah dusta adalah kegemaranku. Ghibah (gosip) dan Namimah (adu domba) kesenanganku. Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata-kata cerai,isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. Jadi semua anak-anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, iaitu Cerai.”

Iblis menyambung: “Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur-ngulur (melambat-lambatkan) solat, Setiap ia hendak berdiri untuk solat, aku bisikkan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia menundanya hingga ia melaksanakan solat di luar waktu, maka solat itu dipukulkannya ke mukanya.”

“Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya lihat kiri dan kananmu, ia pun menoleh. Pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku ucapkan ‘solatmu tidak sah’. Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul?”

“Jika ia solat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. Iapun solat seperti ayam yang mematuk beras. Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjama’ah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkan sebelum iamam. Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.”

Iblis menyambung lagi: “Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaitan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. dan ia pun semakin taat padaku.”

Iblis berkata kepada Rasulullah: “Kebahagiaan apa untukmu, sedangkan aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. Aku katakan padanya, ‘Kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan miskin tidak. Jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’ Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat, maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.”

“Wahai Muhammad, apakah engkau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari Islam?”

10 Permintaan Iblis Kepada Allah SWT

Rasulullah bertanya pula kepada Iblis: “Berapa yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“10 macam”

“ Apa saja?”

“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman, “Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak.

Dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan” (Qs Al Isra :64).

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan bercampur dengan riba. Aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.”

“Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah. Maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaitan.”

“Aku minta kepada Allah agar aku bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal. Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku. Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai ‘masjid’ku. Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai ‘kitab’ku.

Aku minta agar Allah memberikan saudaraku, maka ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku. Allah berfirman, “Orang-orang boros (membazir) adalah saudara-saudara syaitan. “(Qs. Al – Isra:27).

“Wahai Muhammad, aku juga meminta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku. Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia. Allah menjawab, “Silakan,” aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. Sebahagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”

“ Iblis  berkata lagi  : “Wahai Muhammad, aku tak bisa meyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikkan dan menggoda,”

“Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorang pun. Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya Rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun dimuka bumi ini.

Aku  hanya bisa menjadi penyebab untuk orang telah ditentukan sengsara. Dan Engkua Ya Rasul Allah telah menjadi penyebab bagi orang yang bahagia /diberi rahmat .. mereka orang yang telah ditulis bahagia sejak diperut ibunya.  Dan Aku hanyalah penyebab bagi orang yang sengsara / celaka ..  mereka orang yang telah ditulis sengsara / celaka semenjak dalam kandungan ibunya.” (nafi makhluk, Isbatkan Allah)

Rasulullah SAW lalu membaca ayat berikut: “Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud : 118 – 119). Juga membaca, “Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (Qs Al-Ahzab :38). Iblis lalu berkata: “Wahai Rasul Allah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering.

Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para Nabi dan Rasul, pemimpin penduduk syurga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin makhluk-makhluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. Aku si celaka yang terusir. Ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. Dan aku tidak sesekali berbohong.”

Begitulah kisah mengenai Iblis, yang telah dipersaksikan kehadapan Baginda Rasulullah saw tanpa ada sedikit pun penipuan dalam percakapannya. Maha Suci Allah yang menciptakan berbagai-bagai ragam Makhluk-Nya. Hanya tinggal untuk membuat pilihan antara kita, sama ada jalan ‘benar’ atau jalan sebaliknya yang hendak kita pilih dalam mendapatkan Redha Allah swt.

Sumber :

Kitab Sajaratul Kaun oleh Muhyidin Ibnu Arabi

IBLIS SANG PENCINTA SEJATI

 

IBLIS SANG PENCINTA SEJATI

Judul Asli :     إبليس حبيب صحيح  

Anugerah tertinggi sang kekasih bagi sang pencinta rasa damai tidak bisa diperoleh oleh hati yang masih membenci,kendati ditujukan kepada iblis atau syetan, demikianlah seorang sufi wanita Rabi’ah Al Adawiyah tidak menyisakan ruang di dalam hatinya untuk membenci setan.,Ketahuilah, Bahwa hakikat segala sesuatu adalah Allah Azzawajallahu, demikian juga dengan hakikat iblis… Iblis bukanlah makhluk yang patut dibenci, Al-Hallaj mengakui bahwa iblis adalah figur sang pencinta sejati, seorang yang teguh, ia adalah sang mursyid bagi para malaikat-Nya.. Iblis adalah sosok “ figur sempurna ” bagi para pencinta Kebenaran , kecintaan mutlaknya kepada yang Maha pencipta alam semesta, tidak diragukan lagi.. ujian penderitaan dari sang kekasih diterimanya tanpa bertanya dan  menentang .

