PENGLIHATAN MATA ITU BISA MENIPU KARENA TAK MAMPU MENJANGKAU NIAT. MAKSUD DAN I'TIQOD DALAM HATI SESEORANG,
TAKUTLAH KEPADA ALLAH ! JANGANLAH MELAMPAUI HAK KEWENANGAN ALLAH YANG MAHA MENGETAHUI !
Al Quthbil Ghowts Robbaanii Muchyiddiin Abaa Muchammadin Sayyidina Asy Syaikh 'Abdul Qoodiri Jiilaaniy Qoddasallaahu Sirrohu
Pada suatu ketika Asy Syaikh 'Abdul Qodir Jilaniy melakukan perjalanan bersama murid-muridnya. Beliau berpapasan dengan seorang pemabuk . yang tampaknya sedang mabuk berat. Pada saat itu tak disangka pemabuk itu menghentikan perjalanannya Syaikh 'Abdul Qodir Jilaniy dan murid muridnya. Dan kemudian si Pemabuk itu akan menanyakan 3 buah pertanyaan :
WALAA TAJASSASU
(Janganlah Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain)
SIKAP SEORANG MU'MIN SAAT MENDENGAR BERITA MIRING (FITNAH) TERHADAP SESAMANYA
✓ Pembawa berita bohong tidak membawa akibat buruk bagi yang mereka yang dituduh. Penyebar berita bohong akan dapat siksaan dari Allah atas dosa yang dibuatnya. Dan yang paling berperan akan mengambil bagian siksaan yang terbesar.
Lihat di Q.S An-Nur [24] : 11 ini :
اِنَّ الَّذِيْنَ جَاۤءُوْ بِالْاِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنْكُمْۗ لَا تَحْسَبُوْهُ شَرًّا لَّكُمْۗ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۗ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْاِثْمِۚ وَالَّذِيْ تَوَلّٰى كِبْرَهٗ مِنْهُمْ لَهٗ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Terjemahan
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula).
✓ Semestinya seketika beredar berita-berita bohong (fitnah) itu orang-orang yang beriman harusnya meletakkan sangka yang baik kepada sesama Muslim Mu'min lalu berkata Ini berita bohong belaka !
Lihat di Q.S An-Nur [24] : 12 ini :
لَوْلَآ اِذْ سَمِعْتُمُوْهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بِاَنْفُسِهِمْ خَيْرًاۙ وَّقَالُوْا هٰذَآ اِفْكٌ مُّبِيْنٌ
Terjemahan
Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu (?) dan berkata, “Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata !"
✓ Semestinya mereka membawa empat orang saksi, jika tidak berarti dinilai pendusta.
Lihat di Q.S An-Nur [24] : 13 ini :
لَوْلَا جَاۤءُوْ عَلَيْهِ بِاَرْبَعَةِ شُهَدَاۤءَۚ فَاِذْ لَمْ يَأْتُوْا بِالشُّهَدَاۤءِ فَاُولٰۤىِٕكَ عِنْدَ اللّٰهِ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ
Terjemahan
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak datang membawa empat saksi? Oleh karena mereka tidak membawa saksi-saksi, maka mereka itu dalam pandangan Allah adalah orang-orang yang berdusta.
✓ Fadhol dan Rahmat Allah meliputi dunia akhirat, sehingga Allah mencegahkan Adzab-NYA sebab menggunjingkan berita bohong !
Lihat di Q.S An-Nur [24] : 14 ini :
وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِيْ مَآ اَفَضْتُمْ فِيْهِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Terjemahan
Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita bohong itu).
✓ Jangan langsung menyambut berita bohong itu dari pernyataan ke pernyataan, sedangkan berita itu tidak diketahui secara nyata. Sikap seperti itu adalah dosa besar pada Pandangan Allah.
Lihat di Q.S An-Nur [24] : 15 ini :
اِذْ تَلَقَّوْنَهٗ بِاَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ بِاَفْوَاهِكُمْ مَّا لَيْسَ لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ وَّتَحْسَبُوْنَهٗ هَيِّنًاۙ وَّهُوَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمٌ ۚ
Terjemahan
(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.
PERKARA PERKARA GHAIB DALAM HATI MANUSIA HANYA ALLAH YANG MENGETAHUINYA.
Perkara Perkara Yang Di Dalam Hati Manusia adalah termasuk perkara ghoib yang bukan wewenang manusia untuk menghukuminya. Syari'at Islam tidak mengatur atau membolehkan seseorang men-vonis atau menuduh sesuatu yang masih tersembunyi di dalam hati manusia, sebab perkara itu bukan kewenangan manusia.