Hazrat Sarmad menganjurkan manusia agar berguru Tauhid Murni kepada iblis. Ahmad al-Ghazali (adik Imam Ghazali) menilai bahwa manusia yang tidak tahu hakikat iblis, masih belum beriman, cenderung terperosok menduakan Allah.

Dialog antara Allah dan iblis ,di dalam Alquran sangat simbolik. Sebetulnya Allah sedang mengajari kaum Adam dan para malaikat tentang ” Mahabbah ” adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan  tertinggi kepada-Nya,  Melalui tindakan iblis di dalam Al Qur’an dikatakan iblis termasuk golongan jin, menurut makna jin disini dalam pengertian “ asing ” bagi komunitas malaikat, yang artinya berasal dari ras yang lain.

Ia bernama Azazil dan selanjutnya hidup di kalangan malaikat, Ia berbakti kepada Allah ribuan tahun lamanya hingga derajat kerohaniannya mencapai derajat malaikat agung, dalam khazanah Sufi, sesungguhnya malaikat merupakan makhluk yang memiliki kesadaran rohani yang tinggi dan berwujud cahaya,

Ketika Allah memerintahkan para malaikat bersungkur sujud di hadapan Adam     mereka semua bersujud, kecuali Azazil..

Maka terjadi dialog antara Allah dengan Azazil seperti diterangkan dalam kitab at-Tawasin karya besar Mansur al-Hallaj:

Allah bertanya pada Azazil,  ” Mengapa kau enggan bersujud pada Adam ? ”,

Azazil menjawab,  ” Tiada yang patut kuagungkan selain Diri-Mu ”.

Allah bertanya balik,  ”  Meskipun kau akan menerima kutukan-Ku ?  ”.

Azazil menjawab, ”  Tidak mengapa, karena hasrat hatiku tak sudi condong pada yang lain selain Diri-Mu  …

Kemudian Azazil bersyair: “ Kendati Kau membakarku dengan Api Suci-Mu yang menyala-nyala untuk selamanya , aku tak akan pernah sudi tunduk pada kesadaran ego (manusiawi) pernyataanku berasal dari hati yang tulus dalam Cinta aku memiliki kemenangan, bagaimana tidak ?”

Azazil melanjutkan syairnya: “Sesungguhnya tiada jarak yang memisahkan Dikau denganku ketika tujuan tercapai kedekatan dan jarak adalah satu,  kendati aku ditinggal derita keadaan itu akan menjadi karibku jika Kasih itu satu, bagaimana kita bisa berpisah? dalam kemurnian yang mutlak, Diri-Mu kuagungkan bagi seorang hamba dengan hati yang benar bagaimana dia menyembah sesuatu selain Dikau ?”

Ribuan kali, Yang Maha Mengetahui memerintahkan Azazil bersujud, tetapi dia tetap enggan,..

lalu ia bersyair: “Ya Allah, segala sesuatu termasuk diriku ini adalah milik-Mu Kau telah memberikan ku pilihan, namun Kau telah menentukan pilihan-Mu bagiku,  jika Engkau melarangku dari bersujud, Kau adalah Pelarang, Jika aku salah paham, jangan Kau tinggalkan daku, jika Kau menginginkanku bersujud dihadapannya, hamba patuh namun tak seorangpun lebih mengetahui tentang Maksud-Mu selain Nuraniku ini”..

Atas penolakannya, Yang Maha Pengasih menganugerahkan “Kafir” pada Azazil berupa kutukan dan penderitaan.. dengan pasrah, tanpa bertanya lagi, tanpa mengeluh, ia menerima Anugerah-Nya yang tertinggi, sekaligus terberat.

Catatan :

Kenapa Iblis menerima begitu saja tanpa menolak kutukan Allah? Tidak protes sedikitpun? Namun Sekiranya Allah menganugerahkan Murtadin kepada Azazil, niscaya dia akan menolak, iblis tahu, kekafiran adalah menyembah selain Allah, dan iblis tidak pernah meNuhankan selain Allah, sangat jauh berbeda jika dikatakan Murtad, Murtad berarti meninggalkan Allah dan menyembah kepada sembahan lain, dan Azazil tidak akan pernah melakukan itu.

Mulai dari sinilah Rencana Allah untuk membuat Surga dan Neraka berfungsi sebagai tempat kembali bagi manusia, dan Dunia ini sebagai ciptaan bagi manusia mengarungi kehidupan dan cobaan dari Allah. Sekiranya Allah memberi pengetahuan kepada Iblis akan keutamaan Adam, dan mengetahui bahwa sujud kepada Adam adalah sujud perhormatan kepada Hakikat Muhammad pada diri Adam, dan bukan sujud penyembahan, niscaya Iblis ( Azazil ) akan bersujud. Tapi tidak demikian adanya, karena Iblis sendiri akan diberi Tugas Oleh Allah, sebagai bahan cobaan dan ujian (penguji) bagi hamba-hamba Allah yang beriman.

Sekiranya Iblis bersujud kepada Adam, maka Dunia ini tidak akan di huni oleh manusia, dan firman Allah “ Aku jadikan Manusia untuk menjadi Khalifah dimuka Bumi “ menjadi tidak terlaksana, Maha Suci Allah dari kekurangan dan kesalahan, Maha sempurna Allah Atas segala RencanaNya.

Jika Bumi ini tidak dihuni Oleh manusia sesuai dengan rencana Allah tadi, maka Surga dan Nerakapun akan menjadi ciptaan yang sia-sia adanya, Maha Suci Allah dari segala kekurangan dan Rencana Allah itu Sempurna.

Maka Jadilah Sang Iblis sebagai Penguji, Para Nabi dan Rasul sebagai Guru pembimbing  bagi manusia, Alquran sebagai Mata Pelajaran dan Al Hadist sebagai pedoman didalam memahami Mata Pelajaran tersebut.

Kembali kepembahasan awal kita.

Sang kekasih bertanya,   Tidakkah kau menolak Anugerah-Ku ?  ”

Azazil, sang pencinta sejati menjawab, ” Dalam Cinta di sana ada penderitaan di sana pula ada kesetiaan dengan begitu, seorang pencinta menjadi sepenuhnya matang berkat kelembutan dan keadilan sang kekasih ”

Claim Azazil yang mengatakan bahwa ia terbuat dari api dan Adam dari tanah, sehingga ia enggan bersujud, sangat simbolik. seorang Azazil dengan “Kesadaran Ilahi”-nya mustahil mempermasalahkan hal-hal fisik jasadi semacam itu melalui cermin Azazil,

Sebenarnya ” Yang Maha Mengetahui sedang mengajarkan manusia tentang bahaya ego dan kesombongan akibat kesadaran rendah “, di sisi lain Dia mengajari para malaikat tentang kecintaan murni model Azazil,  di sisi lain lagi, melalui para malaikat, Dia mengajarkan kesalehan pada manusia. Alhasil, sesungguhnya iblis merupakan Guru yang mengajarkan kesalehan pada para malaikat dan para malaikat mengajarkan kesalehan itu pada manusia.

Pada saat yang sama, Iblis mempertunjuk kan jalan keburukan pada manusia, agar manusia menghindarinya, tampak bertentangan..  ibarat kain bagus yang ditenun di atas bahan kasar , dengan kata lain, “ barang siapa tidak mengenal keburukan maka tidak mengenal kebajikan .”

Rencana  Ilahi  ini  penuh  makna, ibarat penyamaran, bersujud kepada Adam bukanlah perintah  melainkan ujian.

Iblis mengetahui hal ini melalui bisikan-Nya lewat  Nuraninya.iblis sebagai pencinta sejati, begitu pula “ Muhammad ”, simbolik bagi para Nabi, Rasul dan Para Wali, mereka adalah perangkat Ilahi, sebagaimana iblis.