Diantaranya Perkara-perkara Itu Adalah Sebagai Berikut:
• TAWBAT HATI SESEORANG
Seseorang bisa saja diketahui telah berbuat maksiat pada setahun dua tahun atau bahkan sebulan atau dua bulan yang lalu atau bahkan lebih dekat daripada itu. Jika perkara kemaksiatan atau perbuatan salah dari seseorang itu telah terlampau oleh waktu, akan sangat mungkin bahwa ia telah bertaubat kepada Allah dari kemaksiatan yang pernah ia lakukan itu dan tak mengulanginya kembali.
Pertanyaan: Apakah seseorang mau menceritakan soal pertaubatannya kepada Allah atas setiap dosa yang ia lakukan kepada manusia ? Hal itu sama saja menceritakan perbuatan dosanya sendiri kepada manusia, sedangkan itu di larang Syari'at Islam.
Pertanyaan: Apakah orang lain diberikan kewenangan atau diperbolehkan untuk mengawasi perilaku saudaranya seiman seagama ? Atau boleh menyelidiki perilaku sesamanya agar dapat diketahui perbuatan dosanya ?
Pertanyaan: Apakah boleh jika perbuatan dosa saudaranya dijadikan berita dan diangkat sebagai perbincangan atau di ghibah dimana mana ?
Pertanyaan: Apakah yang mengetahui perbuatan dosa seseorang diperbolehkan mengungkitnya kembali, padahal waktu telah berlalu ? Tentu tidak, semuanya itu sangat di larang oleh agama !
Pertanyaan: Apakah seseorang bisa mengetahui pertaubatan hati seseorang kepada Allah ????
Penyebar berita dosa sesama itu tidak pernah mengetahui isi hati manusia ! Dan tak akan mampu mengetahui sudahkah bertaubat dan kapankah saudaranya bertaubat ?Pastilah tidak akan pernah tahu Urusan Hati Yang Bertaubat ! Lalu mengapa ia mengurusi perkara hati orang lain yang tidak pernah ia ketahui kenyataannya ?
Bisa jadi seseorang bertaubat sesaat dalam waktu dekat setelah ia melakukan kesalahan atau dosa dosa ! Yang bersangkutan telah bertaubat, tetapi manusia lain tak pernah mampu mengetahuinya dan menyaksikannya, lalu mengapa manusia lain meng-ghibah kesalahan atau maksiat seseorang dimasa yang telah lalu, sementara yang bersangkutan telah bertaubat kepada Allah ?
• NIYYAT HATI SESEORANG
Apakah seseorang mampu mengetahui niatan orang lain yang tercanang di dalam hatinya ? Sudah pasti hanya Allah yang mengetahui niatan hatinya dan orang yang bersangkutan saja .
Pertanyaan: Apakah seseorang yang membasuh wajahnya, kedua tangannya, rambutnya, kedua telinganya dan kedua kakinya dapat dipastikan bahwa dia sedang berwudhu ???
Bukankah niat itu tersembunyi di dalam hati seseorang dan tidak bisa diketahui dengan hanya melihat pada kelakuan fisiknya semata !?
• MAQSHUUD HATI SESEORANG
Pertanyaan: Seketika kita melihat seorang yang memasuki masjid, apakah lantas bisa kita pastikan bahwa ia hendak melakukan ibadah didalamnya ?
Tentu tidaklah selalu ketika seseorang memasuki masjid itu akan melaksanakan ibadah. Tak bisa kita pastikan bahwa dia akan melakukan beribadah !!!! Bisa saja ia memang hendak melakukan peribadatan didalam masjid, tapi bisa juga ia hendak melakukan kemaksiatan dalam masjid semisal "mencuri kotak amal milik masjid" atau hal lainnya.
Pertanyaan: Bagaimana mungkin kita dengan sekehendak hati memastikan menuduh seseorang hanya dengan bermodal melihat perilaku fisiknya semata tanpa mengetahui apa maksud sebenarnya mengapa seseorang berbuat begini atau begitu ??? Bukankah yang mengetahui isi hati yaitu maksud hati seseorang itu hanya Allah dan orang yang bersangkutan ???
Seseorang melakukan sesuatu yang mungkin terlihat buruk atau berkesan tak baik, belum tentu benar benar sedang bermaksud buruk atau menipu.