Catatan :

Sekali Lagi, Jika Iblis sujud kepada Adam, maka manusia tidak akan menjadi khalifah diatas bumi, tidak akan diturunkan 4 Kitab Suci, tidak akan diturukan Para Nabi dan Rasul, dan yang terakhir, Surga dan Nerakapun akan menjadi ciptaan yang sia-sia. Pernyataan Allah didalam Alquran : “ Iblis adalah musuh yang nyata bagimu “ ini adalah secara sar’i, yakni secara lahiriyah, bukan secara hakikat. ( Kenalilah Musuhmu, maka kamu akan mengalahkannya)

Catatan :

Mari kita mengupas sedikit firman Allah yang berbunyi

“ Wa Ma Khalaktul Jinna Wal Insa Illa Liya’budun “

“Dan Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk menyembah kepadaKu”

Dalam ayat Lain Allah berfirman , yang Artinya “ Aku Allah Cahaya langit dan Bumi, Aku bimbing kepada cahayaKu, mereka yang aku kehendaki, dan aku tutup hati mereka yang aku kehendaki… Dan Wahai Muhammad, datang kepada mereka petunjuk atau tidak datang kepada mereka, mereka tetap tidak akan beriman”

Kalau kita melihat kedua ayat tersebut, seakan-akan terjadi kontroversi, pada ayat pertama Allah hanya menciptakan Jin dan Manusia untuk menyembah kepadaNya.

Akan tetapi pada Ayat kedua, sangat jelas bahwa keiman seseorang, atau suatu kaum itu karna kehendak Allah, dengan ijin Allah “ datang kepada mereka petunjuk atau tidak, mereka tetap tidak akan beriman” kecuali jika Allah membimbing kepada cahayaNya. ( Maka berbahagilah kita yang menganut Addinul Islam ) karna kita termasuk mereka yang dibimbing Allah kedalam cahayaNya.

Sebenarnya kedua Ayat tersebut memiliki makna yang sama, ayat pertama memiliki kandungan yang harus ditafsirkan dulu menurut tatabahasa dan bentuk kalimat serta Hurufnya. Kita lihat Kalimatnya

“ Wa Ma Khalaktul …… )

Allah memakai kalimat MA untuk mengatakan TIDAK, bukan dengan kalimat LA, menurut pengertian kalimat MA itu bukan berarti TIDAK yang benar-benar TIDAK pada hakikatnya, Tetapi TIDAK yang memiliki makna ada yang selainnya.

Sebagai Contoh : ketika malaikat Jibril menemui Rasullah dan membawa Ayat Pertama Ikra :

’ Ikra’ Bismirabbika…..

“ Bacalah dengan Nama Tuhanmu “

Rasulullah menjawab :

“ Wa Ma ana biqori “

, Saya tidak bisa membaca, Rasulullah menjawab seperti itu bukan berarti Rasulullah benar- benar tidak bisa membaca, hanya saja Malaikat Jibril menyerukan kepada Rasulullah untuk membaca, tapi tidak membawa sesuatu yang bertulis untuk dibaca, jelas saja akan ada jawaban “ saya tidak bisa membaca “ karna tidak ada yang sesuatu yang bertuliskan yang bisa dibaca.

Kita lanjutkan lagi, sekiranya Allah Memakai Kalimat La pada ayat tersebut diatas, menjadi

” Wa La Khalaktul Jinna Wal Insa Illah liya’ budun “

Niscaya semua Manusia diatas bumi ini akan berada dalam satu Addin, yakni Islam. Jika demikian Maka Neraka akan menjadi ciptaan yang sia-sia pula, jadi semua hal ini saling terkait, mulai dari penciptaan Nasf ( nafsu), ke engganan Azazil ( Iblis) untuk sujud kepada Adam, Penciptaan Bumi dan Kekhalifaan Manusia diatas Bumi ini.

Nabi Muhammad pernah mengalami test serupa, Beliau diperintahkan-Nya, ” Lihatlah ” Beliau tidak bergeming, tidak berputar ke kanan, tidak pula ke kiri   ( beliau tahu bahwa Dia bersemayam di Dalam Diri ).

” Jangan mengkambing hitamkan iblis atas perilaku buruk kita,  manusia benar-benar mandiri dan bertanggung jawab sendiri untuk memilih jalan yang baik atau buruk  dengan Ijin allah“.

Mari kita melihat sedikit percakapan antara Rasulullah dengan Azazil ( Iblis ) : yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a.

Azazil berkata : “Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak bisa menyesatkan sedikit pun. Akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi. Andaikan saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak membiarkan segelintir manusia pun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan dua kalimat Syahadat, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya’. Tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak untuk memberikan hidayah sedikit pun kepada siapa saja. Akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanat dari Allah.

Andaikan engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orang kafir pun di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai argumentasi (Hujjah) Allah SWT terhadap mahluk-Nya.

Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah sebagai orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya”.

Baik  dan buruk  hanyalah refleksi Kebenaran . Dan Allah di atas baik dan buruk, di atas cahaya dan kegelapan.. Nur ‘ala Nur, Allah itu Nur di atas Nur

Renungkan syair Azazil berikut:

“Ya Allah, Engkau membebaskanku karena selubungku terbuka, Engkau membuka selubungku karena KeesaanKu membuatku satu dengan-Mu, dari perpisahan demi Keberadaan-Mu Yang Nyata aku tak bersalah telah bersekongkol dalam kejahatan, tidak pula menolak nasibku tidak pula gelisah dengan perubahan yang kualami, dan aku bukanlah orang yang membentang-kan di hadapan manusia jalan kesesatan !”

Semoga dapat menyejukkan kalbu, mendamaikan hati, sehingga hati kita hanya terisi dengan Cinta Kasih, dan serta merta dunia pun akan damai ! Kebenaran hanyalah Milik Dia Yang Maha Benar Dan Maha Mengetahui.

Judul Asli :     إبليس حبيب صحيح  

Dari Kitab : As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil

Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili

PERILAKU SYETHAN & CARA MENGATASINYA

PERILAKU SYETHAN & CARA MENGATASINYA

Mereka tidak dapat dilihat dan tidak dapat dijangkau oleh mata, tapi pasti keberadaan mereka itu ada wujudnya. Mereka mampu melihat manusia dari arah yang tak disadari oleh manusia.

• Mereka bisa masuk atau menempel pada segala benda, karena mereka adalah makhluk yang sangat halus. 

•  Dan mereka bisa menyerupai atau masuk (penunggu) kedalam kain, batu atau cincin, besi, keris, pedang dan lain sebagainya.

• Dan mereka menyamarkan diri pada setiap benda dan tempat-tempat di sekitar kita. Dan membentuk diri dalam wujud *ORBS* (bundaran samar), 

• Syethan diberikan kemampuan oleh Allah untuk *MENYUSUP* ke benda terutama boneka, 

• Syethan bisa *MENGGERAKKAN* benda termasuk tubuh manusia tanpa menyentuh.

• Syethan bisa *MENGUBAH DIRI* mereka seperti bentukan tertentu terutama yang _menyeramkan. 

• Syethan bisa bergerak secepat *ANGIN.* 

• Syethan juga *mendekati* atau *menyertai* orang yang _mabuk, berhadats besar, lalai dari dzikir dan berma'shiyyat,_ dan Mengganggu orang yang tidak berdoa perlindungan kepada Allah.

 • Syethan mempermainkan orang yang _emosi meledak-ledak,_ 

• Syethan mewas-wasi (mengalihkan fikiran kepada urusan duniawi) orang yang hendak / sedang _beribadah._


PENAMPAKAN SYETHAN

Mereka membuat ketakutan dan bahkan mencelakakan manusia dengan berbagai cara, baik dijalanan, digunung, di tempat sepi dan di air. Terutama mereka yang tidak berdzikir kepada Allah (Lalai/Melamun). Mereka menampakan diri dengan BERBAGAI BENTUK RUPA MENYERAMKAN ATAU MENJIJIKKAN. 

Mereka memang dimampukan Allah untuk dapat berbuat seperti itu. Saat menampak itu sebenarnya syethan itu dalam kondisi terlemah, sehingga dapat dipukul atau dibunuh. Namun tidak semua orang berani dengan penampakan, maka hal itu akan dapat mencelakainya.