Apalagi bila seorang yang bijaksana dalam bidangnya, sudah barang tentu mempunyai berbagai macam cara untuk memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan kepadanya. Dalam pengobatan dan ilmu hikmah, terkadang perlu memberikan semangat dan menumbuhkan keyakinan kepada Allah. Tidak mengapa dengan menggunakan cara-cara tertentu yang halal dan tak merugikan pasiennya, yang sekiranya dapat digunakan untuk membuat diri pasien merasa lebih nyaman dan tenang serta menambah keyakinannya. Yang terpenting adalah arahannya kepada Nilai nilai Ketauhidan tetap dilakukannya !
• KEIKHLASAN HATI SESEORANG
Pertanyaan: Apakah orang yang mengambil harta orang lain dengan cara yang disahkan oleh syariat agama Islam bisa disamakan dengan orang yang sedang melakukan perbuatan yang melampaui batas atau menipu ???
Keikhlasan hati seseorang dikaitkan dengan niat dan maksudnya, tidaklah bisa hanya diukur dengan Jumlah Nilai Rupiah (banyak atau sedikitnya jumlah uang). Jumlah uang tak bisa dijadikan ukuran untuk menilai keihlashan seseorang ! Orang yang Ikhlash dan tak ikhlas tak seorangpun yang dapat mengetahuinya.
Di dalam syari'at Islam asalkan ada kesepakatan dalam ijab dan qobul antara kedua-dua belah pihak dimana keduanya telah sama-sama sepakat dan tidak ada unsur paksaan di dalamnya, maka hal demikian adalah hal yang sah dalam syari'at Islam.
Seseorang tidak akan dikatakan berlebih-lebihan atau melampaui batas dalam agama jika yang diniatkan dan dimaksudkan adalah untuk hal-hal atau urusan-urusan yang dikembalikan kepada agama lagi. Seperti halnya untuk biaya pembangunan gedung-gedung, di mana bangunan tersebut dipergunakan untuk kemaslahat umum. Dan itu membutuhkan pembiayaan yang sangat besar.
Pertanyaan: Apakah yang dimaksud berlebih-lebihan itu ?
Kadar berlebih-lebihan atau dikatakan melampaui batas, jika persyaratan keuangan hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau keluarganya saja ! Dan bukan untuk urusan-urusan yang berkaitan dengan hajat orang banyak atau bukan sesuatu yang dipakai untuk kemanfaatan umum, maka barulah hal demikian dapat dinilai berlebih-lebihan atau melampaui batas !
Oleh sebab itu hendaklah untuk urusan-urusan yang belum jelas apalagi hal tersebut terkait dengan sama sesama muslim maka hendaklah bertabayyun terlebih dahulu agar tidak menimbulkan fitnah di mana-mana.
• KEDUSTAAN & KEJUJURAN HATI SESEORANG
Seseorang yang berdusta ataupun jujur tidak pernah kita bisa mengetahui secara pasti karena memang manusia tidak mampu menjangkau hal yang gaib dalam hati manusia.
Simaklah Riwayat Usamah Bin Zaid Bin Haritsah Ini Untuk Dijadikan Ibroh !
Usamah bin Zaid bin Haritsah yang dikenal sebagai Panglima Angkatan Perang Nabi yang usianya masih muda memergoki dan mengejarnya. Musuh tersebut terjebak di sebuah tebing dan jurang sehingga tidak ada lagi jalan keluar. Tiba-tiba saja musuh tersebut meneriakkan dua kalimat syahadat di hadapan Usamah. Panglima Perang Nabi tersebut terperanjat. Namun dia dan pasukannya tidak ingin terkecoh dengan strategi musuh tersebut sehingga akhirnya Usamah tetap menghunus pedangnya dan membunuh orang itu.
Salah seorang sahabat yang menyaksikan peristiwa tersebut melaporkan kepada Nabi Muhammad bahwa Usamah sang Panglima Angkatan Perang telah membunuh musuh yang sudah bersyahadat. Mendengar dan menanggapi laporan tersebut, Nabi marah hingga terlihat urat di dahinya begitu jelas melintang.
Usamah dipanggil oleh Nabi Muhammad kemudian ditanya kenapa membunuh orang yang sudah bersyahadat. Usamah menjawab bahwa tindakan musuh tersebut hanya sebuah taktik belaka. Ia membawa senjata yang sewaktu-waktu bisa mencelakakan pasukan Muslim. Ia dibunuh karena Diduga Syahadatnya Palsu. (Di Anggap Syahadat Dusta)
Mendengar secara seksama alasan Usamah membunuh musuh yang sudah bersyahadat, maka Nabi Muhammad mengeluarkan sabda: Nahnu nahkum bi al-dhawahir, wa Allah yatawalla al-sarair (Kita hanya menghukum apa yang tampak dan Allah SWT yang menghukum apa yang tersimpan di hati orang). (KH Nasaruddin Umar, Khutbah-khutbah Imam Besar, 2018).
• I'TIQOD HATI SESEORANG
Bagaimana seseorang akan mengetahui isi hati orang lain yaitu keyakinan hati seseorang. Apakah di dalam dirinya ada satu keyakinan bahwa dirinyalah yang hebat atau dirinyalah yang sakti atau dirinya dirinyalah yang mempunyai kemampuan meraih kebaikan-kebaikan ???
Apakah hambanya itu sedang menyombongkan diri dan mengandalkan dirinya sendiri beraganggapan bahwa segala kebaikan dan kehebatan itu dari dirinya sendiri.
Ataukah hamba-NYA memang benar-benar hanya berpasrah kepada Allah serta memahami segala kebaikan dan segala kebaikan dan kehebatan itu Milik semata.
Dan Allah Mengetahui, Apakah hamba-NYA mengakui bahwa segala kebaikan dan kemampuannya berbuat adalah datang dari Daya Upaya dan Pertolongan Allah semata-mata.
Dan Allah juga Mengetahui, apakah hamba-NYA itu mengaku dan meyakini bahwa segala Kebaikan dan kehebatan yang ada pada dirinya itu hanya Allah Pemilik-NYA serta mengakui bahwa kebaikan-kebaikan yang pada dirinya tersebut hanyalah Titipan dari Allah semata.
JANGAN HANYA MENGANDALKAN PENGLIHATAN MATA
Seseorang yang hanya mengandalkan penglihatan mata akan banyak yang tertipu dalam banyak hal. Sehingga penggunaan pandangan mata dalam syariat Islam, di mana dibutuhkan dalam urusan hukum yakni penyaksian para saksi harus memenuhi jumlah empat (4) orang saksi (tidak boleh hanya satu).
Fatamorgana
Dalam riwayat ibunda Nabi Ismail yang pada akhirnya menjadi salah satu rukun haji yaitu Sa'i. Siti Hajar saat memerlukan air, maka ia melihat seakan-akan air. Menyebabkan ia harus berlari-lari dari bukit Shofa dan Marwah berulang kali. Karena menyangka apa yang ia lihat adalah air. hal ini merupakan imbalan dari apa-apa yang kita lihat bukan senyata-nyatanya seperti apa yang kita lihat. bahkan itu hampir seperti yang dikatakan sulap ataupun sihir, di mana ia memperlihatkan sesuatu yang bukan sebenarnya yang diperlihatkan.
Seperti Keadaan Anak Anak yang masih Tak Mampu Memahami Kenyataan.
Orang-orang yang hanya mengandalkan penglihatan matanya adalah ke pembohong, sebab mereka karena telah tertipu dengan apa yang dilihatnya. Sama seperti anak-anak yang masih belum dewasa dan belum mampu membedakan apa yang dilihatnya dengan apa yang dianggapkannya.
Anak-anak kecil tidak akan memahami tentang betapa besarnya matahari, bulan dan bintang itu. Tapi pada penglihatan mereka ketiga-tiganya itu hanya benda yang kecil lalu mereka menganggapnya kecil.
Lebih lebih akan sangat membahayakan bagi anak-anak kecil, saat mereka bermain kabel listrik, di mana mereka tidak pernah mengerti selain hanya seuntai plastik memanjang. Berbeda sekali dengan orang-orang yang telah dewasa dan memahami bahwa itu mengandung listrik yang membahayakan nyawa.
Semoga penjelasan penjelasan yang saya buat ini menjadikan kita semua semakin sadar diri. Agar tidak secara sembarangan mengatakan ini dan itu, apalagi sampai secara gamblang menuduh seseorang lalu menghibahnya. Padahal seseorang yang kita lihat, belum kita ketahui secara pasti kenyataan yang sebenar-benarnya, BAGAIMANAKAH NIATAN HATINYA, MAKSUD HATINYA TAUBATNYA, HATINYA DAN I'TIQOD ATAU KEYAKINAN DALAM HATINYA.
*****
0 komentar:
Posting Komentar