MENYURUP & MENYIHIR

Iblis dan syethan itu suka "berpura-pura" tak ada dan seakan-akan tak terpengaruh dengan doa-doa, padahal mereka dalam keadaan kepanasan dan tersiksa. Mereka melemahkan manusia (menimbulkan rasa takut)  dengan bentuk-bentuk sihir mereka. Jika manusia kalah atau ketakutan baru kemudian merasuki manusia. Ketahuilah, jika Keyakinan dalam diri manusia itu mantab atau kokoh, tak akan dapat dirasuki oleh Iblis dan syethan itu.

Dan kita harus berhati-hati terhadap tipu daya licik mereka dengan jalan mohon perlindungan kepada Allah Ta'ala.


DOA MENGALAHKAN IBLIS DAN SYETHAN


Seberapapun hebatnya iblis dan syethan itu membuat tipu daya, tetap saja mereka itu lemah. Sesungguhnya Allah menyatakan bahwa tipu daya mereka adalah sangat SANGAT LEMAH.


Dan hanya dengan Perlindungan dan Pertolongan Allah melalui doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wasallam, Insyaa Allah akan selamat dari kejahatan tipu daya dan kejahatan perbuatan Iblis dan syethan.


Mereka dapat dilemahkan dan dihancurkan dengan Kalimat-kalimat Allah yang Sempurna,  misal dengan bacaan bacaan Alquran atau dengan Adzan, dengan Doa-doa Perlindungan, dengan Hizib-hizib dan dengan Shalawat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wasallam.


Kebanyakan dari jinn itu pongah atau sombong dan sebagian mereka banyak melakukan penipuan penipuan kepada manusia agar manusia terpeleset dari iman yang benar. Sehingga kita tidak dapat mempercayai mereka sedikitpun apalagi 100% pada kelakuan dan tingkah mereka termasuk pada perkataan mereka. Karena pada dasarnya apapun yang dikatakan oleh golongan golongan terutama jinn-jinn pengganggu pembantu iblis, ifrit dan bala tentaranya.


Itu hanyalah upaya-upaya mereka menipu manusia dengan cara menghilangkan konsentrasi manusia dari hal-hal yang seharusnya manusia selalu berkonsentrasi kepadanya dan upaya melalaikan manusia dari  mengingat Allah atau dzikrullohi dan tentang hari akhirat. Semua itu dalam rangkaian upaya menjerumuskan manusia kepada kesesatan dan  kerugian dalam kehidupan dunia dan akhirat.


Ada pula sebagian jinn yang menyerap energi dari manusia berupa ilmu-ilmu yang ada dalam diri manusia ataupun kondisi-kondisi psikologi di dalam diri manusia hal itu dijadikan oleh mereka sebagai energi tambahan untuk menambah kekuatan mereka.


Tidaklah mudah untuk dapat bebas dari kejahatan dan gangguan mereka selain orang-orang yang ikhlas tawakal kepada Allah sebagaimana yang difulirmankan oleh Allah di dalam Alquran.


Tidak mudah hanya dengan mengandalkan ilmu yang ada pada diri manusia dalam bentuk kekuatan-kekuatan tertentu Karena pada dasarnya setiap ilmu itu ada kelemahannya dan setiap orang yang mempunyai ilmu ada batasan tertentu sehingga dapat dikalahkan oleh mereka yang mempunyai ilmu yang lebih tinggi daripada nya.


Tidak ada daya dan upaya selain dengan pertolongan allah ! bahwa menghadapi jinn syethan adalah perkara yang tidaklah mudah ! itu karena kelicikan mereka dan kelalaian manusia ! Tidak ada yang dapat kita andalkan dari apa yang ada pada diri kita sendiri ini. seluruhnya bergantung kepada perlindungan allah dan pemeliharaannya. Kita tak melihat dan bahkan tak menyadari mereka para jinn dan syethan itu. dan tidak pula selalu dapat terlepas dari gencarnya bujuk rayu tipuan syethan, sehingga banyak yang tergelincir kejalan yang sesat tanpa disadari. merasa sudah benar dan baik baik saja ..... ternyata mengikuti hawa nafsu juga.


IBLIS & NAMA-NAMA KETURUNAN SERTA TUGAS-TUGASNYA

 IBLIS & NAMA-NAMA KETURUNAN SERTA TUGAS-TUGASNYA


Sebagai makhluk yang paling dimuliakan Tuhan, manusia patut bersyukur atas segala karunia yang diberikan oleh-Nya. Manusia diciptakan dengan bentuk terbaik, dari segi fisik maupun nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam jiwa. Manusia bahkan bisa lebih mulia dari para malaikat jika dapat memaksimalkan karunia akal dan mengendalikan nafsunya. Namun juga dapat lebih rendah dari binatang jika hawa nafsunya dibiarkan liar tidak terkendali.   Salah satu bentuk kasih sayang Tuhan kepada manusia adalah memberinya peringatan agar berhati-hati menghadapi tipu daya Iblis. Sesungguhnya Iblis muncul di segala sudut kehidupan manusia. Ia menyusup melalui setiap sel darah manusia, mengelabui setiap informasi yang dikirim oleh panca indra ke otak lalu ke hati, yang merupakan benteng pertahanan terakhir. Allah secara terang-terangan menyebut bahwa Iblis adalah musuh yang nyata bagi manusia. Dalam Surat Yasin ditegaskan:



أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 



“Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu" (QS Yasin: 60).  



Iblis sangat membenci kepada anak cucu Adam karena dendam kesumat yang melandanya. Jauh sebelum diciptakannya Nabi Adam, Iblis adalah pribadi yang tekun beribadah, bahkan ibadahnya melampaui para malaikat. Iri hati dan kesombongan yang membuat Iblis menjadi makhluk Tuhan yang terkutuk. Iblis disuruh Tuhan sujud kepada Adam, tapi ia menolaknya, di saat yang bersamaan para malaikat dengan penuh kerendahan hati melaksanakan perintah sujud tersebut.   Iblis merasa lebih mulia dari Adam, karena ia diciptakan dari api sedangkan Adam hanya dari tanah. Karena arogansi dan pembangkangannya itulah, Iblis diusir dari surga, ia mendapat laknat dari Tuhan selama-lamanya hingga hari kiamat.



Mulai saat itulah Iblis secara terang-terangan menyatakan permusuhannya kepada Adam dan anak cucunya. Bahkan, menurut sebagian ulama, kebencian Iblis kepada anak cucu Adam jauh lebih besar dari pada kepada Nabi Adam sendiri. Pertimbangannya karena Iblis diciptakan dari api, anak cucu Adam dari air, sementara Adam dari tanah liat. Sisi kontradiksi api dengan air lebih besar dari pada dengan tanah liat. Iblis benar-benar menjadi musuh besar bagi manusia (Syekh Al-Fakhr al-Razi, Mafâtîh al-Ghaib, [Beirut: Dar al-Fikr], juz 13, hal. 98).  



Iblis mengancam manusia dengan tujuh ancaman, empat di antaranya ada di Surat al-Nisa’ sebagai berikut: 



وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذانَ الْأَنْعامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْراناً مُبِيناً 



“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata” (QS al-Nisâ’: 119).  



Dan tiga di Surat al-A’raf:  



قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ * ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ  



"Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (QS Al-A’raf: 16-17).  



Keturunan dan Prajurit Iblis Berikut Tugas-Tugasnya Seorang pakar tafsir terkemuka, Imam Mujahid sebagaimana dikutip Syekh Abdurrauf al-Manawi menyebutkan bahwa Iblis memiliki keturunan dan prajurit yang terstruktur rapi, mereka bekerja sesuai bidangnya masing-masing.



Berikut penjelasannya :



1. ASY-SYABRU



Makhluk satu ini selalu berurusan dengan segala bentuk cobaan yang menimpa manusia. Setiap kali manusia mendapatkan cobaan akan dibuatnya galau dan tidak sabar menerimanya. Segala ekspresi berlebih di kala mengalami musibah seperti menangis histeris, depresi, mengamuk dan tradisi Jahiliyyah lainnya berhubungan dengan pengaruh al-Syabru.  



2. AL-A'WAR



Bertugas di bidang tindak asusila. Cucu Iblis inilah yang mengajak manusia melakukan hubungan seks bebas dengan lawan jenis. Al-A'war mampu memberikan tegangan tinggi di bagian kemaluan pria dan wanita untuk menambah gairah melakukan hubungan terlarang.  



3. AS- SAUTH  



Inilah mungkin cucu Iblis yang paling berhasil di bidangnya. Cucu Iblis yang satu ini bekerja di bagian pemberitaan. Ia berperan meracuni sebuah berita dengan penuh kedustaan. Maraknya penyebaran isu-isu yang tidak jelas dasar kebenarannya merupakan andil besar dari cucu Iblis yang satu ini.  



4. AD-DASIM  



Berperan menghancurkan keharmonisan rumah tangga pasangan suami istri. Pengaruhnya akan semakin cepat menjalar jika suami hendak memasuki rumah tanpa terlebih dahulu mengucapkan salam terhadap keluarga yang ada di rumah atau tidak dalam kondisi berdzikir.  



5. AZ-ZALANBUR  



Ia selalu stand by di pasar-pasar. Cucu Iblis satu ini yang membuat para pebisnis di pasar rentan melakukan tindak penipuan dan kecurangan dalam bertransaksi. Janji-janji palsu pedagang terhadap konsumen merupakan tipu daya dari al-Zalanbur.  



6. AL-WALHAAN  



Keturunan Iblis satu ini bertugas mengganggu urusan bersuci manusia. Setiap manusia dibuatnya selalu ragu-ragu dan was-was saat berwudlu, mandi atau aktivitas thaharah lainnya. al-Walhân mempengaruhi manusia untuk menggunakan air secara berlebihan.  



7. AL-KHONZAAB



Anak Iblis satu ini secara khusus menganggu shalatnya manusia. Anak cucu Adam dibuatnya malas shalat, melanggar etika shalat, melakukan hal-hal yang dapat membatalkan shalat, tidak khusyu’ saat shalat dan lain-lain (Syekh Abdurrauf al-Manawi, Faidl al-Qadir, juz 2, hal. 503).  



Masih banyak lagi beberapa tentara Iblis yang bertugas membawa misi besar penyesatan terhadap manusia secara masal. Menurut satu riwayat, setiap hari Iblis bisa melahirkan anak dengan jumlah besar sesuka dia. Setiap prajurit yang berhasil menyesatkan manusia, dijanjikan Iblis mendapat mahkota yang tinggi sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Hibban, al-Hakim dan al-Thabrani dari haditsnya Abi Musa al-Asy’ari berupa hadits marfu’ (Syekh Badruddin al-‘Aini, Umdah al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, juz 15, hal. 168).  



Iblis dan para prajuritnya sadar benar bahwa vonis kutukan Tuhan takan pernah dicabut kembali, sehingga mereka bergerilya bahu-membahu dari generasi ke generasi dengan satu misi untuk menjerumuskan manusia yang mereka anggap sebagai anak emas Tuhan. Oleh sebab itu, penting bagi manusia untuk mewaspadai gerakan mereka, di antaranya dengan MEMPERBANYAK DZIKIR, MEMPERBANYAK SHALAT, RAJIN MEMBACA AL-QUR’AN, BERSEDEKAH, MENEBAR KEDAMAIAN ANTAR SESAMA DAN AMAL IBADAH LAINNYA yang dapat membentengi manusia dari gangguan Iblis.  



Godaan Iblis tidak hanya kepada orang-orang awam tapi juga menyerang orang-orang saleh dan ulama, bahkan lebih gencar. Setinggi apa pun kualitas ibadah dan keilmuan manusia, Iblis akan terus berusaha menyesatkannya selama manusia masih hidup. Tidak sedikit mantan orang saleh dan ulama yang dijerumuskan Iblis sehingga mengalami akhir hayat yang buruk, na’ûdzu billahi min dzalik.


Oleh karenanya para ulama tasawuf mengajarkan agar tidak mudah jumawa atau memvonis buruk kepada orang lain, sebab kita tidak akan pernah mengetahui akhir dari kehidupan kita. Semoga kita senantiasa diberi perlindungan oleh Allah dan mendapat husnul khatimah.